BISNIS    
    
    
    
    Jokowi Bantah Holding BUMN Jadi Upaya Swastanisasi
Dia pun membantah hal ini dilakukan untuk kurangi PMN.
Jum'at, 12 Agustus 2016 | 17:54 WIB
Presiden Joko Widodo  (Biro Pers Kepresidenan)
 VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo membantah tuduhan bahwa penggabungan, atau holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengarah ke privatisasi, atau swastanisasi perusahaan pelat merah tersebut
     
    
     
    
Jokowi dalam pembukaan rapat kabinet terbatas mengenai holding BUMN di kantornya, mengatakan bahwa BUMN harus bergerak lincah. Maka, holding dilakukan dalam rangka membuat BUMN itu makin gesit.
"Holdingisasi ini bukan semata-mata pengurangan pemberian 
suntikan PMN (Penyertaan Modal Negara), tidak. Atau, mekanisme 
pengalihan saham negara pada BUMN yang ditunjuk sebagai induk 
perusahaan. Tetapi, harus dipahami bahwa penggabungan BUMN ini 
dimaksudkan untuk memperkuat peran BUMN dalam persaingan, terutama dalam
 persaingan global," jelas Jokowi di kompleks Istana Jakarta, Jumat 12 
Agustus 2016.
Jokowi pun menolah, rencana ini akan membuat hilangnya 
BUMN. Apalagi, mengarah pada upaya privatisasi yang akan menghilangkan 
banyak saham negara pada badan yang dimiliki pemerintah.
"Holdingisasi bukan privatisasi. Ini beda, tidak 
menghilangkan status BUMN pada perseroan yang menjadi anak perusahaan 
yang sahamnya dimiliki negara. Juga, tidak menghilangkan, atau 
mengurangi portofolio saham negara secara absolut. Ini perlu saya 
sampaikan, supaya tidak keliru nanti," jelas Jokowi.
Jokowi mengatakan, holding ini, agar BUMN bisa 
keluar kandang dan bersaing secara global. Presiden ingin, BUMN dikelola
 secara korporasi bisnis dengan benar. Sehingga, ke depannya berskala 
internasional.
"Dan, pemisahan kekayaan negara bukanlah peralihan hak dari
 negara ke BUMN, atau nama lain, dan dengan demikian kekayaan negara 
yang dipisahkan itu masih tetap menjadi kekayaan negara sebagai pemegang
 saham," jelasnya. (asp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar