Bakal Gugat Hasil Pilgub Jabar, Prabowo: Ada Tuyul Ikut Nyoblos
Reporter: M Rosseno Aji
Editor:
Syailendra Persada
Minggu, 8 Juli 2018 07:33 WIB
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menjadi juru kampanye pasangan calon gubernur nomor urut 3 Sudrajat-Syaikhu.
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
menyindir pelaksanaan pemilihan kepala daerah atau pilkada serentak di
Jawa Barat. "Katanya ada yang menang dapat jumlah lebih dari daftar
hadir, jadi mungkin ada tuyul yang ikut milih. Lucu tapi menyedihkan
gitu," kata Prabowo di kediamannya di Jalan Kartanegara, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, Sabtu, 7 Juli 2018. Prabowo mengatakan "laporan
soal tuyul" di Pilgub Jabar ini diperoleh setelah bertemu dengan calon
gubernur atau cagub Jabar yang diusung Gerindra yaitu Sudrajat. Di Jawa
Barat, Partai Gerindra berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
dan Partai Amanat Nasional (PAN) mengusung Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Sabtu malam itu, Sudrajat datang ke rumah Prabowo untuk mengadu soal
dugaan kecurangan Pilkada Serentak di Jawa Barat. Simak: Suara Sudrajat - Syaikhu Melesat, LSI: Pengaruh Prabowo Prabowo
menuturkan selain dugaan daftar pemilih yang tidak jelas, Sudrajat juga
melaporkan dugaan intervensi dari sejumlah kalangan. Dia juga
mengatakan ada kotak suara yang tiba-tiba hilang. "Ini hal-hal yang lucu
tapi gak lucu," kata Prabowo.
Prabowo mengatakan masih meneliti laporan yang disampaikan Sudrajat.
Dia mengatakan sudah mengumpulkan tim hukum dan advokasi untuk
mempelajari laporan. Prabowo mengatakan siap menggugat hasil
pilkada bila Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan pasangan yang mereka
usung kalah. Sebab, menurut real count yang dilakukan koalisi
menyatakan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu menang dalam Pilkada Serentak
di Jawa Barat. "Kami siap ambil langkah untuk menggugat seandainya
pengumumannya dinyatakan bahwa calon-calon kami kalah," kata Prabowo. Baca juga: Sudirman Said Klaim Temukan 3,7 Juta DPT Fiktif Pilgub Jateng Sebelum
Sudrajat, Prabowo juga mendapat laporan soal dugaan kecurangan Pilkada
Serentak di Jawa Tengah dari Sudirman Said. Di Jawa Tengah, Gerindra
berkoalisi dengan PKS, PAN, dan PKS mengusung Sudirman Said-Ida Fauziah.
Pasangan ini kalah dari inkumben Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan
Taj Tasin. Dalam kunjungannya ke kediaman Prabowo pada
Jumat (6/7) itu, Sudirman Said juga menemukan "tuyul" di Pilkada
Serentak di Jateng. Ia mengklaim menemukan sekitar 3,5 juta daftar
pemilih fiktif.
Peluang Anies Baswedan Menantang Jokowi Makin Besar, Asal...
Reporter: Vindry Florentin
Editor:
Juli Hantoro
Jumat, 6 Juli 2018 06:37 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melantik wali kota
Jakarta, Bupati Kepulauan Seribu, dan pejabat tinggi DKI di Balai Kota
Jakarta, 5 Juli 2018. Tempo/Amston Probel
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
semakin ramai dibicarakan sebagai salah satu bakal calon penantang
inkumben Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Pemilihan Presiden 2019. Menurut
CEO Saiful Mujani Research Center (SMRC) Djayadi Hanan Anies Baswedan
termasuk salah satu kandidat potensial menjadi penantang Jokowi di
Pilpres 2019. Namun peluangnya sangat tergantung banyak hal.
–– ADVERTISEMENT ––
Baca juga: JK Semobil dengan Anies, Zulkifli Hasan: Kan Bagus. Salah
satunya tergantung solidnya koalisi oposisi Jokowi. Jika oposisi
menghadirkan lebih dari satu calon, maka kubu Jokowi bakal makin sulit
dikalahkan.
Untuk bisa membentuk koalisi yang solid melawan Jokowi, Djayadi
mengatakan Anies butuh dukungan sosok besar. "Kalau Anies maju jadi
calon presiden, itu berarti harus mendapatkan endorsement dari tokoh
utama di luar Jokowi sekarang yaitu Pak Prabowo," kata dia di kantornya,
Jakarta, Kamis, 5 Juli 2018. Menurut Djayadi, jika Prabowo mundur
dari pencalonan dan mendukung mantan Rektor Universitas Paramadina itu,
maka peluang Anies akan lebih besar. "Suara untuk Prabowo bisa
dialihkan untuk Anies," ujarnya. Namun dukungan partai tak berarti segalanya. Djayadi menuturkan Anies Baswedan masih
harus mengalahkan elektabilitas Jokowi. Berdasarkan survei SMRC,
persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah saat ini masih positif. Baca juga: Pendukung Akan Deklarasi Anies Maju Pilpres 2019 Djayadi
mengimbau para partai oposisi Jokowi berhati-hati menentukan calon
presiden dan wakil presiden yang akan didukung. Persatuan partai yang
melawan Jokowi menjadi kunci penting. "Kalau non inkumben mau menang,
calonnya harus satu aja," katanya. Pendaftaran calon presiden dan
wakil presiden dalam pemilihan presiden atau Pilpres 2019 bakal digelar
pada 4-10 Agustus 2018. Saat ini inkumben Jokowi didukung PDIP, Partai
Golkar, Partai NasDem, PPP, dan Partai Hanura, serta dua partai baru
yaitu Perindo dan PSI. Adapun kubu penantang Jokowi masih belum
solid. Baru Gerindra dan PKS yang menyatakan akan berkoalisi. Itu pun
dengan syarat posisi calon wakil presiden harus kader PKS. Sedangkan
Partai Demokrat terus mewacanakan adanya poros ketiga. Namun menurut
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, poros ketiga saat ini sangat sulit
dibentuk.
Peluang Gerindra Usung
Prabowo - Anies Baswedan di Pilpres 2019
Reporter:
Tempo.co
Editor:
Juli Hantoro
Senin, 2 Juli 2018 10:50 WIB
Pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta
nomor urut 3, Anies Baswedan dan Sandiaga S. Uno (kanan), berfoto selfie
dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua dari kiri)
dan Presiden Partai Keadilan Sejantera (PKS) Mohamad Sohibul Iman, saat
melakukan konferensi pers di kantor DPP Gerinda, Jakarta, 15 Febuari
2017. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Gerindra makin yakin mengajukan Prabowo Subianto sebagai
calon presiden di pemilihan presiden atau pilpres 2019. Keyakinan ini
muncul setelah calon-calon yang diusung Partai Gerindra bersama dengan
sekutu politiknya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat
Nasional (PAN), suaranya melejit di beberapa provinsi. Namun
koalisi ini terbentur soal calon wakil presiden. Sebab, baik PKS maupun
PAN punya calon masing-masing untuk kursi wakil presiden. PKS, misalnya,
telah mengusulkan sembilan nama calon wakil presiden untuk mendampingi
Prabowo. Adapun PAN punya calon ketua umumnya, Zulkifli Hasan. Baca juga: Prabowo Segera Bertemu Petinggi PKS dan PAN Bahas Cawapres Sekretaris
Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengemukakan partainya
memunculkan nama alternatif untuk dijadikan calon wakil presiden, yaitu
Anies Baswedan. Nama Gubernur DKI Jakarta itu, menurut Muzani,
dimunculkan untuk menengahi PAN dan PKS, karena kedua partai itu ngotot
mengajukan calon wakil presiden mereka. "Kami berpikir mungkin enggak cawapresnya bukan dari PAN atau PKS,
maka muncul nama, salah satunya Pak Anies," kata Muzani di kediamannya,
di Kemang, Jakarta, Ahad, 1 Juli 2018. Meski begitu, Muzani
mengatakan, Anies bukan satu-satunya kandidat cawapres yang
dipertimbangkan Gerindra. Dia mengatakan Gerindra juga mempertimbangkan
sejumlah nama lain. Namun dia enggan menyebutkannya. "Ya ada juga salah
dua, salah tiga, dan seterusnya," tuturnya. Muzani mengatakan
sejauh ini Gerindra, PAN, dan PKS masih membahas soal calon cawapres
yang akan mendampingi Prabowo. Dia mengatakan pembahasan akan dilakukan
dalam waktu dekat. "Pekan ini akan kami bahas intensif." Direktur
Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan
mengatakan Anies Baswedan memiliki elektabilitas cukup baik jika maju
sebagai cawapres. Dia menilai elektabilitas bekas Menteri Pendidikan itu
berada di atas 10 persen. "Kalau sebagai cawapres, dia tinggi,
sama dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gatot Nurmantyo,"
ujarnya. "Tingginya belasan persen, tidak sampai 50-an," kata Djayadi
pada Sabtu, 30 Juni 2018. Walau begitu, menurut Djayadi, Anies
Baswedan memiliki potensi untuk maju dalam pemilihan presiden 2019.
Anies cukup memiliki peluang untuk maju dari kubu Prabowo Subianto. Djayadi
mengatakan ada dua kemungkinan cara Anies maju ke pilpres 2019. Cara
pertama, kata dia, Anies dapat maju dengan menjadi cawapres Prabowo.
"Sedangkan cara kedua, dia (Anies) nyalon dengan Prabowo tak maju," katanya. Namun,
kata Djayadi, Anies akan sulit maju sebagai capres tanpa sokongan
Prabowo. Sebab, sebelumnya Anies dapat menjadi Gubernur DKI Jakarta atas
dukungan dari mantan Komandan Jenderal Kopassus itu. "Kalau dia nyalon sendiri, dia dianggap mengkhianati Prabowo," ucapnya. Baca juga: Prabowo Bertemu Zulkifli Hasan, Jajaki Koalisi di Pilpres 2019 Djayadi
juga menilai, jika Anies maju tanpa dukungan Prabowo, kemungkinan besar
dia akan kalah telak dalam pilpres. Sebab, dua saingan Anies, yaitu
Prabowo dan Jokowi, merupakan dua tokoh yang punya elektabilitas paling
tinggi. "Kalau Anies maju, Prabowo
maju, Anies akan digebuki oleh dua calon, yaitu Prabowo dan Joko
Widodo," tuturnya. "Makanya Anies kalau maju, harus dari kubu Prabowo.
Kalau tidak, dia akan kalah sendiri." ROSSENO AJI | SYAFIUL HADI | AHMAD FAIZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar