Selasa, 01 Januari 2019

"FATWA PARA ULAMA INDONESIA TENTANG: 
KE-DUA CAPRES DAN CAWAPRES 
2019 - 2024
(JOKOWI -MA'RUF & PRABOWO-SANDI) 
MENGUCAPKAN: 
SELAMAT NATAL & TAHUN BARU 2019,
BEGITU JUGA GUBERNUR JAKARTA: 
ANIS BASWEDAN, 
LEBIH PARAH LAGI:
MASUK GEREJA DENGAN MEMAKAI BAJU DINAS GUBERNUR 
DAN MENGUCAPKAN: 
SELAMAT NATAL DI MIMBAR GEREJA"
(Written By: Ust. H. Rayyan Thinker Syahrial Hasibuan) 
Ada di Internet, klick: ust-rayyan.blogspot.co.id
Dan klick pula: posting lama, paling bawah sebelah kanan. 

Siapa Godfather-nya? Natal Prabowo, antara Keluarga dan HTI-FPI

27 Desember 2018   13:36 Diperbarui: 27 Desember 2018  14:19  
Siapa Godfather-nya? Natal Prabowo, antara Keluarga dan HTI-FPI
Prabowo Subianto dan Natal [Diolah dari Tempo.co dan twitter.com/sindikatnegara]
Berkatalah Vito Corleone, Godfather ciptaan Mario Puzo itu, "A man who doesn't spend time with his family can never be a real man."
Prabowo Subianto dalam hal tertentu boleh pula dipandang sebagai godfather bagi kelompoknya. Jika Vito Corleone adalah benchmark bagi para godfather, maka Prabowo bisa jadi juga seorang yang mencintai keluarga, yang rela meninggalkan kesibukan agar bisa berada di tengah keluarga dalam momentum istimewa.
Sebagai anak yang lahir dari dua orang tua Kristiani, dikelilingi adik-kakak, paman-bibi, dan para keponakan penganut Protestan dan Katolik, Prabowo tentu rindu suasana kebersamaan dan kegembiraan Natal bersama keluarga.
Keinginan itu tidak lagi mudah dipenuhi sejak Prabowo jadi capres. Persoalannya bukan karena Prabowo sangat sibuk berkampanye hingga tak tersisa waktu untuk sekadar bersama keluarga di hari paling istimewa itu. Masalahnya Prabowo harus pula menjaga perasaan para sahabatnya, pentolan FPI dan bekas HTI, ormas dan bekas ormas yang jadi pendukung setianya.
Sudah umum diketahui, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI)  mengharamkan pengucapan selamat hari Natal kepada saudara sebangsa, kepada tetangga, sahabat, kenalan, kawan kantor, dan keluarga yang merayakan. Sikap dua organisasi ini mempengaruhi pula sikap sebagian politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Sudah jelas bagi publik, tiga organisasi penganut paham Islam politik fundamentalis itu  pendukung utama Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam pilpres 2019. Sebaliknya sejumlah ormas Islam besar, para penganut Islam ramah tidak berada di kubu Prabowo. Para petinggi Nahdatul Ulama (NU) terang-terangan mendukung Jokowi. KH Ma'ruf Amin, salah satu tokoh puncak NU adalah cawapres pendamping Joko Widodo. Sementara Muhammadiyah, ormas Islam terbesar kedua memilih netral.
Situasi tidak akan dilematis bagi Prabowo seandainya bukan hanya bekas HTI, FPI, dan PKS kelompok Islam yang mendukungnya. Andaikan NU dan Muhammadiyah yang toleran itu juga berada di kubunya, mungkin Prabowo tidak harus selalu peduli kepada Rizieq Shihab, Gatot Saptono alias Al-Khaththath, atau Ismail Yusanto; mungkin Prabowo tidak perlu repot menimbang perasaan Bahar bin Smith, Slamet Maarif, atau Novel Bamukmin.
Demikian pula sebaliknya, andai saja Prabowo seorang muslim totok, tentu ringan hatinya mentaati semua fatwa Rizieq Shihab, cs. Tetapi garis hidup Prabowo sudah demikian, tak bisa diubah. Tim sukses mungkin bisa menghapus jejak digital informasi Ayah, ibu, dan saudara-saudari kandung Prabowo pemeluk keyakinan Kristiani, namun kehidupan nyata yang Prabowo alami tak bisa dimanipulasi.
Ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo dan ayah Sumitro, Margono Djojohadikusomo adalah pemeluk taat agama Protestan. Lebih-lebih ibunda Prabowo, Dona Marie Sigar, seperti nenek-moyang mereka adalah penganut Kristen Protestan yang sunguh-sungguh.
Tidak heran jika adik-kakak Prabowo Subianto juga memeluk Kristen, baik Katolik, pun Protestan. Dua kakak perempuan Prabowo, Biantiningsih dan Maryani Ekowati adalah pemeluk agama Katolik. Sementara adik Prabowo, Hasyim Djojohadikusumo yang juga pendiri Partai Gerindra mengikuti agama ayah-ibumnya, Protestan.
Entah sejak kapan Prabowo memilih murtad, istilah bagi orang yang pindah agama dari sudut pandang agama yang ditinggalkan, apakah saat mendaftar tentara atau ketika menikahi anak Soeharto. Yang jelas, tidak mungkin Prabowo memeluk Islam sejak kecil. Tidak ada pula dokumen atau jejak media yang menceritakan kapan Prabowo meninggalkan agama lamanya.
Dengan keluarga besarnya--kakek-nenek, ayah-ibu, adik-kakak, dan para keponakan--yang semuanya Kristiani, sudah pasti berat bagi Prabowo jika tidak merayakan kegembiraan Natal bersama keluarga, apalagi tidak mengucapkan selamat hari Natal.
Hari-hari menjelang Natal banyak orang pasang mata dan telinga, menunggu. Siapa kah sebenarnya Don Corleono pada kumpulan itu? Apakah Rizieq Shihab, Gatot Saptono, atau Prabowo Subianto. Siapakah yang mengatur siapa? Siapa yang mencium tangan siapa?
Akhirnya kabar itu datang juga, disertai unggahan foto dan video singkat Saraswati Djojohadikusumo. Adalah Prabowo godfather-nya. Bukan Rizieq Shihab, bukan Gatot Saptono, apalagi Ismail Yusanto.
Prabowo bukan hanya mengucapkan selamat Natal kepada rakyat Indonesia. Ia juga bergembira, menari dan tertawa bersama keluarga besarnya dalam perayaan Natal bersama di rumah Olga Nelly Sigar, kakak kandung Dora Marie Sumitro, Ibunda Prabowo.
Tetapi orang-orang masih menunggu, apakah FPI akan keluarkan fatwa murtad seperti yang mereka lakukan terhadap Jokowi pada 2014 silam?
Beruntunglah bagi Prabowo. Fatwa para petinggi FPI rupanya bisa disesuaikan dengan kondisi. Khusus untuk Prabowo, hingga artikel ini dibuat, FPI lempeng-lempeng saja, membisu. Kata orang tua dulu, diam berarti setuju. Tentu saja ini hanya berlaku bagi Prabowo, tidak untuk Jokowi.
Maka benarlah sudah. Prabowo adalah godfather, sementara Rizieq Shihab, Gatot Saptono alias Al Khaththath, dan Ismail Yusanto hanya para sahabat yang bisa diaturnya. Selamat Natal, Prabowo Subianto.
Sumber:
  1. Tempo.co (19/12/2018) "Soal Natal, FPI Anggap Presiden Jokowi Murtad"
  2. Tribunnews.com (11/05/2014) "Kata Adik: Ibunda Prabowo Subianto Lahir dan Meninggal sebagai Kristen Protestan" 
  3. Kompas.com (25/12/2018) "Prabowo Subianto Ucapkan Selamat Natal lewat Video"
  4. Suara.com (22/12/2018) "Prabowo Dipastikan Rayakan Natal Bareng Keluarga Besar."
  5. CNNIndonesia.com (26/12/2018) "Gerindra: Prabowo Tak Rayakan Natal, Hanya Acara Keluarga."
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
LIHAT SEMUA

 

Karding: Tak Usah Diributkan Prabowo Rayakan Natal

Kamis, 27 Desember 2018 | 20:36 WIB 
Karding: Tak Usah Diributkan Prabowo Rayakan Natal    (Foto: Istimewa)

INILAHCOM, Jakarta - Video Capres Prabowo Subianto berjoget saat merayakan Natal beredar viral di media sosial. Hal itu mengundang polemik. Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding, justru meminta agar hal itu tak dipolemikkan.
Menurut Abdul Kadir Karding, sangat wajar bila Prabowo berjoget senang dalam perayaan Natal. Sebab keluarga besarnya mayoritas adalah beragama Kristiani.
"Keluarga besar beliau kan Kristiani. Termasuk adik kandungnya (Hashim Djojohadikusumo, red). Jadi sangat wajar Pak Prabowo begitu antusias merayakannya," kata Karding saat ditanyai wartawan, Kamis (27/12).
Karena itu, menurutnya, tak perlu ada yang meributkan bila Prabowo ikut bergembira ria dalam merayakan Natal. Karena hal itu justru sangat biasa mengingat latar belakang keluarganya yang mayoritas Kristiani.
"Kalau membaur sama keluarga, ya wajar lah," kata Karding, yang juga Wakil Ketua TKN Jokowi-KH Ma'ruf Amin itu.
"Jadi tak usah diributkan bila Pak Prabowo ikut joget dalam perayaan Natal. Masa tak boleh? Kan keluarga besarnya kristiani," tandasnya.
Sebelumnya video Prabowo berjoget di perayaan Natal itu muncul di media sosial. Dari sejumlah unggahan yang ada, tampaknya video itu merupakan bagian dari pembaruan status Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Prabowo.
Sejumlah media massa mengutip penjelasan Sara bahwa kehadiran Prabowo setelah ibadah Natal dilaksanakan. Dan jogetnya adalah joget biasa, bukan dengan lagu rohani kristiani. [rok]





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar