Warga Palestina Berharap Peringatan KAA Dorong Kemerdekaan Negerinya
Ahad, 19/04/2015 00:01
Berita Terkait
Ramallah, NU Online
Warga Palestina tengah menghadapi kesulitan luar biasa dan mereka bersemangat memperjuangkan harapan mendirikan negara merdeka di wilayah yang diduduki Israel sejak 1967 menjadi kenyataan melalui Konperensi Asia Afrika (KAA) 2015, demikian pendapat analis di Xinhua.
Analis berpendapat, partisipasi Palestina dalam (KAA) yang berlangsung di Indonesia pada 19 - 24 April 2015 akan berkontribusi dalam mencapai tujuan "internasionalisasi perjuangan rakyat Palestina" dan membangun negara merdeka.
Mereka juga percaya, berdasarkan sejarah ikatan yang baik antara Palestina dan banyak negara-negara Asia dan Afrika. Rakyat Palestina masih mengandalkan dukungan komunitas Asia-Afrika untuk perjuangan mencapai kemerdekaan berasas kedamaian hidup berdampingan.
Dalam memperingati perayaan ulang tahun ke-60 KAA dan perayaan ke-10 Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP), Indonesia menjadi tuan rumah dari serangkaian acara tingkat tinggi dengan tema "Penguatan Kerjasama Selatan-Selatan dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan dan Perdamaian Dunia" di Jakarta dan Bandung.
Pertemuan puncak itu akan menekankan Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai yang diinisiasi pada tahun 1945 oleh pemimpin Tiongkok, India dan Myanmar, selain prinsip Dasa Sila Bandung yang dalam sejarah tercatat membangkitkan kemerdekaan negara-negara baru di Asia-Afrika pasca-1955.
Kedua prinsip besar tersebut bermakna penghormatan yang setara bagi kedaulatan dan integritas teritorial, tidak saling menyerang, tidak saling ikut campur dalam urusan dalam negeri masing-masing negara, kesetaraan dan saling menguntungkan dan hidup berdampingan secara damai.
Asisten Menteri Luar Negeri Palestina untuk Asia, Afrika dan Australia Mazen Shameya mengemukakan ke Xinhua bahwa "menghadiri pertemuan tingkat tinggi di Jakarta adalah sebuah kesempatan untuk mengulangi prinsip-prinsip hidup berdampingan yang diprakarsai oleh KAA dan untuk menyampaiakn prinsip-prinsip itu ke wilayah Timur-Tengah yang telah melewati krisis, perang dan ketidakstabilan.
Dia mengatakan, pertemuan tingkat tinggi Jakarta "diadakan ketika perjuangan Palestina melewati situasi yang rumit di tengah tidak adanya masa depan politik, terutama setelah hasil pemilu Israel. '
Dia menyatakan, saat partai sayap kanan Israel, Partai Likud yang mendukung PM Benjamin Netanyahu, memenangi pemilu parlemen pada bulan Maret lalu, situasi rakyat Palestina menjadi lebih rumit.
Netanyahu telah pernah mengatakan bahwa jika dia menang, maka tak akan ada negara Palestina .
"Kami semua mengerahkan upaya untuk mendapatkan dukungan internasional terbesar untuk perjuangan Palestina. Demi untuk menyiapkan lagi dan menyerahkan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri pendudukan Israel. Selama pertemuan tingkat tinggi di Jakarta, kami akan fokus pada tujuan ini." kata Mazen.
Tiga tahun yang lalu Palestina meluncurkan sebuah kampanye diplomatik, yang bertujuan agar memperoleh dukungan internasional terbesar untuk perjuangan kemerdekaan. Langkah pertama adalah mempromosikan perwakilan diplomatik Palestina di PBB pada non-anggota negara pengamat di tahun 2012.
Bergabung dalam kesepakatan-kesepakatan internasional dan lembaga-lembaga internasional pada akhir Desember tahun lalu, utamanya menandatangani Statuta Roma untuk bergabung dengan Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC), itu adalah langkah kedua. Rakyat Palestina mengatakan kampanye itu adalah alternatif dari kegagalan proses damai Timur Tengah.
Namun, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menolak rancangan resolusi yang didukung negara-negara Arab, menyebutnya sebagai pengaturan jadwal mengakhiri pendudukan Israel atas teritori Palestina selama tiga tahun.
Ahmed Rafiq Awad, profesor Ilmu Politik di Universitas al-Quds di Tepi Barat, mengatakan ke Xinhua bahwa KAA di Jakarta "adalah sebuah acara internasional penting yang mungkin memberi keadilan terhadap perjuangan Palestina, yang akan selalu memerlukan dukungan dari komunitas internasional."
"Permintaan keadilan Palestina dalam memperoleh kemerdekaan dan membangun sebuah negara Palestina haruslah mendapatkan dukungan terbesar yang pernah ada di dunia. Rakyat Palestina juga perlu membuat koalisi politik dan ekonomi di Asia dan Afrika untuk membuat keseimbangan yang diperlukan Palestina," ujarnya.
Samer Anabtawi, analis politik di Tepi Barat, menilai bahwa KAA di Jakarta "diadakan di tengah situasi penting sedang brgulirnya perjuangan Palestina di tengah mundurnya dukungan Arab saat ini atas perjuangan itu, di samping keras kepalanya Israel terhadap perdamaian dan prinsip dua negara."
Ia menimpali, "Sudah pasti upaya negara-negara di Asia dan Afrika untuk mendukung perjuangan Palestina juga akan mendukung posisi internasional lainnya yang saat ini sedang berlangsung yang menyokong pelaksanaan resolusi internasional yang jujur dan mengarah kepada pembentukan negara Palestina di wilayah tahun 1967."
Delegasi dari 109 negara-negara di Asia dan Afrika, 16 negara pengamat dan 25 organisasi internasional diundang untuk berpartisipasi.
Konferensi bertujuan menjembatani bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk kemitraan yang lebih kuat dan saling berbagi pengalaman dalam meningkatkan perkembangan ekonomi di kedua wilayah, dan merupakan sebuah kesempatan untuk mendiskusikan solusi untuk menangani tantangan umum melalui penguatan kerja sama antar-negara di belahan Selatan. (antara/mukafi niam)
Warga Palestina tengah menghadapi kesulitan luar biasa dan mereka bersemangat memperjuangkan harapan mendirikan negara merdeka di wilayah yang diduduki Israel sejak 1967 menjadi kenyataan melalui Konperensi Asia Afrika (KAA) 2015, demikian pendapat analis di Xinhua.
Analis berpendapat, partisipasi Palestina dalam (KAA) yang berlangsung di Indonesia pada 19 - 24 April 2015 akan berkontribusi dalam mencapai tujuan "internasionalisasi perjuangan rakyat Palestina" dan membangun negara merdeka.
Mereka juga percaya, berdasarkan sejarah ikatan yang baik antara Palestina dan banyak negara-negara Asia dan Afrika. Rakyat Palestina masih mengandalkan dukungan komunitas Asia-Afrika untuk perjuangan mencapai kemerdekaan berasas kedamaian hidup berdampingan.
Dalam memperingati perayaan ulang tahun ke-60 KAA dan perayaan ke-10 Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP), Indonesia menjadi tuan rumah dari serangkaian acara tingkat tinggi dengan tema "Penguatan Kerjasama Selatan-Selatan dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan dan Perdamaian Dunia" di Jakarta dan Bandung.
Pertemuan puncak itu akan menekankan Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai yang diinisiasi pada tahun 1945 oleh pemimpin Tiongkok, India dan Myanmar, selain prinsip Dasa Sila Bandung yang dalam sejarah tercatat membangkitkan kemerdekaan negara-negara baru di Asia-Afrika pasca-1955.
Kedua prinsip besar tersebut bermakna penghormatan yang setara bagi kedaulatan dan integritas teritorial, tidak saling menyerang, tidak saling ikut campur dalam urusan dalam negeri masing-masing negara, kesetaraan dan saling menguntungkan dan hidup berdampingan secara damai.
Asisten Menteri Luar Negeri Palestina untuk Asia, Afrika dan Australia Mazen Shameya mengemukakan ke Xinhua bahwa "menghadiri pertemuan tingkat tinggi di Jakarta adalah sebuah kesempatan untuk mengulangi prinsip-prinsip hidup berdampingan yang diprakarsai oleh KAA dan untuk menyampaiakn prinsip-prinsip itu ke wilayah Timur-Tengah yang telah melewati krisis, perang dan ketidakstabilan.
Dia mengatakan, pertemuan tingkat tinggi Jakarta "diadakan ketika perjuangan Palestina melewati situasi yang rumit di tengah tidak adanya masa depan politik, terutama setelah hasil pemilu Israel. '
Dia menyatakan, saat partai sayap kanan Israel, Partai Likud yang mendukung PM Benjamin Netanyahu, memenangi pemilu parlemen pada bulan Maret lalu, situasi rakyat Palestina menjadi lebih rumit.
Netanyahu telah pernah mengatakan bahwa jika dia menang, maka tak akan ada negara Palestina .
"Kami semua mengerahkan upaya untuk mendapatkan dukungan internasional terbesar untuk perjuangan Palestina. Demi untuk menyiapkan lagi dan menyerahkan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri pendudukan Israel. Selama pertemuan tingkat tinggi di Jakarta, kami akan fokus pada tujuan ini." kata Mazen.
Tiga tahun yang lalu Palestina meluncurkan sebuah kampanye diplomatik, yang bertujuan agar memperoleh dukungan internasional terbesar untuk perjuangan kemerdekaan. Langkah pertama adalah mempromosikan perwakilan diplomatik Palestina di PBB pada non-anggota negara pengamat di tahun 2012.
Bergabung dalam kesepakatan-kesepakatan internasional dan lembaga-lembaga internasional pada akhir Desember tahun lalu, utamanya menandatangani Statuta Roma untuk bergabung dengan Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC), itu adalah langkah kedua. Rakyat Palestina mengatakan kampanye itu adalah alternatif dari kegagalan proses damai Timur Tengah.
Namun, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menolak rancangan resolusi yang didukung negara-negara Arab, menyebutnya sebagai pengaturan jadwal mengakhiri pendudukan Israel atas teritori Palestina selama tiga tahun.
Ahmed Rafiq Awad, profesor Ilmu Politik di Universitas al-Quds di Tepi Barat, mengatakan ke Xinhua bahwa KAA di Jakarta "adalah sebuah acara internasional penting yang mungkin memberi keadilan terhadap perjuangan Palestina, yang akan selalu memerlukan dukungan dari komunitas internasional."
"Permintaan keadilan Palestina dalam memperoleh kemerdekaan dan membangun sebuah negara Palestina haruslah mendapatkan dukungan terbesar yang pernah ada di dunia. Rakyat Palestina juga perlu membuat koalisi politik dan ekonomi di Asia dan Afrika untuk membuat keseimbangan yang diperlukan Palestina," ujarnya.
Samer Anabtawi, analis politik di Tepi Barat, menilai bahwa KAA di Jakarta "diadakan di tengah situasi penting sedang brgulirnya perjuangan Palestina di tengah mundurnya dukungan Arab saat ini atas perjuangan itu, di samping keras kepalanya Israel terhadap perdamaian dan prinsip dua negara."
Ia menimpali, "Sudah pasti upaya negara-negara di Asia dan Afrika untuk mendukung perjuangan Palestina juga akan mendukung posisi internasional lainnya yang saat ini sedang berlangsung yang menyokong pelaksanaan resolusi internasional yang jujur dan mengarah kepada pembentukan negara Palestina di wilayah tahun 1967."
Delegasi dari 109 negara-negara di Asia dan Afrika, 16 negara pengamat dan 25 organisasi internasional diundang untuk berpartisipasi.
Konferensi bertujuan menjembatani bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk kemitraan yang lebih kuat dan saling berbagi pengalaman dalam meningkatkan perkembangan ekonomi di kedua wilayah, dan merupakan sebuah kesempatan untuk mendiskusikan solusi untuk menangani tantangan umum melalui penguatan kerja sama antar-negara di belahan Selatan. (antara/mukafi niam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar