Inilah Pernyataan Ustad Maulana, Menurut MUI Sangat Menyesatkan:
KLICK VIDEO CLIP DIBAWAH INI :
https://www.youtube.com/watch?v=Ptt2djCxnOA
Nasehat Habib Rizieq Untuk Ust. Nur Maulana yang HALALKAN Pilih Non Islam
KLICK VIDEO CLIP DIBAWAH INI :
https://www.youtube.com/watch?v=g0G7k7YFXVw
Ust MAULANA Vs Ustad ARIFIN ILHAM Tentang KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM Boleh Orang Non Muslim Atau Tidak
KLICK VIDEO CLIP DIBAWAH INI :
https://www.youtube.com/watch?v=7a_fERJdOMw
Ustad Maulana Dilaporkan ke Polisi
https://www.youtube.com/watch?v=UXs20d7esZ4
Soal Kepemimpinan :
Yang Muslim saja
Belum Tentu Baik,
Apalagi Kalau Dia Kafir!
Soal Kepemimpinan: Yang Muslim saja Belum Tentu Baik, Apalagi Kalau Dia Kafir!
JAKARTA (Panjimas.com) – Anggota MUI Pusat, KH Ahmad
Cholil Ridwan Lc, menegaskan bahwa dalam syariat Islam telah diatur,
seorang Muslim wajib memilih pemimpin yang Muslim dan haram memilih
pemimpin kafir.
Aturan Islam tentang kepimpinan tersebut menurut Kyai Cholil -sapaan
akrabnya- seyogyanya dilaksanakan hingga satuan komunitas terkecil
sebuah negara, yakni Ketua Rukun Tetangga (RT).
“Dia jadi ketua RT, ketu RW, Lurah, kalau di lingkungan itu mayoritas
Muslim, wajib ketua RT itu Muslim, sebab RT itu satuan terkecil dari
sebuah negara,” kata Kyai Cholil saat dihubungi Panjimas.com, Selasa (10/11/2015).
Pengasuh Pondok Pesantren, Al-Husnayain itu pun menjelaskan, bahkan
pemimpin yang dipilih oleh umat Islam bukan sekedar Muslim, tetapi juga
orang beriman yang memiliki kemampuan dan amanah.
“Muslim pun bukan sekedar Muslim KTP, tetapi Muslim yang Mukmin yang
ideologis. Jangan kaya PKI yang memberontak tahun 1948 yang membunuh
para ulama di Jawa Timur, ketuanya itu Muslim namanya Muso, Alimin, Amir
Syarifudin, semuanya Muslim. Lalu tahun 1965 mereka memberontak lagi,
yang dibunuh tidak tanggung-tanggung, jenderal bintang 4, disiksa dulu
lalu mereka dimasukkan ke Lubang Buaya,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Kyai Cholil prihatin jika ada dai atau ustadz
berpikiran dangkal dan asal bicara, tak pelu melihat latar belakang
agama menjadikan seseorang sebagai pemimpin. Sebab syariat Islam sudah
mengaturnya secara rinci tentang masalah kepemimpinan. (Baca: Kyai Cholil Ridwan: Pernyataan Ustadz Maulana Menyesatkan, Bertentangan dengan Al-Qur’an!)
“Yang Muslim saja bisa jadi musuh, membunuhi umat Islam, membunuhi
ulama dan mau merebut kekuasaan di Indonesia ini sehingga terjadilah
peristiwa seperti tahun 1965. Lalu bagaimana kalau di kafir? Yang Muslim
saja belum tentu dia baik, dia shalih, apalagi kalau dia kafir!”
ucapnya.
Selain itu, Kyai Cholil juga membantah anggapan salah kaprah “lebih
baik kafir tapi tidak korupsi” seperti pernah dilontarkan oleh Gubernur
DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Tidak betul itu kalau ada analogi, ‘mendingan kafir tapi tidak
korupsi’ yang korupsi itu oknum. Belum tentu juga yang kafir tidak
korupsi. Kebetulan saja kita berada di negara muslim terbesar, jadi yang
kelihatan banyak korupsi orang Islam,” tandasnya. [AW]
Pernyataan Ustadz Maulana Menyesatkan, Bertentangan dengan Al-Qur’an!
Kyai Cholil Ridwan:
Pernyataan Ustadz Maulana Menyesatkan, Bertentangan dengan Al-Qur’an!
JAKARTA (Panjimas.com) – Anggota Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat, KH Ahmad Cholil Ridwan, Lc membantah pernyataan
Ustadz M Nur Maulana yang mengatakan, soal kepemimpinan tidak perlu
melihat latar belakang agama.
Menurut Kyai Cholil -sapaan akrabnya- pernyataan itu bertentangan Al-Qur’an, dimana dalam syariat Islam diatur bahwa wajib memilih pemimpin Muslim.
“Itu menyesatkan pernyataan seperti itu, karena itu bertentangan dengan Al-Qur’an,” kata Kyai Cholil saat dihubungi Panjimas.com, Selasa (10/11/2015).
Kyai Cholil pun mengutarakan dalil dari Surat Ali Imran ayat 28 yang menjadi salah satu dasar pijakan kaum Muslim tentang larangan memilih pemimpin kafir.
“Buat apa ada ayat yang menyatakan لَا يَتَّخِذِ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ‘Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi auliya (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin’ jadi selama orang mukmin masih ada tidak boleh kita mengambil pemimpin orang kafir, apalagi di Indonesia mayoritas Muslim,” jelasnya.
Sementara itu, soal analogi pilot pesawat non muslim yang disampaikan Ustadz Maulana, menurut Kyai Cholil analogi tersebut sangat berbeda.
Pasalnya, perkara pilot pesawat itu muslim atau non muslim tidak ada masalah, sebab hal ini menyangkut urusan muamalah dalam Islam, dimana hal itu diberikan kelonggaran. Berbeda dengan masalah kepimpinan yang jelas diatur dalam syariat Islam.
“Tidak bisa dianalogikan dengan pilot pesawat. Apalagi kalau pesawatnya yang punya orang kafir, sehingga tergantung yang punya pesawat atau perusahaan itu. Kita naik haji pun pakai pesawata, itu tidak masalah. Pesawat hanya mengantar orang naik haji ke Jeddah, lalu kita turun, kemudian pulang naik pesawat itu lagi. Ngga ada yang perlu dipermasalahkan soal itu, karena ngga ada hajinya lalu ngga mabrur karena pilotnya kafir. Begitu juga kalau kita belanja di swalayan yang miliknya orang kafir, itu juga tidak masalah,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebagaimana dilansir halaman Fanpage Facebook, Front Pembela Islam – FPI, Ustadz Maulana dalam ceramahnya, pada Senin (9/11/2015), pagi melontarkan sebuah pernyataan yang tidak sepantasnya terucap dari mulut seorang dai. (Baca: Astaghfirullah, Ustadz Artis M Nur Maulana Nyatakan Soal Kepemimpinan tak Usah Bicara Agama)
Saat menyinggung sebuah perkara kepemimpinan, pernyataan Ustadz Maulana justru menabrak syariat Islam.
“Ah agamanya beda? kalau kita membahas kepemimpinan tidak usah bicara agama. Kepemimpinan itu tidak berbicara masalah agama. Jadi kau tidak mau naik pesawat kalau pilotnya agama lain? jadi berbicara seperti ini jangan ada black campaign,” tutur Ustadz Maulana yang dikenal dengan jargon kalimat; “jamaah, oh jamaah,” tersebut.PI menyampaikan nasihat terbuka tentang haramnya memilih pemi
Menyikapi hal tersebut, laman Fanpage F
mpin kafir. [AW]
Menurut Kyai Cholil -sapaan akrabnya- pernyataan itu bertentangan Al-Qur’an, dimana dalam syariat Islam diatur bahwa wajib memilih pemimpin Muslim.
“Itu menyesatkan pernyataan seperti itu, karena itu bertentangan dengan Al-Qur’an,” kata Kyai Cholil saat dihubungi Panjimas.com, Selasa (10/11/2015).
Kyai Cholil pun mengutarakan dalil dari Surat Ali Imran ayat 28 yang menjadi salah satu dasar pijakan kaum Muslim tentang larangan memilih pemimpin kafir.
“Buat apa ada ayat yang menyatakan لَا يَتَّخِذِ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ‘Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi auliya (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin’ jadi selama orang mukmin masih ada tidak boleh kita mengambil pemimpin orang kafir, apalagi di Indonesia mayoritas Muslim,” jelasnya.
Sementara itu, soal analogi pilot pesawat non muslim yang disampaikan Ustadz Maulana, menurut Kyai Cholil analogi tersebut sangat berbeda.
Pasalnya, perkara pilot pesawat itu muslim atau non muslim tidak ada masalah, sebab hal ini menyangkut urusan muamalah dalam Islam, dimana hal itu diberikan kelonggaran. Berbeda dengan masalah kepimpinan yang jelas diatur dalam syariat Islam.
“Tidak bisa dianalogikan dengan pilot pesawat. Apalagi kalau pesawatnya yang punya orang kafir, sehingga tergantung yang punya pesawat atau perusahaan itu. Kita naik haji pun pakai pesawata, itu tidak masalah. Pesawat hanya mengantar orang naik haji ke Jeddah, lalu kita turun, kemudian pulang naik pesawat itu lagi. Ngga ada yang perlu dipermasalahkan soal itu, karena ngga ada hajinya lalu ngga mabrur karena pilotnya kafir. Begitu juga kalau kita belanja di swalayan yang miliknya orang kafir, itu juga tidak masalah,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebagaimana dilansir halaman Fanpage Facebook, Front Pembela Islam – FPI, Ustadz Maulana dalam ceramahnya, pada Senin (9/11/2015), pagi melontarkan sebuah pernyataan yang tidak sepantasnya terucap dari mulut seorang dai. (Baca: Astaghfirullah, Ustadz Artis M Nur Maulana Nyatakan Soal Kepemimpinan tak Usah Bicara Agama)
Saat menyinggung sebuah perkara kepemimpinan, pernyataan Ustadz Maulana justru menabrak syariat Islam.
“Ah agamanya beda? kalau kita membahas kepemimpinan tidak usah bicara agama. Kepemimpinan itu tidak berbicara masalah agama. Jadi kau tidak mau naik pesawat kalau pilotnya agama lain? jadi berbicara seperti ini jangan ada black campaign,” tutur Ustadz Maulana yang dikenal dengan jargon kalimat; “jamaah, oh jamaah,” tersebut.PI menyampaikan nasihat terbuka tentang haramnya memilih pemi
Menyikapi hal tersebut, laman Fanpage F
mpin kafir. [AW]
INDOBERITA.COM
– Pernyataan Ustad Maulana menyesatkan Belum lama ini, kontroversi
terjadi kembali dilakukan oleh seorang Ustadz yang terkenal dengan
slogan “Jamaah Oh.. Jamaah”, Ustad Maulana. Pasalnya, pada sebuah acara
televisi ia melontarkan pengertian yang salah ketika maulana mengatakan
‘Kepemimpinan tak perlu melihat terhadap latar belakang agama’. Kontan
saja, perkataan tersebut langsung langsung ditanggapi serius oleh KH
Ahmad Cholil Ridwan, Lc, selaku Anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Pusat.
Kyai Cholil mengatakan, jika
pernyataan yang dikeluarkan oleh Ustad Maulana tersebut telah
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Padahal, didalam syariat
Islam telah diatur bagaimana cara memilih pemimpin terbaik dari umat
Islam sendiri dan bukan dari non muslim. “Apa yang diungkapkan Ustad
Maulana adalah hal yang sangat menyesatkan, pasalnya itu sudah
bertentangan dengan Ayat suci Al-Qur’an,” tegas Kyai Cholil, Rabu
(11/11/2015).
Kyai Cholil pun
langsung membeberkan sebuah dalil yang diambil dari Qs. Ali Imran, ayat
28 yang jadi dasar untuk umat Islam memilih pemimpin dari umat islam
sendiri, bukan dari golongan kafir. “begini ya, untuk apa ada ayat yang
berfirman :
لَا يَتَّخِذِ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya,
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil dari orang-orang kafir jadi
seorang auliya (pemimpin) dengan meninggalkan orang mukmin’” Sudah
jelaskan jika ayat ini ada pengharaman bagi kita pilih pimpinan orang
kafir, apalagi Indonesia mayorits adalah muslim” tegas Kyai Cholil.
Sementara
terkait masalah analogi seorang pilot pesawat yang memang non muslim
seperti yang didakwahkan oleh Ustad Maulana adalah sebuah analogi yang
sangat berbeda. Soalnya, masalah pilot pesawat tersebut muslim dan non
muslim tak akan ada permasalahan, karena hal tersebut menyangkut terkait
permasalahan muamalah di dalam ajaran Islam, dimana hal tersebut
diberikan sebuah kelonggaran. Berbeda terkait masalah kepimpinan yang
sudah sangat jelas diatur pada syariat Islam.
By najwa (indoberita.com) – 12-Nov-2015
(nahimunkar.com)
Bismillahirrohmanirrohiim
Sehubungan dengan banyak dan merebaknya dakwah – dakwah Islamiyah di stasiun – stasiun televisi, kami banyak menemukan kesalahan dakwah yang fatal dari sdr. Nur Maulana, adapun kesalah – kesalahan fatal itu adalah sebagai berikut :
1. Sdr. Maulana berlagak seperti wanita dalam berdakwah di hadapan ummat
Rasulullah saw pernah bersabda : "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut" (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini hasan)
Jadi, jika ada orang yang berdakwah di kalangan ummat dengan gaya banci, maka ia hakikatnya bukan pendakwah melainkan seorang banci.
2. Sdr. Maulana banyak melawak dalam berdakwah
Alloh Ta’Ala berfirman : “Dan tinggalkan-lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau..” (Al-An’am : 70)
“Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau !” (Ath-Thaariq : 13 – 14)
3. Beberapa waktu yang lalu sdr. Maulana membahas tentang jihad. Akan tetapi makna jihad diselewengkan menjadi makna bahasa sehingga membuat cacat istilah jihad yang sebenarnya, menuntut ilmu pun dikatakan sebagai jihad. Jadi sdr. Maulana sudah mengatakan hal yang tidak semestinya, menyalah-artikan sebuah makna syar’iyyah karena mungkin sebuah pesanan atau berdasarkan kemauan sendiri.
Alloh Ta’Ala berfirman di dalam kitabnya Yang Mulia : “Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab. Dan mereka mengatakan ia (yang dibacanya itu datang) dari sisi Alloh padahal ia bukan dari, sisi Alloh. Mereka berkata dusta terhadap Alloh sedang mereka mengetahui.” (Ali-Imran: 78).
4. Menggunakan sarana musik dan nyanyian, sdr. Maulana memakai sarana musik untuk membuat tangisan para jama’ahnya agar terharu.
“Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat musik.” (HR. Bukhari)
Bahkan Imam Syafi’i sendiri mencaci maki para pemusik dan penyanyi, beliau menegaskan di kitab Al-Ummnya : “Nyanyian adalah perkataan yang sia – sia, menyerupai kebathilan, sesuatu yang bersifat khayalan. Barangsiapa yang sering melakukannya, dia adalah orang tolol dan ditolak persaksiannya.” (Kitab Al-Umm Jilid IV/214)
Nabi SAW sendiri telah bersabda, “Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Al-Qur'an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan.” (HR. Ad-Dailami)
5. Dalam dakwahnya sdr. Maulana tidak pernah / jarang memakai dalil dari ayat Al-Qur’an ataupun mengutip hadits Nabi SAW yang shohih. Karena sumber dari dakwah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Alloh Ta’Ala berfirman :
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (Al-Maa'idah: 67)
Rasulullah SAW pun pernah bersabda,
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku.” (HR. Al-Hakim (I/172), dan Daruquthni hadits no. 149).
Terbukti, bahwa sdr. Nur Maulana telah MEMPERMAINKAN dakwah islamiyah dan MENEBAR SYUBHAT di kalangan ummat. Kami (ummat Islam) yang masih menginginkan dakwah yang suci MENOLAK kehadiran Nur Maulana tampil di televisi – televisi untuk memberikan ‘tausyiyah’ yang menebar syubhat dan fitnah.
Maka dari itu kami menghimbau kepada sdr. Nur maulana untuk MENGHENTIKAN dakwahnya jika masih memakai cara – cara seperti yang tertera di atas, dan anda masih bisa berdakwah jika menghilangkan cara – cara seperti :
1. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH berlagak seperti wanita dalam berdakwah di hadapan ummat 2. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH banyak melawak dalam berdakwah
3. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH menyelewengkan istilah syar’iyyah dalam berdakwah
4. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH menggunakan sarana musik atau nyayian dalam berdakwah untuk membuat suasana menjadi haru.
5. Sdr. Maulana HARUS menggunakan dalil – dalil dari Al-Qur’an dan Hadits Shohih, TIDAK BOLEH mengambil dalil tanpa sanad yang jelas dan justru menjerumuskan ummat ke dalam jurang syubhat.
Kami sangat mengharapkan anda merubah cara dakwah anda di hadapan ummat dan di hadapan Alloh Jalla wa Alaa’.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Di malam hari saat aku isro’, aku melihat suatu kaum di mana lidah-lidah mereka dipotong dengan guntingan dari api” – atau ia (Rasulullah) berkata, “dari besi.” Aku bertanya siapa mereka wahai Jibril? Mereka adalah para khatib-khatib dari umatmu!” (HR. Abu Ya’la dari sahabat Anas bin Malik RA).
Beliau SAW juga bersabda,
“…Dan sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku ialah para Ulama – Ulama YANG MENYESATKAN.” (HR. Abu Daud dari sahabat Tsauban RA).
NASIHAT UNTUK NUR MAULANA
(yang belum terekpos)
Oleh : Sayful Fahmy MHBismillahirrohmanirrohiim
Sehubungan dengan banyak dan merebaknya dakwah – dakwah Islamiyah di stasiun – stasiun televisi, kami banyak menemukan kesalahan dakwah yang fatal dari sdr. Nur Maulana, adapun kesalah – kesalahan fatal itu adalah sebagai berikut :
1. Sdr. Maulana berlagak seperti wanita dalam berdakwah di hadapan ummat
Rasulullah saw pernah bersabda : "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut" (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini hasan)
Jadi, jika ada orang yang berdakwah di kalangan ummat dengan gaya banci, maka ia hakikatnya bukan pendakwah melainkan seorang banci.
2. Sdr. Maulana banyak melawak dalam berdakwah
Alloh Ta’Ala berfirman : “Dan tinggalkan-lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau..” (Al-An’am : 70)
“Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau !” (Ath-Thaariq : 13 – 14)
3. Beberapa waktu yang lalu sdr. Maulana membahas tentang jihad. Akan tetapi makna jihad diselewengkan menjadi makna bahasa sehingga membuat cacat istilah jihad yang sebenarnya, menuntut ilmu pun dikatakan sebagai jihad. Jadi sdr. Maulana sudah mengatakan hal yang tidak semestinya, menyalah-artikan sebuah makna syar’iyyah karena mungkin sebuah pesanan atau berdasarkan kemauan sendiri.
Alloh Ta’Ala berfirman di dalam kitabnya Yang Mulia : “Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab. Dan mereka mengatakan ia (yang dibacanya itu datang) dari sisi Alloh padahal ia bukan dari, sisi Alloh. Mereka berkata dusta terhadap Alloh sedang mereka mengetahui.” (Ali-Imran: 78).
4. Menggunakan sarana musik dan nyanyian, sdr. Maulana memakai sarana musik untuk membuat tangisan para jama’ahnya agar terharu.
“Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat musik.” (HR. Bukhari)
Bahkan Imam Syafi’i sendiri mencaci maki para pemusik dan penyanyi, beliau menegaskan di kitab Al-Ummnya : “Nyanyian adalah perkataan yang sia – sia, menyerupai kebathilan, sesuatu yang bersifat khayalan. Barangsiapa yang sering melakukannya, dia adalah orang tolol dan ditolak persaksiannya.” (Kitab Al-Umm Jilid IV/214)
Nabi SAW sendiri telah bersabda, “Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Al-Qur'an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan.” (HR. Ad-Dailami)
5. Dalam dakwahnya sdr. Maulana tidak pernah / jarang memakai dalil dari ayat Al-Qur’an ataupun mengutip hadits Nabi SAW yang shohih. Karena sumber dari dakwah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Alloh Ta’Ala berfirman :
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (Al-Maa'idah: 67)
Rasulullah SAW pun pernah bersabda,
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku.” (HR. Al-Hakim (I/172), dan Daruquthni hadits no. 149).
Terbukti, bahwa sdr. Nur Maulana telah MEMPERMAINKAN dakwah islamiyah dan MENEBAR SYUBHAT di kalangan ummat. Kami (ummat Islam) yang masih menginginkan dakwah yang suci MENOLAK kehadiran Nur Maulana tampil di televisi – televisi untuk memberikan ‘tausyiyah’ yang menebar syubhat dan fitnah.
Maka dari itu kami menghimbau kepada sdr. Nur maulana untuk MENGHENTIKAN dakwahnya jika masih memakai cara – cara seperti yang tertera di atas, dan anda masih bisa berdakwah jika menghilangkan cara – cara seperti :
1. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH berlagak seperti wanita dalam berdakwah di hadapan ummat 2. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH banyak melawak dalam berdakwah
3. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH menyelewengkan istilah syar’iyyah dalam berdakwah
4. Sdr. Maulana TIDAK BOLEH menggunakan sarana musik atau nyayian dalam berdakwah untuk membuat suasana menjadi haru.
5. Sdr. Maulana HARUS menggunakan dalil – dalil dari Al-Qur’an dan Hadits Shohih, TIDAK BOLEH mengambil dalil tanpa sanad yang jelas dan justru menjerumuskan ummat ke dalam jurang syubhat.
Kami sangat mengharapkan anda merubah cara dakwah anda di hadapan ummat dan di hadapan Alloh Jalla wa Alaa’.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Di malam hari saat aku isro’, aku melihat suatu kaum di mana lidah-lidah mereka dipotong dengan guntingan dari api” – atau ia (Rasulullah) berkata, “dari besi.” Aku bertanya siapa mereka wahai Jibril? Mereka adalah para khatib-khatib dari umatmu!” (HR. Abu Ya’la dari sahabat Anas bin Malik RA).
Beliau SAW juga bersabda,
“…Dan sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku ialah para Ulama – Ulama YANG MENYESATKAN.” (HR. Abu Daud dari sahabat Tsauban RA).
Ustadz Maulana dan Trans TV Minta Maaf
dakwatuna.com – Jakarta. Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Cholil Nafis menulis dalam akun Facebook pribadinya,
bahwa Ustadz Muhammad Nur Maulana telah meminta maaf atas kata-kata
yang salah dalam isi ceramahnya. Permintaan maaf tersebut diungkapkan
Ustadz Maulana saat melakukan mediasi antara Ustadz Maulana, pihak Trans
TV, dan MUI.
“Ustadz Maulana
menyatakan mhn maaf jika ada kata2 dari isi ceramahnya yg salah. Ia
menarik ucapannya klo pemilihan pemimpin tdk ada kaitannya dg Islam,”
tulisnya, Rabu (18/11).
Selain itu, dia
menambahkan, Ustadz Maulana juga menyatakan kembali agar umat Muslim
memilih pemimpin yang seiman dan yang baik. Ustadz Maulana, tambah
Cholil, juga meminta bimbingan kepada MUI agar dirinya bisa menyampaikan
dakwah yang lebih baik. Selain Ustadz Maulana, manajemen Trans TV juga
menyatakan bahwa program “Islam Itu Indah” meminta bimbingan MUI dalam
siaran-siarannya.
MUI, ungkap dia,
menyambut baik koreksi pemirsa dan umat Islam yang menyatakan
aspirasinya untuk meluruskan isi ceramah Ustadz Maulana. MUI melihatnya
bahwa protes itu adalah bentuk cinta Islam dan semangat memperbaiki dakwah Islamiyah.
“walhamdulillah teman2 pemuda
muslim (GPII dan organisasi pemuda muslim lainnya) telah mengoreksi
dakwah ustadz Maulana di TransTV ttg Memilih pemimpin seiman,”
tambahnya.
MUI,
lanjutnya, juga mengapresiasi niat baik Ustadz Maulana dan manajemen
Trans TV untuk melakukan klarifikasi (tabayyun – red) terhadap isi
ceramahnya sekaligus meminta maaf atas segala kesalahannya.
“MUI
siap membimbing Ust. Maulana dalam aktifitas dakwanya. MUI memberi
hasil2 fatwa utk memudahkan tema2 dakwah dibtransTV. Mudah2-an semua hal
ini menjadi bahan evaluasi bagi dakwah kita dan menjadi pembelajaran
sehingga kita menjadi manusia pembelajar,” ujarnya.
Sebelumnya,
setelah pernyataan Ustadz Maulana soal kepemimpinan dalam acara “Islam
itu Indah” di Trans TV, Senin (9/11) lalu, yang mengatakan bahwa memilih
pemimpin politik seperti mengangkat pilot yang tidak perlu melihat
agamanya, menuai banyak kecaman.
Diantaranya
datang dari Ketua Umum Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Mohammad
Siddik. Menurutnya, Ustadz Maulana segera bertobat, meralat ucapannya,
dan minta maaf kepada pemirsa secara terbuka. “Serta, jangan mengulangi
lagi kesalahan serupa di masa mendatang,” pesan Siddik dalam
keterangannya seperti yang dilansir Republika.co.id, Senin (16/11/2015). (abr/dakwatuna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar