Media Australia Soroti Masjid di Jakarta dan "Penularan" ISIS
views: 52.812
JAKARTA - Media Australia, Sydney Morning Herald, pada
Sabtu (8/8/2015), melansir laporan panjang soal keberadaan sebuah
masjid di Jakarta dan fenomena “penularan” ISIS di Indonesia. Masjid
yang diulas itu adalah Masjid Al-Fataa di kawasan Menteng, Jakarta.
Dalam laporan awal, ditulis bahwa masjid itu dulunya bekas bangunan kolonial Belanda. Namun, diubah menjadi tempat ibadah pada tahun 1950-an. Masjid bercat hijau itu berdiri di dekat restoran dan kios.
Sekitar ratusan meter dari kawasan itu berdiri Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS). Media Australia yang tergabung dalam jaringan Fairfax Media itu bahkan mengungkap rahasia mengejutkan di masjid tersebut. Yakni, selain berlokasi di jantung geografis elite pemerintahan Indonesia juga jadi pusat rekrutmen untuk kelompok Negara Islam (IS) atau dikenal sebagai kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Fairfax Media bahkan memperoleh rekaman video eksklusif dari analis terorisme Indonesia dan pembuat ilm dokumenter Noor Huda Ismail. Video itu menunukkan sekelompok anak muda Indonesia di Al-Fataa bersumpah setia kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al- Baghdadi.
Menurut laporan media itu, sumpah setia tersebut dipimpin mantan pemuja Abu Bakar Ba’ashir, Fauzan al-Anshori. Para pemuda itu bersumpah setia kepada Sheikh Ibrahim bin Awad bin Ibrahim al-Husseini al-Quraisy, nama resmi dari Baghdadi.
Dibantah
Sementara itu, seorang pengurus masjid, Farihin, mengatakan kepada Fairfax Media, bahwa pihaknya tidak mendukung ISIS atau juga dikenal sebagai ISIL. Tapi, dia mengakui bahwa spanduk pro-ISIS pernah dipajang di luar masjid sampai akhirnya pemerintah memaksa para pengurus masjid menurunkannya.
”Siapa pun bisa datang ke sini selama ritual mereka sesuai dengan syariah,” katanya, ketika ditanya apakah orang-orang pro-ISIS dibiarkan masuk ke masjid itu. ”Kegiatan mereka hanya respons terhadap apa yang terjadi di Timur Tengah,” katanya lagi.
Farihin juga menyangkal bahwa perekrutan ISIS terjadi di Al-Fataa.
Sedangkan relawan Indonesia yang pernah mendukung ISIS, Budi Waluyo, menjelaskan soal fenomena ketertarikan orang-orang dengan ISIS. ”Begitu banyak orang yang tertarik ISIS sejak ‘kekhalifahan’ diproklamirkan oleh Sheikh al-Baghdadi (pada bulan Juni tahun lalu),” katanya.
“Mereka ingin tahu dan datang untuk mendengarkan. Mereka memiliki berbagai tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang Alquran,” katanya lagi.
Dalam laporan awal, ditulis bahwa masjid itu dulunya bekas bangunan kolonial Belanda. Namun, diubah menjadi tempat ibadah pada tahun 1950-an. Masjid bercat hijau itu berdiri di dekat restoran dan kios.
Sekitar ratusan meter dari kawasan itu berdiri Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS). Media Australia yang tergabung dalam jaringan Fairfax Media itu bahkan mengungkap rahasia mengejutkan di masjid tersebut. Yakni, selain berlokasi di jantung geografis elite pemerintahan Indonesia juga jadi pusat rekrutmen untuk kelompok Negara Islam (IS) atau dikenal sebagai kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Fairfax Media bahkan memperoleh rekaman video eksklusif dari analis terorisme Indonesia dan pembuat ilm dokumenter Noor Huda Ismail. Video itu menunukkan sekelompok anak muda Indonesia di Al-Fataa bersumpah setia kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al- Baghdadi.
Menurut laporan media itu, sumpah setia tersebut dipimpin mantan pemuja Abu Bakar Ba’ashir, Fauzan al-Anshori. Para pemuda itu bersumpah setia kepada Sheikh Ibrahim bin Awad bin Ibrahim al-Husseini al-Quraisy, nama resmi dari Baghdadi.
Dibantah
Sementara itu, seorang pengurus masjid, Farihin, mengatakan kepada Fairfax Media, bahwa pihaknya tidak mendukung ISIS atau juga dikenal sebagai ISIL. Tapi, dia mengakui bahwa spanduk pro-ISIS pernah dipajang di luar masjid sampai akhirnya pemerintah memaksa para pengurus masjid menurunkannya.
”Siapa pun bisa datang ke sini selama ritual mereka sesuai dengan syariah,” katanya, ketika ditanya apakah orang-orang pro-ISIS dibiarkan masuk ke masjid itu. ”Kegiatan mereka hanya respons terhadap apa yang terjadi di Timur Tengah,” katanya lagi.
Farihin juga menyangkal bahwa perekrutan ISIS terjadi di Al-Fataa.
Sedangkan relawan Indonesia yang pernah mendukung ISIS, Budi Waluyo, menjelaskan soal fenomena ketertarikan orang-orang dengan ISIS. ”Begitu banyak orang yang tertarik ISIS sejak ‘kekhalifahan’ diproklamirkan oleh Sheikh al-Baghdadi (pada bulan Juni tahun lalu),” katanya.
“Mereka ingin tahu dan datang untuk mendengarkan. Mereka memiliki berbagai tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang Alquran,” katanya lagi.
(mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar