Minggu, 22 Mei 2016

Inilah Pernyataan Ustad Maulana, Menurut MUI Sangat Menyesatkan:
KH Cholil Ridwan dan Ustadz Maulana

KLICK VIDEO CLIP DIBAWAH INI : 

https://www.youtube.com/watch?v=Ptt2djCxnOA 

 Nasehat Habib Rizieq Untuk Ust. Nur Maulana yang HALALKAN Pilih Non Islam 

KLICK VIDEO CLIP DIBAWAH INI :

 https://www.youtube.com/watch?v=g0G7k7YFXVw 

Ust MAULANA Vs Ustad ARIFIN ILHAM Tentang KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM Boleh Orang Non Muslim Atau Tidak 

 KLICK VIDEO CLIP DIBAWAH INI :

https://www.youtube.com/watch?v=7a_fERJdOMw 

 Ustad Maulana Dilaporkan ke Polisi

https://www.youtube.com/watch?v=UXs20d7esZ4 

  Soal Kepemimpinan : 

Yang Muslim saja 

Belum Tentu Baik, 

Apalagi Kalau Dia Kafir!

  KH Cholil Ridwan

 Soal Kepemimpinan: Yang Muslim saja Belum Tentu Baik, Apalagi Kalau Dia Kafir!


JAKARTA (Panjimas.com) – Anggota MUI Pusat, KH Ahmad Cholil Ridwan Lc, menegaskan bahwa dalam syariat Islam telah diatur, seorang Muslim wajib memilih pemimpin yang Muslim dan haram memilih pemimpin kafir.
Aturan Islam tentang kepimpinan tersebut menurut Kyai Cholil -sapaan akrabnya- seyogyanya dilaksanakan hingga satuan komunitas terkecil sebuah negara, yakni Ketua Rukun Tetangga (RT).
“Dia jadi ketua RT, ketu RW, Lurah, kalau di lingkungan itu mayoritas Muslim, wajib ketua RT itu Muslim, sebab RT itu satuan terkecil dari sebuah negara,” kata Kyai Cholil saat dihubungi Panjimas.com, Selasa (10/11/2015).
Pengasuh Pondok Pesantren, Al-Husnayain itu pun menjelaskan, bahkan pemimpin yang dipilih oleh umat Islam bukan sekedar Muslim, tetapi juga orang beriman yang memiliki kemampuan dan amanah.
“Muslim pun bukan sekedar Muslim KTP, tetapi Muslim yang Mukmin yang ideologis. Jangan kaya PKI yang memberontak tahun 1948 yang membunuh para ulama di Jawa Timur, ketuanya itu Muslim namanya Muso, Alimin, Amir Syarifudin, semuanya Muslim. Lalu tahun 1965 mereka memberontak lagi, yang dibunuh tidak tanggung-tanggung, jenderal bintang 4, disiksa dulu lalu mereka dimasukkan ke Lubang Buaya,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Kyai Cholil prihatin jika ada dai atau ustadz berpikiran dangkal dan asal bicara, tak pelu melihat latar belakang agama menjadikan seseorang sebagai pemimpin. Sebab syariat Islam sudah mengaturnya secara rinci tentang masalah kepemimpinan. (Baca: Kyai Cholil Ridwan: Pernyataan Ustadz Maulana Menyesatkan, Bertentangan dengan Al-Qur’an!)
“Yang Muslim saja bisa jadi musuh, membunuhi umat Islam, membunuhi ulama dan mau merebut kekuasaan di Indonesia ini sehingga terjadilah peristiwa seperti tahun 1965. Lalu bagaimana kalau di kafir? Yang Muslim saja belum tentu dia baik, dia shalih, apalagi kalau dia kafir!” ucapnya.
Selain itu, Kyai Cholil juga membantah anggapan salah kaprah “lebih baik kafir tapi tidak korupsi” seperti pernah dilontarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Tidak betul itu kalau ada analogi, ‘mendingan kafir tapi tidak korupsi’ yang korupsi itu oknum. Belum tentu juga yang kafir tidak korupsi. Kebetulan saja kita berada di negara muslim terbesar, jadi yang kelihatan banyak korupsi orang Islam,” tandasnya. [AW] 
KH Ahmad Cholil Ridwan
Kyai Cholil Ridwan : 
Pernyataan Ustadz Maulana Menyesatkan, Bertentangan dengan Al-Qur’an!


KH Cholil Ridwan dan Ustadz Maulana

Kyai Cholil Ridwan: 

Pernyataan Ustadz Maulana Menyesatkan, Bertentangan dengan Al-Qur’an!




JAKARTA (Panjimas.com) – Anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Ahmad Cholil Ridwan, Lc membantah pernyataan Ustadz M Nur Maulana yang mengatakan, soal kepemimpinan tidak perlu melihat latar belakang agama.
Menurut Kyai Cholil -sapaan akrabnya- pernyataan itu bertentangan Al-Qur’an, dimana dalam syariat Islam diatur bahwa wajib memilih pemimpin Muslim.
“Itu menyesatkan pernyataan seperti itu, karena itu bertentangan dengan Al-Qur’an,” kata Kyai Cholil saat dihubungi Panjimas.com, Selasa (10/11/2015).
Kyai Cholil pun mengutarakan dalil dari Surat Ali Imran ayat 28 yang menjadi salah satu dasar pijakan kaum Muslim tentang larangan memilih pemimpin kafir.
“Buat apa ada ayat yang menyatakan لَا يَتَّخِذِ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ‘Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi auliya (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin’ jadi selama orang mukmin masih ada tidak boleh kita mengambil pemimpin orang kafir, apalagi di Indonesia mayoritas Muslim,” jelasnya.
Sementara itu, soal analogi pilot pesawat non muslim yang disampaikan Ustadz Maulana, menurut Kyai Cholil analogi tersebut sangat berbeda.
Pasalnya, perkara pilot pesawat itu muslim atau non muslim tidak ada masalah, sebab hal ini menyangkut urusan muamalah dalam Islam, dimana hal itu diberikan kelonggaran. Berbeda dengan masalah kepimpinan yang jelas diatur dalam syariat Islam.
“Tidak bisa dianalogikan dengan pilot pesawat. Apalagi kalau pesawatnya yang punya orang kafir, sehingga tergantung yang punya pesawat atau perusahaan itu. Kita naik haji pun pakai pesawata, itu tidak masalah. Pesawat hanya mengantar orang naik haji ke Jeddah, lalu kita turun, kemudian pulang naik pesawat itu lagi. Ngga ada yang perlu dipermasalahkan soal itu, karena ngga ada hajinya lalu ngga mabrur karena pilotnya kafir. Begitu juga kalau kita belanja di swalayan yang miliknya orang kafir, itu juga tidak masalah,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebagaimana dilansir halaman Fanpage Facebook, Front Pembela Islam – FPI, Ustadz Maulana dalam ceramahnya, pada Senin (9/11/2015), pagi melontarkan sebuah pernyataan yang tidak sepantasnya terucap dari mulut seorang dai. (Baca: Astaghfirullah, Ustadz Artis M Nur Maulana Nyatakan Soal Kepemimpinan tak Usah Bicara Agama)
Saat menyinggung sebuah perkara kepemimpinan, pernyataan Ustadz Maulana justru menabrak syariat Islam.
“Ah agamanya beda? kalau kita membahas kepemimpinan tidak usah bicara agama. Kepemimpinan itu tidak berbicara masalah agama. Jadi kau tidak mau naik pesawat kalau pilotnya agama lain? jadi berbicara seperti ini jangan ada black campaign,” tutur Ustadz Maulana yang dikenal dengan jargon kalimat; “jamaah, oh jamaah,” tersebut.PI menyampaikan nasihat terbuka tentang haramnya memilih pemi
Menyikapi hal tersebut, laman Fanpage F
mpin kafir. [AW]

INDOBERITA.COM – Pernyataan Ustad Maulana menyesatkan Belum lama ini, kontroversi terjadi kembali dilakukan oleh seorang Ustadz yang terkenal dengan slogan “Jamaah Oh.. Jamaah”, Ustad Maulana. Pasalnya, pada sebuah acara televisi ia melontarkan pengertian yang salah ketika maulana mengatakan ‘Kepemimpinan tak perlu melihat terhadap latar belakang agama’. Kontan saja, perkataan tersebut langsung langsung ditanggapi serius oleh KH Ahmad Cholil Ridwan, Lc, selaku Anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Kyai Cholil mengatakan, jika pernyataan yang dikeluarkan oleh Ustad Maulana tersebut telah bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Padahal, didalam syariat Islam telah diatur bagaimana cara memilih pemimpin terbaik dari umat Islam sendiri dan bukan dari non muslim. “Apa yang diungkapkan Ustad Maulana adalah hal yang sangat menyesatkan, pasalnya itu sudah bertentangan dengan Ayat suci Al-Qur’an,” tegas Kyai Cholil, Rabu (11/11/2015).
Kyai Cholil pun langsung membeberkan sebuah dalil yang diambil dari Qs. Ali Imran, ayat 28 yang jadi dasar untuk umat Islam memilih pemimpin dari umat islam sendiri, bukan dari golongan kafir. “begini ya, untuk apa ada ayat yang berfirman :
 لَا يَتَّخِذِ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil dari orang-orang kafir jadi seorang auliya (pemimpin) dengan meninggalkan orang  mukmin’” Sudah jelaskan jika ayat ini ada pengharaman bagi kita pilih pimpinan orang kafir, apalagi Indonesia mayorits adalah muslim” tegas Kyai Cholil.
Sementara terkait masalah analogi seorang pilot pesawat yang memang non muslim seperti yang didakwahkan oleh Ustad Maulana adalah sebuah analogi yang sangat berbeda. Soalnya, masalah pilot pesawat tersebut muslim dan non muslim tak akan ada permasalahan, karena hal tersebut menyangkut terkait permasalahan muamalah di dalam ajaran Islam, dimana hal tersebut diberikan sebuah kelonggaran. Berbeda terkait masalah kepimpinan yang sudah sangat jelas diatur pada syariat Islam.
By najwa (indoberita.com) –  12-Nov-2015
(nahimunkar.com)
 

NASIHAT UNTUK NUR MAULANA   

(yang belum terekpos)

Oleh : Sayful Fahmy MH

 
Bismillahirrohmanirrohiim


Sehubungan dengan banyak dan merebaknya dakwah – dakwah Islamiyah di stasiun – stasiun televisi, kami banyak menemukan kesalahan dakwah yang fatal dari sdr. Nur Maulana, adapun kesalah – kesalahan fatal itu adalah sebagai berikut :


1.      Sdr. Maulana berlagak seperti wanita dalam berdakwah di hadapan ummat

Rasulullah saw pernah bersabda : "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut" (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini hasan)

Jadi, jika ada orang yang berdakwah di kalangan ummat dengan gaya banci, maka ia hakikatnya bukan pendakwah melainkan seorang banci.


2.      Sdr. Maulana banyak melawak dalam berdakwah
Alloh Ta’Ala berfirman : “Dan tinggalkan-lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau..” (Al-An’am : 70)

“Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau ! (Ath-Thaariq : 13 – 14)


3.      Beberapa waktu yang lalu sdr. Maulana membahas tentang jihad. Akan tetapi makna jihad diselewengkan menjadi makna bahasa sehingga membuat cacat istilah jihad yang sebenarnya, menuntut ilmu pun dikatakan sebagai jihad. Jadi sdr. Maulana sudah mengatakan hal yang tidak semestinya, menyalah-artikan sebuah makna syar’iyyah karena mungkin sebuah pesanan atau  berdasarkan kemauan sendiri.

Alloh Ta’Ala berfirman di dalam kitabnya Yang Mulia : “Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab. Dan mereka mengatakan ia (yang dibacanya itu datang) dari sisi Alloh padahal ia bukan dari, sisi Alloh. Mereka berkata dusta terhadap Alloh sedang mereka mengetahui.” (Ali-Imran: 78).



4.      Menggunakan sarana musik dan nyanyian, sdr. Maulana memakai sarana musik untuk membuat tangisan para jama’ahnya agar terharu.

“Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat musik.” (HR. Bukhari)

Bahkan Imam Syafi’i sendiri mencaci maki para pemusik dan penyanyi, beliau menegaskan di kitab Al-Ummnya : “Nyanyian adalah perkataan yang sia – sia, menyerupai kebathilan, sesuatu yang bersifat khayalan. Barangsiapa yang sering melakukannya, dia adalah orang tolol dan ditolak persaksiannya.” (Kitab Al-Umm Jilid IV/214)

Nabi SAW sendiri telah bersabda, “Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Al-Qur'an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan.”  (HR. Ad-Dailami)


5.      Dalam dakwahnya sdr. Maulana tidak pernah / jarang memakai dalil dari ayat Al-Qur’an ataupun mengutip hadits Nabi SAW yang shohih. Karena sumber dari dakwah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.

Alloh Ta’Ala berfirman :
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (Al-Maa'idah: 67)

Rasulullah SAW pun pernah bersabda,
Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku.” (HR. Al-Hakim (I/172), dan Daruquthni hadits no. 149).



Terbukti, bahwa sdr. Nur Maulana telah MEMPERMAINKAN dakwah islamiyah dan MENEBAR SYUBHAT di kalangan ummat. Kami (ummat Islam) yang masih menginginkan dakwah yang suci MENOLAK kehadiran Nur Maulana tampil di televisi – televisi untuk memberikan ‘tausyiyah’ yang menebar syubhat dan fitnah.

Maka dari itu kami menghimbau kepada sdr. Nur maulana untuk MENGHENTIKAN dakwahnya jika masih memakai cara – cara seperti yang tertera di atas, dan anda masih bisa berdakwah jika menghilangkan cara – cara seperti :

1.      Sdr. Maulana TIDAK BOLEH berlagak seperti wanita dalam berdakwah di hadapan ummat 2.      Sdr. Maulana TIDAK BOLEH banyak melawak dalam berdakwah  
3.      Sdr. Maulana TIDAK BOLEH menyelewengkan istilah syar’iyyah dalam berdakwah  
4.      Sdr. Maulana TIDAK BOLEH menggunakan sarana musik atau nyayian dalam berdakwah untuk membuat suasana menjadi haru.  
5.      Sdr. Maulana HARUS menggunakan dalil – dalil dari Al-Qur’an dan Hadits Shohih, TIDAK BOLEH mengambil dalil tanpa sanad yang jelas dan justru menjerumuskan ummat ke dalam jurang syubhat.

Kami sangat mengharapkan anda merubah cara dakwah anda di hadapan ummat dan di hadapan Alloh Jalla wa Alaa’.

Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Di malam hari saat aku isro’, aku melihat suatu kaum di mana lidah-lidah mereka dipotong dengan guntingan dari api” – atau ia (Rasulullah) berkata, “dari besi.” Aku bertanya siapa mereka wahai Jibril? Mereka adalah para khatib-khatib dari umatmu!” (HR. Abu Ya’la dari sahabat Anas bin Malik RA).
           

Beliau SAW juga bersabda,


“…Dan sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku ialah para Ulama – Ulama YANG MENYESATKAN.” (HR. Abu Daud dari sahabat Tsauban RA).

Ustadz Maulana dan Trans TV Minta Maaf

Klarifikasi dan permintaan maaf Ustad Maulana dan Trans TV dimediasi oleh Ketua Komisi Dakwah dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI. (facebook Cholil Nafis)Klarifikasi dan permintaan maaf Ustad Maulana dan Trans TV dimediasi oleh Ketua Komisi Dakwah dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI
(facebook Cholil Nafis)
dakwatuna.com – Jakarta. Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Cholil Nafis menulis dalam akun Facebook pribadinya, bahwa Ustadz Muhammad Nur Maulana telah meminta maaf atas kata-kata yang salah dalam isi ceramahnya. Permintaan maaf tersebut diungkapkan Ustadz Maulana saat melakukan mediasi antara Ustadz Maulana, pihak Trans TV, dan MUI.
“Ustadz Maulana menyatakan mhn maaf jika ada kata2 dari isi ceramahnya yg salah. Ia menarik ucapannya klo pemilihan pemimpin tdk ada kaitannya dg Islam,” tulisnya, Rabu (18/11).
Selain itu, dia menambahkan, Ustadz Maulana juga menyatakan kembali agar umat Muslim memilih pemimpin yang seiman dan yang baik. Ustadz Maulana, tambah Cholil, juga meminta bimbingan kepada MUI agar dirinya bisa menyampaikan dakwah yang lebih baik. Selain Ustadz Maulana, manajemen Trans TV juga menyatakan bahwa program “Islam Itu Indah” meminta bimbingan MUI dalam siaran-siarannya.
MUI, ungkap dia, menyambut baik koreksi pemirsa dan umat Islam yang menyatakan aspirasinya untuk meluruskan isi ceramah Ustadz Maulana. MUI melihatnya bahwa protes itu adalah bentuk cinta Islam dan semangat memperbaiki dakwah Islamiyah.
“walhamdulillah teman2 pemuda muslim (GPII dan organisasi pemuda muslim lainnya) telah mengoreksi dakwah ustadz Maulana di TransTV ttg Memilih pemimpin seiman,” tambahnya.
MUI, lanjutnya, juga mengapresiasi niat baik Ustadz Maulana dan manajemen Trans TV untuk melakukan klarifikasi (tabayyun – red) terhadap isi ceramahnya sekaligus meminta maaf atas segala kesalahannya.
“MUI siap membimbing Ust. Maulana dalam aktifitas dakwanya. MUI memberi hasil2 fatwa utk memudahkan tema2 dakwah dibtransTV. Mudah2-an semua hal ini menjadi bahan evaluasi bagi dakwah kita dan menjadi pembelajaran sehingga kita menjadi manusia pembelajar,” ujarnya.
Sebelumnya, setelah pernyataan Ustadz Maulana soal kepemimpinan dalam acara “Islam itu Indah” di Trans TV, Senin (9/11) lalu, yang mengatakan bahwa memilih pemimpin politik seperti mengangkat pilot yang tidak perlu melihat agamanya, menuai banyak kecaman.
Diantaranya datang dari Ketua Umum Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Mohammad Siddik. Menurutnya, Ustadz Maulana segera bertobat, meralat ucapannya, dan minta maaf kepada pemirsa secara terbuka. “Serta, jangan mengulangi lagi kesalahan serupa di masa mendatang,” pesan Siddik dalam keterangannya seperti yang dilansir Republika.co.id, Senin (16/11/2015). (abr/dakwatuna)













Tidak ada komentar:

Posting Komentar