Tentara "Israel" memberikan air kepada wanita Palestina berusia 74 tahun lalu menembak kepalanya
Tentara Israel memberikan air wanita Palestina 74 tahun, seasaat kemudian "Israel" menembak kepala wanita itu.
GAZA (Arrahmah.com) – Selama pemboman dan penembakan “Israel” terhadap Jalur Gaza musim panas lalu, seorang tentara “Israel” mendekati seorang wanita Palestina berusia 74 tahun Ghalya Abu Ridha untuk memberinya air minum. Dia memberinya air, berfoto dengannya dan kemudian tentara biadab itu menembak kepala wanita itu dari jarak satu meter. Tentara itu kemudian menyaksikan wanita itu berdarah sampai mati, sebagaimana dilaporkan oleh The Palestinian Information Center, dan dilansir oleh MEMO, Selasa (20/1/2014).
Ahmad Qdeh, seorang jurnalis di Al-Aqsa TV, menggambarkan adegan yang ia saksikan selama agresi “Israel” terakhir. Juru bicara tentara “Israel”, Avichay Adraee, berbagi foto seorang tentara “Israel” yang memegang botol air minum dan membantu wanita tua itu untuk meminumnya, seakan menunjukkan sikap “manusiawi” dari tentara “Israel” terhadap warga sipil di Jalur Gaza.
Eksekusi lapangan termasuk kisah yang dilaporkan oleh Qdeh selama agresi “Israel” di Jalur Gaza.
Qdeh mengatakan: “Ghalya Ahmad Abu Ridha tinggal di daerah Khuza’a di timur Khan Younis. Saya tinggal di daerah itu juga dan saya membuat laporan televisi tentang kisahnya setelah tentara “Israel” mengeksekusi dirinya selama agresi itu.”
“Selama agresi itu, seorang tentara “Israel” mendekati wanita tua itu dan mengambil sebuah gambar untuk tentara yang lain ketika memberikannya air. Mereka kemudian mengeksekusinya dengan menembak kepalanya dari jarak satu meter dan membiarkan dia berdarah sampai dia meninggal,” katanya menambahkan.
Ghalya lahir pada tahun 1941. Dia tinggal sendirian di sebuah ruangan dekat rumah saudara-saudaranya di daerah Khuza’a. Dia tidak punya anak. Daerahnya merupakan salah satu tempat pertama yang diserang oleh tentara “Israel” selama agresi.
Majed Abu-Ridha, keponakan dari Ghalya, menegaskan kepada media bahwa bibinya itu tunanetra dan hampir tidak bisa melihat. Dia mengatakan bahwa tentara “Israel” telah melakukan klaim kemanusiaan palsu ketika mengeksekusi bibinya dengan keji.
Ghalya, dengan tubuh yang lemah dan rambut putih, menolak untuk meninggalkan rumahnya setelah tentara “Israel” memerintahkan penduduk Khuza’a mengungsi.
Dia pikir bahwa kondisinya yang sudah tua renta akan melindunginya dari menjadi target sehingga dia tinggal di rumahnya dan menolak untuk bergabung dengan mayoritas penduduk yang meninggalkan daerah itu saat invasi dimulai.
Pada 3 Agustus, pasukan “Israel” mengumumkan gencatan senjata dan memungkinkan staf medis untuk menjangkau daerah Khuza’a. Ghalya ditemukan tewas setelah dia berdarah sampai mati saat ia ditembak di kepala di dekat rumahnya, Al-Aqsa TV mengkonfirmasi ke MEMO.
Kakaknya menegaskan bahwa foto bersama oleh tentara “Israel” memperkuat keyakinan keluarga itu bahwa Ghalya dibunuh oleh tentara “Israel”. Keluarga itu juga percaya bahwa daerah di mana Ghalya muncul di foto itu dan di mana jasadnya ditemukan menegaskan bahwa pasukan “Israel” membunuhnya setelah mengambil foto itu untuk media.
(ameera/arrahmah.com)
Tentara Israel memberikan air wanita Palestina 74 tahun, seasaat kemudian "Israel" menembak kepala wanita itu.
GAZA (Arrahmah.com) – Selama pemboman dan penembakan “Israel” terhadap Jalur Gaza musim panas lalu, seorang tentara “Israel” mendekati seorang wanita Palestina berusia 74 tahun Ghalya Abu Ridha untuk memberinya air minum. Dia memberinya air, berfoto dengannya dan kemudian tentara biadab itu menembak kepala wanita itu dari jarak satu meter. Tentara itu kemudian menyaksikan wanita itu berdarah sampai mati, sebagaimana dilaporkan oleh The Palestinian Information Center, dan dilansir oleh MEMO, Selasa (20/1/2014).
Ahmad Qdeh, seorang jurnalis di Al-Aqsa TV, menggambarkan adegan yang ia saksikan selama agresi “Israel” terakhir. Juru bicara tentara “Israel”, Avichay Adraee, berbagi foto seorang tentara “Israel” yang memegang botol air minum dan membantu wanita tua itu untuk meminumnya, seakan menunjukkan sikap “manusiawi” dari tentara “Israel” terhadap warga sipil di Jalur Gaza.
Eksekusi lapangan termasuk kisah yang dilaporkan oleh Qdeh selama agresi “Israel” di Jalur Gaza.
Qdeh mengatakan: “Ghalya Ahmad Abu Ridha tinggal di daerah Khuza’a di timur Khan Younis. Saya tinggal di daerah itu juga dan saya membuat laporan televisi tentang kisahnya setelah tentara “Israel” mengeksekusi dirinya selama agresi itu.”
“Selama agresi itu, seorang tentara “Israel” mendekati wanita tua itu dan mengambil sebuah gambar untuk tentara yang lain ketika memberikannya air. Mereka kemudian mengeksekusinya dengan menembak kepalanya dari jarak satu meter dan membiarkan dia berdarah sampai dia meninggal,” katanya menambahkan.
Ghalya lahir pada tahun 1941. Dia tinggal sendirian di sebuah ruangan dekat rumah saudara-saudaranya di daerah Khuza’a. Dia tidak punya anak. Daerahnya merupakan salah satu tempat pertama yang diserang oleh tentara “Israel” selama agresi.
Majed Abu-Ridha, keponakan dari Ghalya, menegaskan kepada media bahwa bibinya itu tunanetra dan hampir tidak bisa melihat. Dia mengatakan bahwa tentara “Israel” telah melakukan klaim kemanusiaan palsu ketika mengeksekusi bibinya dengan keji.
Ghalya, dengan tubuh yang lemah dan rambut putih, menolak untuk meninggalkan rumahnya setelah tentara “Israel” memerintahkan penduduk Khuza’a mengungsi.
Dia pikir bahwa kondisinya yang sudah tua renta akan melindunginya dari menjadi target sehingga dia tinggal di rumahnya dan menolak untuk bergabung dengan mayoritas penduduk yang meninggalkan daerah itu saat invasi dimulai.
Pada 3 Agustus, pasukan “Israel” mengumumkan gencatan senjata dan memungkinkan staf medis untuk menjangkau daerah Khuza’a. Ghalya ditemukan tewas setelah dia berdarah sampai mati saat ia ditembak di kepala di dekat rumahnya, Al-Aqsa TV mengkonfirmasi ke MEMO.
Kakaknya menegaskan bahwa foto bersama oleh tentara “Israel” memperkuat keyakinan keluarga itu bahwa Ghalya dibunuh oleh tentara “Israel”. Keluarga itu juga percaya bahwa daerah di mana Ghalya muncul di foto itu dan di mana jasadnya ditemukan menegaskan bahwa pasukan “Israel” membunuhnya setelah mengambil foto itu untuk media.
(ameera/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar