INILAH AWAL MULA YAHUDI Menduduki Tanah Suci PALESTINA YouTube 
INILAH AWAL MULA YAHUDI Menduduki Tanah Suci PALESTINA YouTube 
 
Masalah Utama Israel-Palestina Adalah Perebutan Wilayah    YouTube 
Yerusalem Milik Siapa? YouTube 
Inilah Awal Mula Israel Mencaplok Kawasan Palestina
 
Suaramuslim.net – Warga Palestina sudah sekian lama terpenjara di rumah mereka sendiri. Baru-baru ini mereka semakin terpojok dengan pernyataan Donald Trump
 bahwa Yerusalem merupakan ibukota Israel. Bagaimana awal mula sang 
penjajah Israel mencaplok kawasan Palestina? Berikut uraiannya.
Profesor Ahmad Shalabi, sejarawan Mesir alumnus Cambridge University, dalam bukunya Tarikh Yahudi
 mengatakan bahwa semenjak bangsa Yahudi dihancur leburkan oleh bangsa 
Babilonia, dan bangsa Romawi, mereka hidup bercampur baur dengan 
bangsa-bangsa lain, utamanya bangsa Eropa. Pada abad ke 15, dimana 
mereka mengalami penyiksaan besar-besaran oleh umat Kristiani, bersamaan
 dengan diusirnya umat Muslim dari Spanyol, bangsa yahudi hidup dalam 
keterombang-ambingan tidak tahu arah.
 - Advertisement - 
Situasi
 ini bertambah dengan penyiksaan yang dialami oleh mereka pada zaman 
Nazi Jerman berkuasa. Banyak dari bangsa Yahudi hijrah besar-besaran ke 
Amerika dan beberapa di antara mereka masih ada yang menetap di daratan 
Eropa. Melihat keadaan bangsa Yahudi yang sedemikian rupa, cendekiawan 
Yahudi kelahiran Swiss, Theodor Herzl, dalam bukunya Der Judenstaat, memproklamirkan bahwa bangsa Yahudi harus kembali ke tanah asal mereka di tanah yang dijanjikan Tuhan.
Dalam
 kitab keluaran pasal 6 ayat 4 disebutkan bahwa Tuhan akan memberikan 
tanah Kana’an sebagai tempat tinggal mereka. Semangat itulah yang 
membuat mereka berbondong-bondong menginginkan Palestina sebagai tanah 
tempat tinggal mereka.
Tanah
 Palestina, dan seluruh wilayah Asia timur maupun beberapa daratan Eropa
 terutama wilayah Balkan masih berada dalam kekuasaan Turki Usmani. 
Bangsa Yahudi yang meminta bantuan kepada tentara Inggris untuk meminta 
sebagian tanah yahudi untuk tempat tinggal mereka ditolak mentah-mentah 
oleh Sultan Abdul Hamid  II.
Tahun 1916 menandai empat abad sejak Palestina
 menjadi bagian dari Kekaisaran Turki Usmani Populasi Yahudi mewakili 
minoritas kecil, sekitar 3% dari seluruh penduduk, dengan kaum Muslim 
mewakili segmen terbesar dari populasi, dan Kristen yang kedua. Pada 
tahun 1901, pemerintahan pusat Turki Utsmani memberikan Yahudi hak yang 
sama dengan orang Arab untuk membeli tanah di Palestina dan persentase 
Yahudi dalam populasi berkembang menjadi 7% pada 1914. Pada saat yang 
sama, kalangan nasionalis Turki yang  dipimpin oleh Mustafa Kemal 
Attaturk telah mengambil kekuasaan Kekaisaran tersebut.
Pada 
akhirnya, dengan bantuan Mustafa Kemal, seorang hypokrit Yahudi, 
kekuasaan Turki Usmani jatuh pada tahun 1924. Dengan jatuhnya kekuasaan 
Turki usmani pada 1924, bangsa Yahudi semakin mudah untuk kembali ke 
tanah jajahan mereka. bangsa Yahudi dengan dibantu oleh Inggris, 
mengadakan suatu deklarasi Balfour yang isinya antara lain berupa 
dukungan bagi tanah air Yahudi di Palestina.
Dukungan politik 
Inggris awal untuk peningkatan keberadaan Yahudi di wilayah Palestina 
berdasarkan pada perhitungan geopolitik. Dukungan ini  sebenarnya 
dimulai pada awal 1840 dan dipimpin oleh Lord Palmerston. Pengaruh 
Perancis telah berkembang di Palestina dan sebagian besar Timur Tengah, 
seperti halnya pengaruh Rusia. Ini membuat Inggris tak memiliki lingkup 
pengaruh.  Konsiderasi politik tersebut didukung oleh sentimen  restorasi Yahudi  ke Palestina di kalangan elit politik Inggris pertengahan abad ke-19.
Kantor
 Luar Negeri Inggris aktif mendorong emigrasi Yahudi ke Palestina, 
contohnya pernyataan Charles Henry Churchill pada tahun 1841–1842 kepada
 Moses Montefiore, pemimpin komunitas Yahudi Britania.
Yahudi Mulai Menduduki Palestina
Sejak
 dikumandangkannya deklarasi tersebut, bangsa Yahudi mulai menduduki 
tanah palestina. Kali ini, dengan bantuan PBB (Perserikatan Bangsa 
Bangsa), didukung oleh Amerika Serikat sebagai Negara adidaya dan 
adikuasa, bangsa Yahudi terus melakukan pembombardiran terhadap wilayah 
Palestina yang sebagian besar dihuni oleh kaum Muslimin. Terhitung 71 
tahun bangsa Palestina dibombaridr oleh bangsa Yahudi. Tidak hanya 
dibombardir, wilayah mereka sedikit demi sedikit dicaplok.
Perdamaian
 demi perdamaian yang diajukan oleh bangsa Muslim terhadap Palestina 
belum juga usai. Kehebatan bangsa yahudi mengendalikan Amerika dan PBB 
dengan suatu “proxy” sebagaimana ungkapan perdana menteri 
Malaysia Dato DR. Mahathir Mohammad itulah yang membuat kaum Muslimin 
yang tinggal di wilayah Palestina semakin hari semakin merana. 
Sebagaimana dikutip dari buku Adian Husaini, Tinjauan Historis Konflik Yahudi Kristen-Islam.
Presiden Donald Trump pada hari Rabu 06/12/2017, sebagaimana dilansir hidayatullah. com mengumumkan pernyataannya secara resmi di Ruang Diplomatik Gedung Putih, Washington.
“Hari
 ini, AS akhirnya mengakui sebuah hal, yakni Yerusalem jelas adalah ibu 
kota Israel. Ini jelas merupakan sebuah pengakuan yang berdasarkan 
kenyataan. Pengakuan ini juga merupakan hal yang tepat untuk 
disampaikan,” katanya dikutip CNN.
Hal ini tidak hanya 
merusak prospek perdamaian kedua negara tersebut, tetapi juga berpotensi
 memperpanjang tragedi kemanusiaan yang selama ini terjadi dan 
menimbulkan konflik baru di Yerusalem (Al-Quds) dan Palestina,” ujar 
Presiden Partai Keadilan Sejahtera  (PKS) Sohibul Iman pada Minggu 
10/12/2017, seperti dilansir kompas.com.
Sohibul 
menambahkan, bagi umat Islam, Yerusalem adalah kota suci. Oleh karena 
itu, pernyataan Trump dianggap bentuk penistaan sekaligus provokasi 
terhadap umat Islam seluruh dunia.
Jelaslah bahwa dukungan Amerika
 Serikat terhadap bangsa Yahudi demi meraih tanah yang dijanjikan 
semakin menuai hasil. Pertanyaan yang harus dijawab adalah, bagaimanakan
 sikap kita terhadap umat Muslim Palestina, yang sejak dahulu menetap di
 sana?
Kontributor: Abby Fadhilah Yahya
Editor: Muhammad Nashir
Masalah Utama Israel-Palestina Adalah Perebutan Wilayah    YouTube 
Yerusalem Milik Siapa? YouTube 
Masalah Utama Israel-Palestina Adalah Perebutan Wilayah    YouTube 
Yerusalem Milik Siapa? YouTube 
Masalah Utama Israel-Palestina Adalah Perebutan Wilayah    YouTube 
Yerusalem Milik Siapa? YouTube 
Yerusalem Milik Siapa? YouTube 
Inilah Awal Mula Israel Mencaplok Kawasan Palestina
Suaramuslim.net – Warga Palestina sudah sekian lama terpenjara di rumah mereka sendiri. Baru-baru ini mereka semakin terpojok dengan pernyataan Donald Trump
 bahwa Yerusalem merupakan ibukota Israel. Bagaimana awal mula sang 
penjajah Israel mencaplok kawasan Palestina? Berikut uraiannya.
Profesor Ahmad Shalabi, sejarawan Mesir alumnus Cambridge University, dalam bukunya Tarikh Yahudi
 mengatakan bahwa semenjak bangsa Yahudi dihancur leburkan oleh bangsa 
Babilonia, dan bangsa Romawi, mereka hidup bercampur baur dengan 
bangsa-bangsa lain, utamanya bangsa Eropa. Pada abad ke 15, dimana 
mereka mengalami penyiksaan besar-besaran oleh umat Kristiani, bersamaan
 dengan diusirnya umat Muslim dari Spanyol, bangsa yahudi hidup dalam 
keterombang-ambingan tidak tahu arah.
 - Advertisement - 
Situasi
 ini bertambah dengan penyiksaan yang dialami oleh mereka pada zaman 
Nazi Jerman berkuasa. Banyak dari bangsa Yahudi hijrah besar-besaran ke 
Amerika dan beberapa di antara mereka masih ada yang menetap di daratan 
Eropa. Melihat keadaan bangsa Yahudi yang sedemikian rupa, cendekiawan 
Yahudi kelahiran Swiss, Theodor Herzl, dalam bukunya Der Judenstaat, memproklamirkan bahwa bangsa Yahudi harus kembali ke tanah asal mereka di tanah yang dijanjikan Tuhan.
Dalam
 kitab keluaran pasal 6 ayat 4 disebutkan bahwa Tuhan akan memberikan 
tanah Kana’an sebagai tempat tinggal mereka. Semangat itulah yang 
membuat mereka berbondong-bondong menginginkan Palestina sebagai tanah 
tempat tinggal mereka.
Tanah
 Palestina, dan seluruh wilayah Asia timur maupun beberapa daratan Eropa
 terutama wilayah Balkan masih berada dalam kekuasaan Turki Usmani. 
Bangsa Yahudi yang meminta bantuan kepada tentara Inggris untuk meminta 
sebagian tanah yahudi untuk tempat tinggal mereka ditolak mentah-mentah 
oleh Sultan Abdul Hamid  II.
Tahun 1916 menandai empat abad sejak Palestina
 menjadi bagian dari Kekaisaran Turki Usmani Populasi Yahudi mewakili 
minoritas kecil, sekitar 3% dari seluruh penduduk, dengan kaum Muslim 
mewakili segmen terbesar dari populasi, dan Kristen yang kedua. Pada 
tahun 1901, pemerintahan pusat Turki Utsmani memberikan Yahudi hak yang 
sama dengan orang Arab untuk membeli tanah di Palestina dan persentase 
Yahudi dalam populasi berkembang menjadi 7% pada 1914. Pada saat yang 
sama, kalangan nasionalis Turki yang  dipimpin oleh Mustafa Kemal 
Attaturk telah mengambil kekuasaan Kekaisaran tersebut.
Pada 
akhirnya, dengan bantuan Mustafa Kemal, seorang hypokrit Yahudi, 
kekuasaan Turki Usmani jatuh pada tahun 1924. Dengan jatuhnya kekuasaan 
Turki usmani pada 1924, bangsa Yahudi semakin mudah untuk kembali ke 
tanah jajahan mereka. bangsa Yahudi dengan dibantu oleh Inggris, 
mengadakan suatu deklarasi Balfour yang isinya antara lain berupa 
dukungan bagi tanah air Yahudi di Palestina.
Dukungan politik 
Inggris awal untuk peningkatan keberadaan Yahudi di wilayah Palestina 
berdasarkan pada perhitungan geopolitik. Dukungan ini  sebenarnya 
dimulai pada awal 1840 dan dipimpin oleh Lord Palmerston. Pengaruh 
Perancis telah berkembang di Palestina dan sebagian besar Timur Tengah, 
seperti halnya pengaruh Rusia. Ini membuat Inggris tak memiliki lingkup 
pengaruh.  Konsiderasi politik tersebut didukung oleh sentimen  restorasi Yahudi  ke Palestina di kalangan elit politik Inggris pertengahan abad ke-19.
Kantor
 Luar Negeri Inggris aktif mendorong emigrasi Yahudi ke Palestina, 
contohnya pernyataan Charles Henry Churchill pada tahun 1841–1842 kepada
 Moses Montefiore, pemimpin komunitas Yahudi Britania.
Yahudi Mulai Menduduki Palestina
Sejak
 dikumandangkannya deklarasi tersebut, bangsa Yahudi mulai menduduki 
tanah palestina. Kali ini, dengan bantuan PBB (Perserikatan Bangsa 
Bangsa), didukung oleh Amerika Serikat sebagai Negara adidaya dan 
adikuasa, bangsa Yahudi terus melakukan pembombardiran terhadap wilayah 
Palestina yang sebagian besar dihuni oleh kaum Muslimin. Terhitung 71 
tahun bangsa Palestina dibombaridr oleh bangsa Yahudi. Tidak hanya 
dibombardir, wilayah mereka sedikit demi sedikit dicaplok.
Perdamaian
 demi perdamaian yang diajukan oleh bangsa Muslim terhadap Palestina 
belum juga usai. Kehebatan bangsa yahudi mengendalikan Amerika dan PBB 
dengan suatu “proxy” sebagaimana ungkapan perdana menteri 
Malaysia Dato DR. Mahathir Mohammad itulah yang membuat kaum Muslimin 
yang tinggal di wilayah Palestina semakin hari semakin merana. 
Sebagaimana dikutip dari buku Adian Husaini, Tinjauan Historis Konflik Yahudi Kristen-Islam.
Presiden Donald Trump pada hari Rabu 06/12/2017, sebagaimana dilansir hidayatullah. com mengumumkan pernyataannya secara resmi di Ruang Diplomatik Gedung Putih, Washington.
“Hari
 ini, AS akhirnya mengakui sebuah hal, yakni Yerusalem jelas adalah ibu 
kota Israel. Ini jelas merupakan sebuah pengakuan yang berdasarkan 
kenyataan. Pengakuan ini juga merupakan hal yang tepat untuk 
disampaikan,” katanya dikutip CNN.
Hal ini tidak hanya 
merusak prospek perdamaian kedua negara tersebut, tetapi juga berpotensi
 memperpanjang tragedi kemanusiaan yang selama ini terjadi dan 
menimbulkan konflik baru di Yerusalem (Al-Quds) dan Palestina,” ujar 
Presiden Partai Keadilan Sejahtera  (PKS) Sohibul Iman pada Minggu 
10/12/2017, seperti dilansir kompas.com.
Sohibul 
menambahkan, bagi umat Islam, Yerusalem adalah kota suci. Oleh karena 
itu, pernyataan Trump dianggap bentuk penistaan sekaligus provokasi 
terhadap umat Islam seluruh dunia.
Jelaslah bahwa dukungan Amerika
 Serikat terhadap bangsa Yahudi demi meraih tanah yang dijanjikan 
semakin menuai hasil. Pertanyaan yang harus dijawab adalah, bagaimanakan
 sikap kita terhadap umat Muslim Palestina, yang sejak dahulu menetap di
 sana?
Kontributor: Abby Fadhilah Yahya
Editor: Muhammad Nashir

Tidak ada komentar:
Posting Komentar