Kendalikan Inflasi 2019, Darmin Sebut Harga Pangan Perlu Dijaga
Laju inflasi Juni 2019 mencapai 0,55 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sudah menyentuh 2,05 persen.
Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah mengakui inflasi pangan pada Juni 2019 memang bergerak lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai hal ini disebabkan perubahan iklim yang mengakibatkan pergeseran musim panen.
"Bahan makanan, harga pangan bergejolak memang agak tinggi. Tahun ini, musimnya enggak bagus," ujarnya di kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (1/7/2019).
Bahkan, Kemenko Ekonomi pun mengaku cukup khawatir dengan laju inflasi tahun kalender, yakni periode Januari-Juni 2019, yang sudah mencapai 2,05 persen.
"Inflasi inti yang sudah 0,38 persen ya sedikit tinggi lah, karena 12 bulan itu bisa di atas 4 persen," lanjut Darmin.
Oleh sebab itu, pihaknya memastikan bahwa pemerintah bakal berupaya serius dalam mengendalikan inflasi. Jika laju inflasi tidak dapat dikendalikan, maka tingkat inflasi pada akhir tahun dapat menembus 4 persen sekaligus di atas target pemerintah yang sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen.
Dia melanjutkan pengendalian inflasi pada semester II/2019 dapat dilakukan mulai saat ini, terutama untuk mengejar komponen harga bergejolak untuk komoditas pangan.
"Harus ada upaya sungguh-sungguh supaya dia tetap di kisaran 3,5 persen. Kalau enggak, akan di atas 4 persen itu. [Upaya pengendaliannya] Ya kita harus lihat. Tapi ini ironinya kan kayak harga ayam lagi begitu, ini malah rendah sekali," tutur Darmin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa laju Inflasi Juni 2019 mencapai 0,55 persen dengan inflasi tahun kalender 2,05 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 3,28 persen. Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan sebesar 1,63 persen, sandang 0,81 persen, serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,59 persen.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai hal ini disebabkan perubahan iklim yang mengakibatkan pergeseran musim panen.
"Bahan makanan, harga pangan bergejolak memang agak tinggi. Tahun ini, musimnya enggak bagus," ujarnya di kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (1/7/2019).
Bahkan, Kemenko Ekonomi pun mengaku cukup khawatir dengan laju inflasi tahun kalender, yakni periode Januari-Juni 2019, yang sudah mencapai 2,05 persen.
"Inflasi inti yang sudah 0,38 persen ya sedikit tinggi lah, karena 12 bulan itu bisa di atas 4 persen," lanjut Darmin.
Oleh sebab itu, pihaknya memastikan bahwa pemerintah bakal berupaya serius dalam mengendalikan inflasi. Jika laju inflasi tidak dapat dikendalikan, maka tingkat inflasi pada akhir tahun dapat menembus 4 persen sekaligus di atas target pemerintah yang sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen.
Dia melanjutkan pengendalian inflasi pada semester II/2019 dapat dilakukan mulai saat ini, terutama untuk mengejar komponen harga bergejolak untuk komoditas pangan.
"Harus ada upaya sungguh-sungguh supaya dia tetap di kisaran 3,5 persen. Kalau enggak, akan di atas 4 persen itu. [Upaya pengendaliannya] Ya kita harus lihat. Tapi ini ironinya kan kayak harga ayam lagi begitu, ini malah rendah sekali," tutur Darmin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa laju Inflasi Juni 2019 mencapai 0,55 persen dengan inflasi tahun kalender 2,05 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 3,28 persen. Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan sebesar 1,63 persen, sandang 0,81 persen, serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,59 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar