Jumat 13 Nov 2015, 10:11 WIB
Presiden Iran: AS Harus Minta Maaf Jika Ingin Hubungan Lebih Baik
Hassan Rouhani (REUTERS/Mike Segar)
Roma - Kesepakatan nuklir antara kekuatan dunia dengan Iran dianggap bisa memperbaiki hubungan Iran dengan Amerika Serikat. Namun Presiden Iran Hassan Rouhani memberi syarat agar AS meminta maaf atas tindakannya di masa lalu.
Sejak menjabat tahun 2013 lalu, Rouhani selalu mendorong Iran untuk lebih dekat dengan negara-negara Barat. Namun pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei tidak sepakat dengan normalisasi hubungan dengan 'Setan Besar', sebutan yang biasa digunakan untuk AS.
Dalam wawancara dengan surat kabar Italia, Corriere della Sera, Rouhani mengusulkan agar AS dan Iran membuka kembali kedutaan di ibukota masing-masing setelah beberapa dekade diwarnai permusuhan. Namun Rouhani meminta AS untuk meminta maaf, tanpa menjelaskan lebih lanjut maksudnya.
"Suatu hari, kedutaan-kedutaan ini akan dibuka kembali tapi itu tergantung pada perilaku dan Amerika memegang peranan penting," tutur Rouhani menjelang kunjungannya ke Italia, akhir pekan ini, seperti dilansir Reuters, Jumat (13/11/2015).
"Jika mereka mengubah kebijakan mereka, memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam 37 tahun ini dan meminta maaf kepada rakyat Iran, situasi akan berubah dan hal-hal baik akan terjadi," imbuhnya.
Hubungan diplomatik Iran dan AS terputus sejak revolusi Islam tahun 1979 ketika sekelompok mahasiswa menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran dan menyandera 52 warga AS. Hubungan kedua negara terus diwarnai ketegangan dalam beberapa dekade terakhir karena program nuklir Iran.
Dengan adanya kesepakatan nuklir pada Juli lalu, Iran berjanji akan membatasi program nuklir sebagai ganti dicabutnya sanksi ekonomi dari negara-negara Barat termasuk AS. Iran berulang kali membantah kecurigaan negara-negara Barat soal tudingan mengembangkan bom atom. Rouhani mengatakan, AS harus memenuhi bagiannya dalam kesepakatan nuklir tersebut agar ada peningkatan hubungan antara kedua negara.
"Bagaimana kesepakatan ini diterapkan akan berpengaruh pada masa depan. Jika ini diterapkan dengan baik, maka bisa menjadi dasar untuk mengurangi ketegangan dengan AS, menciptakan kondisi untuk membangun era baru. Tapi tidak menghormati bagian mereka dalam kesepakatan nuklir, maka tentu hubungan kami akan tetap seperti di masa lalu," sebutnya.
(nvc/ita)
Sejak menjabat tahun 2013 lalu, Rouhani selalu mendorong Iran untuk lebih dekat dengan negara-negara Barat. Namun pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei tidak sepakat dengan normalisasi hubungan dengan 'Setan Besar', sebutan yang biasa digunakan untuk AS.
Dalam wawancara dengan surat kabar Italia, Corriere della Sera, Rouhani mengusulkan agar AS dan Iran membuka kembali kedutaan di ibukota masing-masing setelah beberapa dekade diwarnai permusuhan. Namun Rouhani meminta AS untuk meminta maaf, tanpa menjelaskan lebih lanjut maksudnya.
"Suatu hari, kedutaan-kedutaan ini akan dibuka kembali tapi itu tergantung pada perilaku dan Amerika memegang peranan penting," tutur Rouhani menjelang kunjungannya ke Italia, akhir pekan ini, seperti dilansir Reuters, Jumat (13/11/2015).
"Jika mereka mengubah kebijakan mereka, memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam 37 tahun ini dan meminta maaf kepada rakyat Iran, situasi akan berubah dan hal-hal baik akan terjadi," imbuhnya.
Hubungan diplomatik Iran dan AS terputus sejak revolusi Islam tahun 1979 ketika sekelompok mahasiswa menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran dan menyandera 52 warga AS. Hubungan kedua negara terus diwarnai ketegangan dalam beberapa dekade terakhir karena program nuklir Iran.
Dengan adanya kesepakatan nuklir pada Juli lalu, Iran berjanji akan membatasi program nuklir sebagai ganti dicabutnya sanksi ekonomi dari negara-negara Barat termasuk AS. Iran berulang kali membantah kecurigaan negara-negara Barat soal tudingan mengembangkan bom atom. Rouhani mengatakan, AS harus memenuhi bagiannya dalam kesepakatan nuklir tersebut agar ada peningkatan hubungan antara kedua negara.
"Bagaimana kesepakatan ini diterapkan akan berpengaruh pada masa depan. Jika ini diterapkan dengan baik, maka bisa menjadi dasar untuk mengurangi ketegangan dengan AS, menciptakan kondisi untuk membangun era baru. Tapi tidak menghormati bagian mereka dalam kesepakatan nuklir, maka tentu hubungan kami akan tetap seperti di masa lalu," sebutnya.
(nvc/ita)
----------------------------------------------------------------------------------------
Jumat, 29 Januari 2016 Waktu: 02:4
Berita / AS
Karena Ini Amerika Minta Maaf
Jumat , 15 Januari 2
: | FAJAR.CO.ID, TEHERAN – Sepuluh personel marinir Amerika Serikat yang ditahan Garda Revolusi Iran sejak Selasa (12/1) akhirnya dibebaskan kemarin (13/1). Itu tidak lepas dari sambungan telepon Menteri Luar Negeri AS John Kerry dengan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif. Kesepuluh marinir itu ditahan di pangkalan militer di Pulau Farsi setelah mereka memasuki perairan Iran. |
”Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa marinir AS yang ditahan tidak sengaja memasuki perairan Iran. Bersamaan dengan permintaan maaf mereka, saat ini mereka telah dibebaskan ke perairan internasional di Teluk,” ujar Komandan Angkatan Laut Garda Revolusi Iran Jenderal Ali Fadavi saat diwawancarai televisi nasional setempat.
Marinir yang terdiri atas sembilan laki-laki dan satu perempuan itu tengah melakukan misi latihan di wilayah Teluk. Tiba-tiba salah satu di antara dua kapal yang mereka kendarai mogok. Tidak dijelaskan dengan pasti bagaimana kapal mereka bisa sampai di perairan Iran.
Fadavi menegaskan bahwa para marinir itu tidak dalam rangka memata-matai Iran. Mereka memasuki perairan Teheran karena alat navigasinya rusak. Garda Revolusi Iran merilis foto-foto penahanan sepuluh marinir tersebut. Mereka tampak duduk di sebuah ruangan beralas karpet persia. Si marinir perempuan tampak mengenakan kerudung. Foto-foto perahu patroli yang mereka pakai juga diungkap ke media.
Tidak diketahui dengan pasti apakah benar ada kesalahan navigasi atau tidak. Sebab, saat ini merupakan detik-detik yang sensitif bagi dua negara. AS dan Iran tengah berupaya mengimplementasikan kesepakatan aktivitas nuklir Teheran.
Iran, tampaknya, memang tidak ingin mencari perkara dulu dengan AS. Itu terlihat dari cara media Iran memberitakan penahanan marinir AS tersebut. Kata-kata seperti musuh dan arogansi global yang biasa digunakan untuk menggambarkan AS dan negara-negara barat yang lain tidak muncul dalam pemberitaan kali ini. (Reuters/AFP/BBC/sha/c4/ami/pda)
Angkatan Laut Amerika Serikat hari Sabtu (9/1) melansir
video yang katanya memperlihatkan kapal-kapal militer Iran
menembakkan roket di dekat sebuah kapal induk Amerika,
kapal-kapal perang Barat lainnya dan kapal komersial di
Selat Hormuz. Angkatan Laut Amerika menyatakan gambar
video itu diambil dari sebuah helikopter Seahawk pada
26 Desember lalu. Para pejabat Amerika menyatakan ketika
itu kapal induk USS Harry S Truman, kapal perusak USS Bulkeley
dan sebuah kapal fregat Perancis berlayar berdekatan, begitu
pula kapal-kapal komersial lainnya.Belum ada tanggapan segera
dari Teheran mengenai video tersebut. Sebelumnya, juru bicara
Garda Revolusi Iran, Jenderal Ramezan Sharif mengatakan
pasukannya tidak melakukan latihan apapun di Selat Hormuz
ketika itu dan menyebut pernyataan-pernyataan Amerika
sebagai “perang psikologis.”Para pejabat Angkatan Laut Amerika
menyatakan mereka merilis video itu sebagai tanggapan terhadap
ketentuan dalam Undang-Undan KebebasanInformasi. [uh
Awak
RABU, 13 JANUARI 2016 | 18:17 WIB
Tiruan kapal induk Amerika Serikat berhasil diledakan rudal Iran, dalam latihan pasukan Penjaga Revolusi Iran di Selat Hormuz, Teluk
Persia, 25 Februari 2015. AP/Tasnim News
Persia, 25 Februari 2015. AP/Tasnim News
TEMPO.CO, Teheran - Pejabat Iran mengirim pesan kepada Amerika Serikat bahwa pihaknya memastikan pembebasan semua awak kapal berikut armadanya, Rabu, 13 Januari 2016. Menurut pejabat militer Iran, kapal tersebut ditahan karena memasuki teritorial laut Iran.
Berbicara kepada kantor berita Fars, juru bicara Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Ramezan Sharif, mengatakan semua awak kapal berikut armadanya segera dibebaskan setelah diperiksa secara mendalam. "Jika investigasi yang kami lakukan menunjukkan tidak ada unsur kesengajaan, mereka pasti mendapat perlakuan berbeda. Sebaliknya, jika diperoleh informasi setelah dilakukan interograsi yang menyebutkan mereka melakukan aksi spionase atau pekerjaan yang tidak relevan, kami akan mengambil kebijaksanaan lain," ujarnya.
Keterangan berbeda diperoleh kantor berita semi-resmi Tasnim, mengutip pernyataan Laksamana Ali Fadavi, bahwa kesepuluh awak kapal akan segera dibebaskan. "Dua kapal perang telah memasuki perairan teritorial Iran akibat masalah navigasi," ucapnya.
Sebelumnya, beberapa sumber Fars menyebutkan kedua kapal perang Amerika itu ditahan pihak keamanan Iran karena memasuki perairan negeri itu, Selasa, 12 Januari 2016, dengan membawa senjata berat. "Kedua kapal dan 10 awaknya ditahan untuk diminta keterangan," kata sumber Fars.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika di Pentagon, Washington, Peter Cook, mengatakan kepada kantor berita DPA, setelah kehilangan kontak dengan dua kapal tersebut, “Kami menghubungi pihak berwenang di Iran. Mereka membenarkan adanya penahanan dua kapal tersebut dan semua awak dalam kondisi selamat.”
Cook menjelaskan kepada kantor berita Associated Press, saat sedang melakukan perjalanan antara Kuwait dan Bahrain, kapal tersebut tiba-tiba tidak bisa dihubungi. “Kami telah menghubungi otoritas Iran dan menerima jaminan bahwa kapal beserta semua awaknya akan dikembalikan dalam waktu yang tepat.”
Salah seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Amerika yang tak bersedia disebutkan namanya menuturkan kapal tersebut sedang menjalani latihan rutin di perairan Teluk, tapi salah satunya mengalami masalah teknis.
“Perairan itu secara rutin digunakan untuk latihan mengumpulkan informasi intelijen oleh Amerika Serikat, Iran, dan negara-negara Teluk. Kami berharap semua awak dan kapal dibebaskan pada Rabu, 13 Januari 2016,” ujar seorang pejabat senior yang tak disebutkan namanya.
WASHINGTON POST | AL JAZEERA | NEW YORK TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN
Berbicara kepada kantor berita Fars, juru bicara Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Ramezan Sharif, mengatakan semua awak kapal berikut armadanya segera dibebaskan setelah diperiksa secara mendalam. "Jika investigasi yang kami lakukan menunjukkan tidak ada unsur kesengajaan, mereka pasti mendapat perlakuan berbeda. Sebaliknya, jika diperoleh informasi setelah dilakukan interograsi yang menyebutkan mereka melakukan aksi spionase atau pekerjaan yang tidak relevan, kami akan mengambil kebijaksanaan lain," ujarnya.
Keterangan berbeda diperoleh kantor berita semi-resmi Tasnim, mengutip pernyataan Laksamana Ali Fadavi, bahwa kesepuluh awak kapal akan segera dibebaskan. "Dua kapal perang telah memasuki perairan teritorial Iran akibat masalah navigasi," ucapnya.
Sebelumnya, beberapa sumber Fars menyebutkan kedua kapal perang Amerika itu ditahan pihak keamanan Iran karena memasuki perairan negeri itu, Selasa, 12 Januari 2016, dengan membawa senjata berat. "Kedua kapal dan 10 awaknya ditahan untuk diminta keterangan," kata sumber Fars.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika di Pentagon, Washington, Peter Cook, mengatakan kepada kantor berita DPA, setelah kehilangan kontak dengan dua kapal tersebut, “Kami menghubungi pihak berwenang di Iran. Mereka membenarkan adanya penahanan dua kapal tersebut dan semua awak dalam kondisi selamat.”
Cook menjelaskan kepada kantor berita Associated Press, saat sedang melakukan perjalanan antara Kuwait dan Bahrain, kapal tersebut tiba-tiba tidak bisa dihubungi. “Kami telah menghubungi otoritas Iran dan menerima jaminan bahwa kapal beserta semua awaknya akan dikembalikan dalam waktu yang tepat.”
Salah seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Amerika yang tak bersedia disebutkan namanya menuturkan kapal tersebut sedang menjalani latihan rutin di perairan Teluk, tapi salah satunya mengalami masalah teknis.
“Perairan itu secara rutin digunakan untuk latihan mengumpulkan informasi intelijen oleh Amerika Serikat, Iran, dan negara-negara Teluk. Kami berharap semua awak dan kapal dibebaskan pada Rabu, 13 Januari 2016,” ujar seorang pejabat senior yang tak disebutkan namanya.
WASHINGTON POST | AL JAZEERA | NEW YORK TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
INTERNASIONAL Amerika Minta Maaf, Iran Bebaskan 10 Pelaut yang Ditahan RABU , 13 JANUARI 2016 22:37 // EDITOR : JUMARDIN AKAS FOTO: INT RAKYATKU.COM, TEHERAN – Iran akhrinya membebaskan 10 pelaut Amerika Serikat yang sebelumnya ditangkap karena memasuki perairan Iran. Pembebasan dilakukan Pasukan Pengawal Revolusi setelah menerima permintaan maaf dari Amerika Serikat. “Para pelaut Amerika Serikat yang ditahan -setelah disadari mereka memasuki perairan Iran tanpa sengaja dan setelah meminta maaf- dilepaskan ke perairan internasional di Teluk Persia,” demikian laporan TV Iran, IRINN. Sebelumnya Komandan Angkatan Laut Pasukan Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Ali Fadavi, mengatakan Amerika Serikat sudah menyampaikan permintaan maaf karena pelautnya memasuki perairan Iran. (Baca Juga: Kapal Induk AS Bertindak Provokatif Setelah Iran Tangkap 10 Warga AS) Sebelumnya, Kapal induk AS melakukan tindakan “provokatif dan tidak profesional” selama 40 menit dengan melakukan manuver di Teluk Iran. Komandan Garda Revolusi Naval Iran, Laksamana Ali Fadavi mengatakan pada Tv pemerintah, bahwa AS melakukan hal itu setelah Iran menangkap 10 awak dan dua kapal kecil angkatan laut Amerika yang tidak sengaja memasuki wilayah perairan Iran.
Sumber: http://rakyatku.com/2016/01/13/news/amerika-minta-maaf-iran-bebaskan-10-pelaut-yang-ditahan.html
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rabu 27 Jan 2016, 18:16 WIB
Presiden Rouhani: Tergantung AS untuk Jalin Hubungan Baik dengan Iran
Hassan Rouhani (REUTERS/Raheb Homavandi/TIMA)
Roma - Iran mengakui kemungkinan terjalinnya hubungan yang lebih baik dengan Amerika Serikat. Namun AS diminta untuk mengubah sikapnya yang selama ini cenderung memusuhi Iran.
"Mungkin saja Iran dan Amerika Serikat memiliki hubungan yang hangat. Tapi kuncinya ada pada pihak Washington, bukan Teheran," ucap Presiden Iran Hassan Rouhani seperti dilansirReuters, Rabu (27/1/2016).
"Mungkin saja Iran dan Amerika Serikat memiliki hubungan yang hangat. Tapi kuncinya ada pada pihak Washington, bukan Teheran," ucap Presiden Iran Hassan Rouhani seperti dilansirReuters, Rabu (27/1/2016).
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rabu 27 Jan 2016, 11:00 WIB
Temui Paus Fransiskus, Presiden Iran Diminta Aktif Upayakan Perdamaian
Paus Fransiskus dan Hassan Rouhani (REUTERS/Andrew Medichini/Pool)
Vatican City - Presiden Iran Hassan Rouhani melakukan kunjungan pertamanya ke Vatikan dan bertemu dengan Paus Fransiskus. Kepada Rouhani, Paus Fransiskus mendorong Iran untuk ikut berperan aktif dalam upaya perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Rouhani menghabiskan waktu 40 menit berbicara secara pribadi dengan Paus Fransiskus, dalam kunjungannya ke Vatikan pada Selasa (26/1) waktu setempat. Kunjungan ini dilakukan usai sanksi internasional Iran dicabut setelah kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat diterapkan.
Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (27/1/2016), Vatikan menyebut Paus Fransiskus mendorong pemimpin Iran itu selalu berperan aktif dalam menyerukan solusi politik bagi berbagai persoalan yang menyelimuti kawasan Timur Tengah, dan juga untuk membantu memerangi terorisme serta perdagangan senjata.
"Saya berterima kasih atas kunjungan Anda dan saya mengharapkan perdamaian," ucap Paus Fransiskus kepada Rouhani pada akhir pertemuan mereka, ketika wartawan diperbolehkan masuk ke dalam ruang pertemuan.
Rouhani membalas dengan senyuman dan mengucapkan salah satu slogan terkenal Paus. "Saya minta Anda mendoakan saya," ujar Rouhani.
"Menjadi kesenangan bagi saya bisa bertemu dengan Anda dan saya harap Anda berhasil dalam setiap pekerjaan Anda," imbuhnya.
Rouhani memberikan hadiah berupa karpet buatan tangan dari kota kuno Qom di Iran. Sedangkan Paus Fransiskus memberikan sebuah medali yang menggambar St Martin tengah memotong sebagian jubahnya untuk diberikan kepada pengemis.
Kunjungan ini merupakan kunjungan resmi pertama seorang Presiden Iran ke Vatikan, sejak kunjungan Mohammad Khatami yang dijamu John Paul II pada tahun 1999 lalu. Khatami juga menghadiri pemakaman Paus asal Polandia itu pada tahun 2005. Rouhani tengah melakukan kunjungan 5 hari ke Italia dan Prancis untuk menghidupkan kembali perdagangan dan investasi di Iran, usai pencabutan sanksi.
Rouhani menghabiskan waktu 40 menit berbicara secara pribadi dengan Paus Fransiskus, dalam kunjungannya ke Vatikan pada Selasa (26/1) waktu setempat. Kunjungan ini dilakukan usai sanksi internasional Iran dicabut setelah kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat diterapkan.
REUTERS/Andrew Medichini/Pool
|
Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (27/1/2016), Vatikan menyebut Paus Fransiskus mendorong pemimpin Iran itu selalu berperan aktif dalam menyerukan solusi politik bagi berbagai persoalan yang menyelimuti kawasan Timur Tengah, dan juga untuk membantu memerangi terorisme serta perdagangan senjata.
"Saya berterima kasih atas kunjungan Anda dan saya mengharapkan perdamaian," ucap Paus Fransiskus kepada Rouhani pada akhir pertemuan mereka, ketika wartawan diperbolehkan masuk ke dalam ruang pertemuan.
Rouhani membalas dengan senyuman dan mengucapkan salah satu slogan terkenal Paus. "Saya minta Anda mendoakan saya," ujar Rouhani.
"Menjadi kesenangan bagi saya bisa bertemu dengan Anda dan saya harap Anda berhasil dalam setiap pekerjaan Anda," imbuhnya.
REUTERS/Andrew Medichini/Pool
|
Rouhani memberikan hadiah berupa karpet buatan tangan dari kota kuno Qom di Iran. Sedangkan Paus Fransiskus memberikan sebuah medali yang menggambar St Martin tengah memotong sebagian jubahnya untuk diberikan kepada pengemis.
Kunjungan ini merupakan kunjungan resmi pertama seorang Presiden Iran ke Vatikan, sejak kunjungan Mohammad Khatami yang dijamu John Paul II pada tahun 1999 lalu. Khatami juga menghadiri pemakaman Paus asal Polandia itu pada tahun 2005. Rouhani tengah melakukan kunjungan 5 hari ke Italia dan Prancis untuk menghidupkan kembali perdagangan dan investasi di Iran, usai pencabutan sanksi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kamis 21 Jan 2016, 09:46 WIB
Pemimpin Tertinggi Iran Puji Penahanan 10 Tentara AS
Ayatollah Ali Khamenei (IRNA)
1
Teheran - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memuji penahanan 10 tentara Amerika Serikat pekan lalu. Namun dia mengecam serangan terhadap Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran pada awal Januari lalu.
Usai eksekusi mati ulama Syiah Nimr Baqr al-Nimr pada 2 Januari lalu, warga Iran yang marah menyerbu kedutaan dan konsulat Saudi. Penyerbuan ini berdampak pada pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran oleh otoritas Saudi.
"Menyerang kedutaan Saudi (di Teheran) sungguh buruk dan membahayakan Iran dan juga Islam, tapi hal ini tidak seharusnya menjadi dalih untuk mengkritik kaum muda kita," ujar Khamenei seperti dikutip oleh situs resminya dan dilansirReuters, Kamis (21/1/2016).
"Saya tidak memiliki kesempatan untuk berterima kasih kepada tentara muda yang tergabung dalam Garda Revolusioner. Apa yang mereka lakukan di Teluk Persia sudah benar," sebut Khamenei.
Pernyataan Khamenei itu merujuk pada insiden masuknya dua kapal patroli AS ke perairan Iran. Sebanyak 10 personel Angkatan Laut AS yang ada di dalam kapal itu ditahan selama 15 jam oleh Garda Revolusioner (IRGC) pada 12 Januari lalu.
Belakangan dinyatakan dua kapal patroli AS itu tidak sengaja masuk ke wilayah perairan Iran, karena mengalami gangguan mesin, dan terhenti di tengah laut, saat tengah berlayar dari Kuwait ke Bahrain.
"Politikus seharusnya melakukan hal yang sama dan menghentikan musuh di manapun dengan kekuatan penuh jika mereka sudah melewati batas," ucap Khamenei.
Dalam pernyataan sebelumnya, Khamenei menyambut baik penerapan kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia dan juga pencabutan sanksi internasional terhadap Iran. Namun Khamenei juga memperingatkan Iran untuk tetap berhati-hati dan mewaspadai musuh lama mereka, AS, yang disebutnya penuh tipu daya dan pengkhianatan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selasa 19 Jan 2016, 15:01 WIB
Ini Video Penahanan 10 Tentara AS yang Bikin Menlu Kerry Marah
Tentara AS saat ditahan Iran (REUTERS/IRINN via Reuters TV)
Teheran - Dirilisnya video penahanan 10 tentara Amerika Serikat menuai kemarahan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Kerry. Dalam video yang ditayangkan sejumlah media lokal Iran itu, tentara-tentara AS diperlakukan seperti tahanan dengan posisi berlutut dan tangan di belakang kepala.
Disebutkan media Iran, PressTV, video itu dirilis oleh Badan Penyiaran Republik Islam Iran (IRIB) pada Rabu (13/1) lalu, atau selang beberapa jam setelah 10 tentara AS dibebaskan. Menurut militer AS, para personel Angkatan Laut itu dibebaskan setelah 15 jam ditahan sejak Selasa (12/1).
Terlihat dalam video yang ditayangkan PressTV, yang juga ditayangkan media Iran lain, seperti irinn.ir, para personel Angkatan Laut AS yang mengenakan baju lengan panjang cokelat kehijau-hijauan dan celana khas militer itu, berlutut di atas kapal patroli mereka. Kedua tangan kompak berada di belakang kepala. Tidak terlihat jelas adanya penodongan senjata di dalam video itu, seperti yang disebutkan militer AS dalam pernyataannya yang baru dirilis.
(Baca juga: 10 Tentara AS yang Ditahan Iran Sempat Ditodong Senjata Api)
Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Komando Pusat AS atau CENTCOM menyebut ada empat kapal Iran yang mendekati kapal patroli AS yang tengah mengalami gangguan mesin dan terhenti di perairan Iran. Keempat kapal itu berisi personel militer Iran bersenjata lengkap.
CENTCOM menyatakan, dua kapal patroli AS kemudian dikawal ke Pulau Farsi dalam keadaan senapan mesin pada kapal militer Iran tetap diarahkan ke mereka. CENTCOM juga menyebut, kapal patroli AS dikawal di bawah todongan senjata api.
(Baca juga: Militer Iran Rilis Video Penahanan Tentara AS, Menlu Kerry Marah)
Dalam video itu, juga terlihat sejumlah senjata api dan amunisi serta alat komunikasi yang ada di kapal patroli AS itu diperiksa satu per satu dan kemudian digelar di dermaga setempat. Beberapa dokumen yang ada di kapal patroli AS juga diperiksa personel militer Iran atau yang biasa disebut Garda Revolusioner AS (IRGC).
Selain video penahanan, PressTV juga merilis satu lagi video wawancara dengan salah satu tentara AS yang disebut sebagai kapten kapal patroli itu. Dalam rekaman wawancara itu, tentara AS mengakui insiden ini sebagai peristiwa tak disengaja dan mereka meminta maaf kepada Iran atas hal ini.
IRGC merilis pernyataan usai 10 tentara AS dibebaskan, dengan menyebut tentara-tentara AS itu berjanji tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi. "...Marinir Amerika yang ditahan, telah dibebaskan ke perairan internasional di bawah pengawasan kapal Angkatan Laut IRGC," demikian disampaikan IRGC.
Disebutkan media Iran, PressTV, video itu dirilis oleh Badan Penyiaran Republik Islam Iran (IRIB) pada Rabu (13/1) lalu, atau selang beberapa jam setelah 10 tentara AS dibebaskan. Menurut militer AS, para personel Angkatan Laut itu dibebaskan setelah 15 jam ditahan sejak Selasa (12/1).
Tentara AS saat ditahan Iran (REUTERS/IRINN via Reuters TV)
|
Terlihat dalam video yang ditayangkan PressTV, yang juga ditayangkan media Iran lain, seperti irinn.ir, para personel Angkatan Laut AS yang mengenakan baju lengan panjang cokelat kehijau-hijauan dan celana khas militer itu, berlutut di atas kapal patroli mereka. Kedua tangan kompak berada di belakang kepala. Tidak terlihat jelas adanya penodongan senjata di dalam video itu, seperti yang disebutkan militer AS dalam pernyataannya yang baru dirilis.
(Baca juga: 10 Tentara AS yang Ditahan Iran Sempat Ditodong Senjata Api)
Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Komando Pusat AS atau CENTCOM menyebut ada empat kapal Iran yang mendekati kapal patroli AS yang tengah mengalami gangguan mesin dan terhenti di perairan Iran. Keempat kapal itu berisi personel militer Iran bersenjata lengkap.
Tentara AS saat ditahan Iran (REUTERS/IRINN via Reuters TV)
|
CENTCOM menyatakan, dua kapal patroli AS kemudian dikawal ke Pulau Farsi dalam keadaan senapan mesin pada kapal militer Iran tetap diarahkan ke mereka. CENTCOM juga menyebut, kapal patroli AS dikawal di bawah todongan senjata api.
(Baca juga: Militer Iran Rilis Video Penahanan Tentara AS, Menlu Kerry Marah)
Dalam video itu, juga terlihat sejumlah senjata api dan amunisi serta alat komunikasi yang ada di kapal patroli AS itu diperiksa satu per satu dan kemudian digelar di dermaga setempat. Beberapa dokumen yang ada di kapal patroli AS juga diperiksa personel militer Iran atau yang biasa disebut Garda Revolusioner AS (IRGC).
Tentara AS saat ditahan Iran (REUTERS/sepahnews.ir/TIMA/Handout via Reuters)
|
Selain video penahanan, PressTV juga merilis satu lagi video wawancara dengan salah satu tentara AS yang disebut sebagai kapten kapal patroli itu. Dalam rekaman wawancara itu, tentara AS mengakui insiden ini sebagai peristiwa tak disengaja dan mereka meminta maaf kepada Iran atas hal ini.
Saat salah satu tentara AS meminta maaf kepada Iran (REUTERS/IRINN via Reuters TV)
|
IRGC merilis pernyataan usai 10 tentara AS dibebaskan, dengan menyebut tentara-tentara AS itu berjanji tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi. "...Marinir Amerika yang ditahan, telah dibebaskan ke perairan internasional di bawah pengawasan kapal Angkatan Laut IRGC," demikian disampaikan IRGC.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
AS Minta Maaf, Iran Bebaskan 10 Marinir
TEHERAN– Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) kemarin membebaskan 10 anggota Marinir Amerika Serikat (AS) setelah Washington meminta maaf kepada Teheran. Pembebasan itu beberapa jam setelah dua kapal patroli AS mengalami kerusakan sistem navigasi dan memasuki wilayah perairan Iran. Pembebasan itu setelah melalui tahap diplomasi tingkat tinggi yang melibatkan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Kerry. Dia menghubungi koleganya, Menlu Iran Javad Zarif, untuk memulai negosiasi. Sebelumnya banyak pihak mengkhawatirkan kalau penangkapan 10 Marinir itu akan memicu konflik baru antara Washington-Teheran. IRGC membebaskan 10 Marinir AS yang terdiri dari sembilan pria dan satu perempuan itu karena dua kapal patroli Angkatan Laut AS itu tidak bermaksud masuk ke wilayah perairan Iran. ”Investigasi teknis kita menunjukkan dua kapal Angkatan Laut AS itu memasuki wilayah Iran secara tidak sengaja,” demikian keterangan IRGC yang disampaikan stasiun televisi milik pemerintah Iran. ”Mereka kembali dilepas di perairan internasional setelah mereka meminta maaf,” tambah IRGC. Adapun, Komandan IRGC Laksamana Ali Fadavi yang mendapat perintah untuk membebaskan 10 Marinir AS itu mengatakan bahwa dua kapal patroli AS memasuki perairan Iran karena kerusakan sistem navigasi. ”Iran menyimpulkan, pelanggaran itu bukan disengaja atau bermaksud untuk tujuan spionase,” tuturnya, dilansir AFP. Washington dan Teheran sebenarnya tidak memiliki hubungan diplomatik. Tapi, Kerry dan Zarif memiliki kedekatan karena mereka kerap bertemu dalam perundingan nuklir. ”Zarif yang memiliki pendirian tegas menyatakan kepada Kerry bahwa kapal itu masuk ke teritorial perairan dan Anda (Kerry) seharusnya meminta maaf,” tegas Fadavi. Insiden itu bertepatan saat Presiden AS Barack Obama menyampaikan pidato tahunan. Saat Kerry tiba di Capitol Hill untuk mendengarkan pidato Obama, dia mengatakan kepada CNN bahwa para tentara AS akan segera dibebaskan. ”Dia (Kerry) memiliki hubungan dekat dengan Menlu Zarif dan itu menjadi kontak alamiah,” kata Direktur Komunikasi Gedung Putih, Jen Psaki. Dia mengungkapkan, AS sudah menghubungi Iran. ”Kita juga mendapatkan jaminan keselamatan dan mereka (prajurit) akan kembali melanjutkan perjalanan kembali,” imbuhnya. Sementara, Pentagon menegaskan tidak ada indikasi 10 Marinir AS itu disiksa saat berada di penjara Iran. ”Angkatan Laut akan menginvestigasi penyebab para prajurit AS itu bisa ditahan di Iran,” demikian keterangan Pentagon. Departemen Pertahanan AS menyatakan, 10 Marinir AS itu dievakuasi dengan pesawat, dan dua kapal patroli yang mengalami kerusakan navigasi melanjutkan perjalanan ke Bahrain. Parapejabat AS menyatakan, satu atau dua kapal patroli yang memiliki panjang 20 meter itu mengalami kerusakan mekanis. Kedua kapal itu ditangkap militer Iran dan diamankan ke Pulau Farsi yang berada di antara Iran dan Arab Saudi di Teluk Persia. Kedua kapal itu tak bisa dikontak saat perjalanan dari Kuwait ke Bahrain. Insiden itu berlangsung menjelang perundingan nuklir Iran dengan P5+1 (AS, Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman). Perundingan bertujuan untuk membujuk Iran agar menghentikan program nuklir dengan balasan pencabutan sanksi ekonomi. ”Insiden (kapal AS) seharusnya menunjukkan kekuatan Iran kepada pembuat masalah di Kongres AS yang terus menekan Iran setelah kesepakatan nuklir,” tutur Panglima Militer Iran Mayor Jenderal Hassan Firouzabadi. Selama ini IRGC kerap mencurigai segala aktivitas militer AS di perbatasan Iran. Banyak pejabat senior Iran juga menuding Washington selalu menginginkan perubahan kepemimpinan di Teheran. IRGC memiliki kekuatan darat dan laut yang kerap memainkan provokasi di Teluk yang berbatasan dengan Arab Saudi dan pangkalan AL AS di Bahrain. Pada bulan lalu AL AS menuding kapal perang IRGC menembakkan misil tanpa pemandu di dekat kapal induk USS Harry S. Truman di Selat Hormuz. Namun, Iran membantah hal itu. Pada April 2015 IRGC menyita kapal kontainer milik Maersk, perusahaan pelayaran, di Teluk karena sengketa hukum.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
|
Iran tahan 10 pelaut AS di Teluk Persia
- 13 Januari 2016
Iran telah menahan 10 pelaut Amerika Serikat setelah kapal mereka diberhentikan di Teluk Persia, ungkap seorang pejabat AS kepada BBC.
"Kami kehilangan kontak dengan dua kapal laut AS berukuran kecil yang sedang dalam perjalanan dari Kuwait menuju Bahrain," ujar pejabat itu.
Ia mengatakan, Iran mengabari AS bahwa para pelaut dalam keadaan aman dan "akan segera diizinkan melanjutkan perjalanan".
Berdasarkan pernyataan resmi AS, para pelaut kemungkinan akan dilepaskan pada Rabu (13/01) pagi.
Insiden ini terjadi di dekat pulau Farsi setelah salah satu kapal mengalami masalah mesin.
Kantor berita Iran, FARS, melaporkan bahwa Garda Revolusi Iran menahan sembilan laki-laki dan seorang perempuan, dan bahwa mereka telah "masuk tanpa izin" dan "melakukan pengintaian" di perairan Iran.
Setelah insiden tersebut, Menteri Luar Negeri AS John Kerry segera menghubungi Menlu Iran Javad Zarif untuk memulai negosiasi.
Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya memberi tahu kantor beritaAssociated Press bahwa Kerry "berunding secara pribadi dengan Zarif untuk menyelesaikan masalah ini."
Kerry dan Zarif mengembangkan hubungan pribadi selama tiga tahun perundingan yang berbuah perjanjian tentang nuklir Iran.
Kantor berita konservatif Tasnim melaporkan bahwa kapal Amerika dilengkapi senapan mesin.
"Pemerintah AS terus mendesak Tehran untuk membebaskan para tahanan," kata laporan media tersebut.
Di masa lalu, Garda Revolusi Iran menjaga batas laut Iran secara agresif.
Lima belas pelaut dan marinir Inggris ditahan selama 13 hari pada 2007 setelah mereka ditangkap di wilayah sengketa antara Iran dan Irak.
Ketegangan antara Iran dan AS terus terjadi kendati telah mencapai kesepakatan soal penggunaan nuklir.
Pada Desember lalu, angkatan laut Iran melakukan uji coba roket di dekat kapal perang AS dan kapal komersial di Selat Hormuz.
Uji coba tersebut "sangat provokatif", kata juru bicara militer AS saat itu.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Iran Akan Bebaskan 10 Pelaut AS
A+ A-
TEHERAN - Komandan Angkatan Laut Iran mengatakan, 10 pelaut Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya sempat ditahan dan diinterogasi kemungkinan akan dibebaskan.
"Berdasarkan perintah terakhir, 10 pelaut AS akan dikeluarkan dari penjara dan mereka mungkin secepatnya akan dibebaskan," kata Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Ali Fadavi, seperti disitir dari Xinhua, Rabu (13/1/2016).
Fadavi juga mengatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan, para pelaut tersebut masuk ke perairan Iran dikarenakan masalah teknis dalam sistem navigasi kapal mereka.
"Penyelidikan menunjukkan bahwa masuknya dua kapal Angkatan Laut AS ke wilayah perairan Iran adalah karena masalah teknis dalam sistem navigasi mereka dan masalah ini dalam proses penyelesaian," kata Fadavi.
Sebelumnya Angkatan Laut Iran mengatakan bahwa dua kapal laut AS dengan sepuluh awak kapal, sembilan pria dan satu wanita, telah memasuki wilayah perairan Iran pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat. Mereka kemudian ditahan oleh Iran dan sempat menjalani interogasi.
"Berdasarkan perintah terakhir, 10 pelaut AS akan dikeluarkan dari penjara dan mereka mungkin secepatnya akan dibebaskan," kata Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Ali Fadavi, seperti disitir dari Xinhua, Rabu (13/1/2016).
Fadavi juga mengatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan, para pelaut tersebut masuk ke perairan Iran dikarenakan masalah teknis dalam sistem navigasi kapal mereka.
"Penyelidikan menunjukkan bahwa masuknya dua kapal Angkatan Laut AS ke wilayah perairan Iran adalah karena masalah teknis dalam sistem navigasi mereka dan masalah ini dalam proses penyelesaian," kata Fadavi.
Sebelumnya Angkatan Laut Iran mengatakan bahwa dua kapal laut AS dengan sepuluh awak kapal, sembilan pria dan satu wanita, telah memasuki wilayah perairan Iran pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat. Mereka kemudian ditahan oleh Iran dan sempat menjalani interogasi.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini Penyebab 10 Pelaut AS Ditangkap Iran
WASHINGTON - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Ash Carter menyatakan, kesalahan navigasi menjadi biang kerok ditangkapnya 10 pelaut AS oleh Angkatan Laut Iran beberapa waktu lalu.
"Ada semacam kesalahan navigasi. Namun, semua faktor berkontribusi untuk itu. Kami belum tahu dan kami masih berbicara kepada sejumlah pihak dan kita akan cari tahu lebih lanjut faktor yang menyebabkan kesalahan navigasi ini," tutur Carter seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (15/1/2016).
Carter juga menyatakan, saat ini Pentagon masih menggali informasi dari sepuluh pelaut tersebut untuk mempelajari dan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
Sepuluh pelaut AS dimana salah satu diantaranya perempuan ditahan oleh militer Iran setelah mereka memasuki perairan negara itu tanpa izin. Iran juga menyita dua kapal yang ditumpangi mereka.
Setelah sempat ditahan dan diinterogasi, para pelaut itu kemudian dibebaskan oleh Iran. Menurut Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Ali Fadavi, berdasarkan pemeriksaan, para pelaut tersebut masuk ke perairan Iran dikarenakan masalah teknis dalam sistem navigasi kapal mereka.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selasa 19 Jan 2016, 17:44 WIB.
Sambut Baik Pencabutan Sanksi, Khamenei Minta Iran Tetap Waspadai AS
Ayatollah Ali Khamenei (IRNA)
Teheran - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyambut baik pencabutan sanksi internasional. Namun Khamenei memperingatkan agar Iran tetap waspada terhadap musuh lamanya, Amerika Serikat, yang penuh tipu daya.
Dilaporkan televisi nasional Iran, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/1/2016), Khamenei menulis surat kepada Presiden Hassan Rouhani yang isinya menyampaikan ucapan selamat atas penerapan kesepakatan nuklir, yang berujung pencabutan sanksi dari AS, Uni Eropa dan PBB, akhir pekan lalu.
(Baca juga: Iran Akan Hormati Kesepakatan Nuklir Jika Negara Barat Juga)
Dalam komentar pertamanya sejak kesepakatan nuklir diterapkan, otoritas tertinggi Iran memperjelas bahwa AS masih harus diperlakukan dengan penuh rasa curiga. Khamenei sama sekali tidak menyebut pertukaran tahanan antara Iran dengan AS yang terjadi baru-baru ini.
"Saya menekankan perlunya waspada terhadap negara-negara arogan yang penuh tipu daya dan pengkhianatan, khususnya Amerika Serikat, dalam isu ini (nuklir) dan isu-isu lainnya," ucap Khamenei dalam pernyataannya.
"Berhati-hatilah agar pihak yang lain memenuhi komitmennya secara penuh. Komentar yang disampaikan beberapa politikus Amerika dalam dua, tiga hari terakhir mencurigakan," imbuhnya.
(Baca juga: Sanksi Dicabut, Iran Beli 114 Pesawat Airbus Senilai Rp 140 T)
Pernyataan Khamenei merujuk pada komentar bakal calon presiden AS dari Partai Republik yang mengkritik kesepakatan dengan Iran. Beberapa pejabat Iran khawatir jika AS 'melarikan diri' dari kesepakatan ketika Presiden Barack Obama mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2017 mendatang.
Harapan untuk meningkatkan hubungan dan kedekatan antara Iran dan AS kandas setelah pada Minggu (17/1), AS kembali menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan-perusahaan yang dituding mendukung program rudal balistik Iran.
Sanksi baru ini jelas menuai kemarahan otoritas Iran. Pemerintah Iran mengumumkan akan terus mengembangkan program rudalnya. Bahkan Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Hossein Dehqan mengatakan, dalam waktu dekat Iran akan memamerkan rudal-rudal baru yang diproduksi.
(Baca juga: Dapat Sanksi dari AS, Iran Akan Pamerkan Rudal Baru)
Dilaporkan televisi nasional Iran, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/1/2016), Khamenei menulis surat kepada Presiden Hassan Rouhani yang isinya menyampaikan ucapan selamat atas penerapan kesepakatan nuklir, yang berujung pencabutan sanksi dari AS, Uni Eropa dan PBB, akhir pekan lalu.
(Baca juga: Iran Akan Hormati Kesepakatan Nuklir Jika Negara Barat Juga)
Dalam komentar pertamanya sejak kesepakatan nuklir diterapkan, otoritas tertinggi Iran memperjelas bahwa AS masih harus diperlakukan dengan penuh rasa curiga. Khamenei sama sekali tidak menyebut pertukaran tahanan antara Iran dengan AS yang terjadi baru-baru ini.
"Saya menekankan perlunya waspada terhadap negara-negara arogan yang penuh tipu daya dan pengkhianatan, khususnya Amerika Serikat, dalam isu ini (nuklir) dan isu-isu lainnya," ucap Khamenei dalam pernyataannya.
"Berhati-hatilah agar pihak yang lain memenuhi komitmennya secara penuh. Komentar yang disampaikan beberapa politikus Amerika dalam dua, tiga hari terakhir mencurigakan," imbuhnya.
(Baca juga: Sanksi Dicabut, Iran Beli 114 Pesawat Airbus Senilai Rp 140 T)
Pernyataan Khamenei merujuk pada komentar bakal calon presiden AS dari Partai Republik yang mengkritik kesepakatan dengan Iran. Beberapa pejabat Iran khawatir jika AS 'melarikan diri' dari kesepakatan ketika Presiden Barack Obama mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2017 mendatang.
Harapan untuk meningkatkan hubungan dan kedekatan antara Iran dan AS kandas setelah pada Minggu (17/1), AS kembali menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan-perusahaan yang dituding mendukung program rudal balistik Iran.
Sanksi baru ini jelas menuai kemarahan otoritas Iran. Pemerintah Iran mengumumkan akan terus mengembangkan program rudalnya. Bahkan Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Hossein Dehqan mengatakan, dalam waktu dekat Iran akan memamerkan rudal-rudal baru yang diproduksi.
(Baca juga: Dapat Sanksi dari AS, Iran Akan Pamerkan Rudal Baru)
-
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selasa 19 Jan 2016, 13:36 WIB
Iran Akan Hormati Kesepakatan Nuklir Jika Negara Barat Juga
Hassan Rouhani (REUTERS/President.ir/Handout)
Teheran - Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan pihaknya tidak akan melanggar kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia. Hal ini selama negara-negara Barat juga menghormati komitmennya dalam kesepakatan itu.
Dengan menyebut kesepakatan nuklir ini sebagai contoh unik dalam sejarah diplomasi, Rouhani menyatakan Iran berkomitmen untuk tidak membuat senjata nuklir. Amerika Serikat, Uni Eropa dan PBB telah mencabut sanksi ekonomi yang menjauhkan Iran dari sistem finansial global selama bertahun-tahun. Hal ini setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan Iran telah memenuhi ketentuan untuk membatasi program nuklirnya.
"Kami akan berkomitmen pada kesepakatan nuklir asalkan pihak lain juga (berkomitmen)," ucap Rouhani seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA, saat berbicara dalam pertemuan dengan Kepala IAEA Yukiya Amano, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/1/2016).
(Baca juga: Sanksi Nuklir Iran Dicabut, AS Jatuhkan Sanksi Baru)
Amano tiba di Teheran pada Minggu (17/1) waktu setempat, untuk memberikan penjelasan mengenai wewenang lembaganya yang memiliki kekuatan lebih besar untuk memastikan setiap material nuklir di Iran hanya akan digunakan untuk tujuan damai.
"Bahkan jika suatu hari nanti datang ketika tidak ada lagi NPT (Perjanjian Non-Proliferasi), perlindungan ataupun inspeksi oleh IAEA, Iran secara moral dan religius berkomitmen untuk tidak mengejar senjata pemusnah massal," tegas Rouhani.
(Baca juga: Iran Bebaskan 4 WN AS yang Ditahan Usai Sanksi Nuklir Dicabut)
Di bawah kesepakatan nuklir yang disepakati pada Juli 2015, Iran sepakat untuk menerapkan dan kemudian meratifikasi Protokol Tambahan IAEA pada Kesepakatan Perlindungan Komprehensif. Ini akan memberikan inspektur IAEA lebih banyak wewenang, mengingat Iran harus membuka akses ke lokasi-lokasi pembangkit nuklirnya dalam jangka waktu 24 hari. Jika Iran menolak, dia akan menghadapi kemungkinan sanksi PBB.
"Banyak pekerjaan yang telah dilakukan untuk bisa mencapai posisi kita sekarang ini. Upaya yang sama dan berkelanjutan akan diperlukan di masa mendatang," tutur Amano kepada media setempat, usai bertemu Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali Akbar Salehi.
(Baca juga: Iran Isi Inti Reaktor Nuklir dengan Semen)
Dengan menyebut kesepakatan nuklir ini sebagai contoh unik dalam sejarah diplomasi, Rouhani menyatakan Iran berkomitmen untuk tidak membuat senjata nuklir. Amerika Serikat, Uni Eropa dan PBB telah mencabut sanksi ekonomi yang menjauhkan Iran dari sistem finansial global selama bertahun-tahun. Hal ini setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan Iran telah memenuhi ketentuan untuk membatasi program nuklirnya.
"Kami akan berkomitmen pada kesepakatan nuklir asalkan pihak lain juga (berkomitmen)," ucap Rouhani seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA, saat berbicara dalam pertemuan dengan Kepala IAEA Yukiya Amano, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/1/2016).
(Baca juga: Sanksi Nuklir Iran Dicabut, AS Jatuhkan Sanksi Baru)
Amano tiba di Teheran pada Minggu (17/1) waktu setempat, untuk memberikan penjelasan mengenai wewenang lembaganya yang memiliki kekuatan lebih besar untuk memastikan setiap material nuklir di Iran hanya akan digunakan untuk tujuan damai.
"Bahkan jika suatu hari nanti datang ketika tidak ada lagi NPT (Perjanjian Non-Proliferasi), perlindungan ataupun inspeksi oleh IAEA, Iran secara moral dan religius berkomitmen untuk tidak mengejar senjata pemusnah massal," tegas Rouhani.
(Baca juga: Iran Bebaskan 4 WN AS yang Ditahan Usai Sanksi Nuklir Dicabut)
Di bawah kesepakatan nuklir yang disepakati pada Juli 2015, Iran sepakat untuk menerapkan dan kemudian meratifikasi Protokol Tambahan IAEA pada Kesepakatan Perlindungan Komprehensif. Ini akan memberikan inspektur IAEA lebih banyak wewenang, mengingat Iran harus membuka akses ke lokasi-lokasi pembangkit nuklirnya dalam jangka waktu 24 hari. Jika Iran menolak, dia akan menghadapi kemungkinan sanksi PBB.
"Banyak pekerjaan yang telah dilakukan untuk bisa mencapai posisi kita sekarang ini. Upaya yang sama dan berkelanjutan akan diperlukan di masa mendatang," tutur Amano kepada media setempat, usai bertemu Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali Akbar Salehi.
(Baca juga: Iran Isi Inti Reaktor Nuklir dengan Semen)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selasa 12 Jan 2016, 16:06 WIB
Iran Isi Inti Reaktor Nuklir dengan Semen
Nasib reaktor ini adalah salah satu titik utama yang mencuat dalam proses panjang negosiasi nuklir Iran, tahun lalu.
Melalui kesepakatan bersama, Iran setuju reaktor air berat akan dikonfigurasi sehingga tidak mampu menghasilkan bahan untuk senjata nuklir.
Langkah itu adalah salah satu langkah akhir yang diperlukan dalam mencapai kesepakatan.
Hal ini akan membawa Iran lebih dekat dengan bantuan dari sanksi ekonomi yang dinegosiasikan dalam pertukaran untuk perubahan industri nuklirnya.
Negosiasi dilakukan antara pemerintah Iran dengan P5 + 1 yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Cina, Prancis, Rusia, dan Jerman. Dari perundingan itu, mereka sepakat membentuk komite Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Keenam negara yang terlibat dalam negosiasi ini juga sepakat untuk turut serta dalam desain dan konstruksi reaktor yang dimodernisasi di Arak.
Iran membantah bahwa setiap aktivitas nuklirnya ditujukan untuk mengembangkan senjata, dan mengatakan bahwa reaktor air berat berkapasitas 40-megawatt di Arak ini digunakan untuk memproduksi isotop untuk pengobatan kanker dan perawatan medis lainnya.
Behrouz Kamalvandi, juru bicara badan energi atom Iran, mengatakan kepada surat kabar Etemad bahwa Iran "telah memenuhi komitmennya berdasarkan perjanjian nuklir pada bulan Juli lebih cepat dari yang diharapkan."
"Pelaksanaan JCPOA akan selesai dalam tujuh hari ke depan," katanya.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi negara pada hari Senin (11/1): "Kami berharap bahwa sanksi terhadap Iran akan dicabut dalam beberapa hari ke depan."
Berdasarkan perjanjian pada bulan Juli, Badan Energi Atom Internasional akan memutuskan kapan Teheran telah memenuhi kewajibannya.
Bidang utama kesepakatan nuklir:
Pengayaan uranium: Iran dapat mengoperasikan 5.060 sentrifugal generasi pertama, yang dikonfigurasi untuk memperkaya uranium sampai 3,67%. Jumlah itu jauh di bawah kebutuhan untuk membuat senjata atom. Iran juga dapat mengoperasikan sampai 1.000 sentrifugal di fasilitas gunung yang ada di Fordow - tetapi ini tidak dapat digunakan untuk memperkaya uranium.Produksi plutonium: Iran telah sepakat untuk mengkonfigurasi reaktor air berat di Arak, sehingga ini hanya akan menghasilkan jumlah kecil plutonium sebagai produk sampingan dari pembangkit listrik, dan tidak akan membangun lagi reaktor air berat selama 15 tahun.
Inspeksi: Pengawasan internasional akan mampu melaksanakan program komprehensif untuk meninjau fasilitas nuklir Iran.
Sanksi: Semua sanksi energi Uni Eropa dan AS, sanksi ekonomi dan keuangan, dan sebagian besar sanksi PBB, akan dicabut bila Iran memenuhi bagian utama dari kesepakatan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sanksi Dicabut, Iran Beli 114 Pesawat Airbus Senilai Rp 140 T
Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Selasa, 19/01/2016 07:04 WIB
Paris -Sanksi internasional terhadap Iran, termasuk ekonomi telah dicabut. Iran kini bisa langsung tancap gas untuk mengejar ketertinggalan di bidang pembangunan, termasuk sektor transportasi. Pasca pembukaan sanksi Iran, produsen pesawat asal Eropa yakni Airbus akan kebanjiran order dari Iran.
Iran melalui Menteri Perhubungannya, Abbas Akhooni berbicara kepada Tasnim News Agency seperti dikutip Reuters, Selasa (18/1/2016), berencana membeli 114 unit pesawat jet komersial. Pembelian ini diproyeksi bernilai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun (asumsi US$ 1 = Rp 14.000). Namun tak dirinci jenis Airbus apa yang akan dipilih.
Komitmen ekspansi di segala sektor pasca penghapusan sanksi dibenarkan oleh Presiden Iran, Hassan Rouhani.
"Langkah Iran dalam sektor ekonomi sekarang sudah terbebas dari sanksi. Ini waktunya untu membangun dan tumbuh," cuit Rouhani dalam akun twitter-nya.
Sementara itu, Airbus belum melakukan pembicaraan lebih jauh terkait rencana pembelian oleh Iran. Airbus masih memandang Iran sebagai negara yang memiliki ketidakstabilan yang tinggi, seperti persoalan pinjaman, sistem hukum yang tradisional, korupsi, dan sektor tenaga kerja yang kaku.
Meski kondisi itu masih membayang-bayangi namun Airbus menilai adanya potensi yang jauh lebih besar, khususnya pada bisnis transportasi udara. Jumlah penduduk Iran mencapai 80 juta orang dan pengeluaran penduduk Iran hingga US$ 400 miliar per tahun bisa menjadi daya tarik.
Iran juga akan memperoleh aliran dana US$ 100 miliar yang diblokir saat menjalani sanksi internasional. Belum lagi tambahan pendapatan dari ekspor minyak yang meningkat karena Iran selama ini tidak bisa leluasa menjual minyak karena sanksi. Padahal, Iran termasuk negara penghasil minyak terbesar di dunia.
Presiden Iran juga akan mengincar investasi asing antara US$ 30 miliar sampai US$ 50 miliar dalam 5 tahun ke depan. Investasi ini dinilai bisa menjadi penggerak ekonomi di dalam negeri Iran. Pertumbuhan ekonomi yang saat ini berkisar 0%, diproyeksi bisa melompat hingga 8% dalam beberapa tahun ke depan. Dengan daya beli tinggi dan kucuran dana yang selama ini dibekukan serta gairah ekonomi, Iran bisa membeli armada baru yang efisien untuk mendukung naiknya mobilitas orang lokal dan asing di Iran.
Iran melalui Menteri Perhubungannya, Abbas Akhooni berbicara kepada Tasnim News Agency seperti dikutip Reuters, Selasa (18/1/2016), berencana membeli 114 unit pesawat jet komersial. Pembelian ini diproyeksi bernilai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun (asumsi US$ 1 = Rp 14.000). Namun tak dirinci jenis Airbus apa yang akan dipilih.
Komitmen ekspansi di segala sektor pasca penghapusan sanksi dibenarkan oleh Presiden Iran, Hassan Rouhani.
"Langkah Iran dalam sektor ekonomi sekarang sudah terbebas dari sanksi. Ini waktunya untu membangun dan tumbuh," cuit Rouhani dalam akun twitter-nya.
Sementara itu, Airbus belum melakukan pembicaraan lebih jauh terkait rencana pembelian oleh Iran. Airbus masih memandang Iran sebagai negara yang memiliki ketidakstabilan yang tinggi, seperti persoalan pinjaman, sistem hukum yang tradisional, korupsi, dan sektor tenaga kerja yang kaku.
Meski kondisi itu masih membayang-bayangi namun Airbus menilai adanya potensi yang jauh lebih besar, khususnya pada bisnis transportasi udara. Jumlah penduduk Iran mencapai 80 juta orang dan pengeluaran penduduk Iran hingga US$ 400 miliar per tahun bisa menjadi daya tarik.
Iran juga akan memperoleh aliran dana US$ 100 miliar yang diblokir saat menjalani sanksi internasional. Belum lagi tambahan pendapatan dari ekspor minyak yang meningkat karena Iran selama ini tidak bisa leluasa menjual minyak karena sanksi. Padahal, Iran termasuk negara penghasil minyak terbesar di dunia.
Presiden Iran juga akan mengincar investasi asing antara US$ 30 miliar sampai US$ 50 miliar dalam 5 tahun ke depan. Investasi ini dinilai bisa menjadi penggerak ekonomi di dalam negeri Iran. Pertumbuhan ekonomi yang saat ini berkisar 0%, diproyeksi bisa melompat hingga 8% dalam beberapa tahun ke depan. Dengan daya beli tinggi dan kucuran dana yang selama ini dibekukan serta gairah ekonomi, Iran bisa membeli armada baru yang efisien untuk mendukung naiknya mobilitas orang lokal dan asing di Iran.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Senin 18 Jan 2016, 04:05 WIB. Iran Bebaskan 4 WN AS yang Ditahan Usai Sanksi Nuklir Dicabut
Jenewa - Koresponden The Washington Post Teheran Jason Rezaian dibebaskan. Dia dibebaskan usai ditahan di Iran selama hampir 18 bulan.
Dilansir dari AFP, Senin (18/1/2016), Rezaian merupakan salah satu dari empat warga asal Amerika Serikat (AS) yang dibebaskan oleh Pemerintah Iran. Proses pembebasan tawanan berlangsung di salah satu bandara di Jenewa, Swiss.
"Senang untuk menyambut kembali Jason #Rezaian, istrinya bernama Yegi, ibunya bernama Mary, + Saed #Abedini + Amir #Hekmati di #Jenewa setelah melakukan perjalanan dengan selamat dari Iran," ujar diplomat senior AS Brett McGurk di akun twitternya.
Salah seorang jurnalis AFP yang berada di bandara Jenewa mengatakan bahwa pesawat Angkatan Udara Iran yang membawa empat warga negara AS itu mendarat di bandara di Jenewa sekitar pukul 17.00 GMT. Pesawat terparkir persis di samping pesawat pejabat AS.
Kemudian setelah mendarat para tahanan langsung dibebaskan. Semuanya memiliki kewarganegaraan ganda yaitu AS-Iran.
Dalam cuitannya, Brett McGurk menegaskan empat orang yang dibebaskan antara lain Rezaian, Saeed Abedini, seorang pendeta Kristen, dan mantan Marinir AS Amir Hekmati. Pembebasan terhadap mereka telah diumumkan pada hari Sabtu lalu, beberapa jam sebelum sanksi nuklir Iran dicabut.
Presiden Barack Obama pun kemudian menanggapi pembebasan keempat warganya tersebut. "Ketika orang Amerika dibebaskan, itu adalah sesuatu yang harus kita semua bisa rayakan," kata Presiden Barack Obama dalam pernyataan yang disiarkan di televisi dari Gedung Putih.
Namun Obama menambahkan bahwa AS tetap akan berhati-hati terhadap Pemerintah Iran. Termasuk juga pemberian dukungan kepada kelompok-kelompok militan.
Sesuai kesepakatan yang dicapai pada 14 Juli 2016 tersebut, Iran setuju untuk menurunkan dengan drastis aktivitas nuklirnya. Sebagai imbalannya, Iran akan dibebaskan dari sanksi-sanksi internasional, khususnya sanksi terhadap ekspor minyak Iran.
(yds/dnu)
Dilansir dari AFP, Senin (18/1/2016), Rezaian merupakan salah satu dari empat warga asal Amerika Serikat (AS) yang dibebaskan oleh Pemerintah Iran. Proses pembebasan tawanan berlangsung di salah satu bandara di Jenewa, Swiss.
"Senang untuk menyambut kembali Jason #Rezaian, istrinya bernama Yegi, ibunya bernama Mary, + Saed #Abedini + Amir #Hekmati di #Jenewa setelah melakukan perjalanan dengan selamat dari Iran," ujar diplomat senior AS Brett McGurk di akun twitternya.
Salah seorang jurnalis AFP yang berada di bandara Jenewa mengatakan bahwa pesawat Angkatan Udara Iran yang membawa empat warga negara AS itu mendarat di bandara di Jenewa sekitar pukul 17.00 GMT. Pesawat terparkir persis di samping pesawat pejabat AS.
Kemudian setelah mendarat para tahanan langsung dibebaskan. Semuanya memiliki kewarganegaraan ganda yaitu AS-Iran.
Dalam cuitannya, Brett McGurk menegaskan empat orang yang dibebaskan antara lain Rezaian, Saeed Abedini, seorang pendeta Kristen, dan mantan Marinir AS Amir Hekmati. Pembebasan terhadap mereka telah diumumkan pada hari Sabtu lalu, beberapa jam sebelum sanksi nuklir Iran dicabut.
Presiden Barack Obama pun kemudian menanggapi pembebasan keempat warganya tersebut. "Ketika orang Amerika dibebaskan, itu adalah sesuatu yang harus kita semua bisa rayakan," kata Presiden Barack Obama dalam pernyataan yang disiarkan di televisi dari Gedung Putih.
Namun Obama menambahkan bahwa AS tetap akan berhati-hati terhadap Pemerintah Iran. Termasuk juga pemberian dukungan kepada kelompok-kelompok militan.
Sesuai kesepakatan yang dicapai pada 14 Juli 2016 tersebut, Iran setuju untuk menurunkan dengan drastis aktivitas nuklirnya. Sebagai imbalannya, Iran akan dibebaskan dari sanksi-sanksi internasional, khususnya sanksi terhadap ekspor minyak Iran.
(yds/dnu)
----------------------------------------------------------------------------------------
Sanksi Nuklir Iran Dicabut, AS Jatuhkan Sanksi Baru
Foto: Internet
Teheran, - Sanksi nuklir Iran baru saja dicabut. Namun kini, sanksi baru dijatuhkan kepada negara Republik Islam itu.
Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi-sanksi baru untuk Iran terkait program rudal balistiknya. Hal ini dilakukan hanya beberapa hari setelah dicabutnya sanksi internasional terkait program nuklir Iran.
Pemerintah Iran mengecam keras sanksi-sanksi baru dari AS ini. Dicetuskan Ansari, sanksi-sanksi ekonomi baru yang dijatuhkan AS tersebut tidak sah.
"Program rudal Iran tak pernah dirancang untuk mampu membawa senjata nuklir," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hossein Jaber Ansari seperti dikutip kantor berita Iran, ISNA dan dilansir AFP, Senin (18/1/2016).
Pada Minggu, 17 Januari waktu setempat, pemerintah AS mengumumkan sanksi-sanksi baru terkait program rudal balistik Irak. Pengumuman ini disampaikan setelah pencabutan sanksi-sanksi internasional terkait aktivitas nuklir Iran, menyusul pertemuan Iran dengan negara-negara besar dunia di Wina, Austria mengenai penerapan kesepakatan nuklir.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memuji penerapan kesepakatan nuklir dan pertukaran tahanan dengan Iran sebagai kemenangan diplomasi. Obama meyakini hal ini akan semakin meningkatkan hubungan antara Iran dengan dunia.
Sanksi ekonomi terhadap Iran resmi dicabut akhir pekan lalu, dan sebagai gantinya, Iran membebaskan empat warga AS yang sempat ditahan pihaknya. Keempat warga AS yang dibebaskan Iran itu, telah diterbangkan ke Jenewa, Swiss dengan pesawat Iran pada Minggu (17/1) waktu setempat.
(ita/ita)
Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi-sanksi baru untuk Iran terkait program rudal balistiknya. Hal ini dilakukan hanya beberapa hari setelah dicabutnya sanksi internasional terkait program nuklir Iran.
Pemerintah Iran mengecam keras sanksi-sanksi baru dari AS ini. Dicetuskan Ansari, sanksi-sanksi ekonomi baru yang dijatuhkan AS tersebut tidak sah.
"Program rudal Iran tak pernah dirancang untuk mampu membawa senjata nuklir," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hossein Jaber Ansari seperti dikutip kantor berita Iran, ISNA dan dilansir AFP, Senin (18/1/2016).
Pada Minggu, 17 Januari waktu setempat, pemerintah AS mengumumkan sanksi-sanksi baru terkait program rudal balistik Irak. Pengumuman ini disampaikan setelah pencabutan sanksi-sanksi internasional terkait aktivitas nuklir Iran, menyusul pertemuan Iran dengan negara-negara besar dunia di Wina, Austria mengenai penerapan kesepakatan nuklir.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memuji penerapan kesepakatan nuklir dan pertukaran tahanan dengan Iran sebagai kemenangan diplomasi. Obama meyakini hal ini akan semakin meningkatkan hubungan antara Iran dengan dunia.
Sanksi ekonomi terhadap Iran resmi dicabut akhir pekan lalu, dan sebagai gantinya, Iran membebaskan empat warga AS yang sempat ditahan pihaknya. Keempat warga AS yang dibebaskan Iran itu, telah diterbangkan ke Jenewa, Swiss dengan pesawat Iran pada Minggu (17/1) waktu setempat.
(ita/ita)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar