Minggu, 24 Juli 2016

  NASIONAL

Kapolri: Jangan Biarkan Kelompok Santoso Bernapas

Pasukan gabungan TNI-Polri terus mengepung mereka.
 
Kapolri: Jangan Biarkan Kelompok Santoso Bernapas
Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Panglima TNI. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
  VIVA.co.id - Pasukan operasi tinombala yang terdiri dari TNI-Polri terus mengepung kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di daerah pegunungan Poso, Sulawesi Tengah. Sebelumnya, pimpinan MIT sendiri dan Muchtar alias Kahar sudah tewas ditembak mati oleh pasukan tinombala di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, masih ada 19 pasukan MIT yang masih bersembunyi di pegunungan Poso, Sulawesi Selatan tersebut. Tito menegaskan tak akan memberikan mereka kesempatan.
"Jangan sampai biarkan mereka bernapas. Kami tekan Basri, Ali Kalora tertangkap. Kami evaluasi untuk mengurangi pasukan bila diperlukan," kata Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat, 22 Juli 2016.
Tito menuturkan, hasil dari tes DNA yang dilakukan oleh dokter kepolisian hasilnya sudah keluar dan positif Santoso.
Namun, untuk prosesi dua jenazah dirinya sudah menyerahkan kepada Polda Sulawesi Tengah dan petugas setempat di lapangan.
"Prinsipnya adalah agar pada waktu pemakaman jangan sampai menimbulkan kegaduhan dan aksi heroik dan lain-lain. Karena dia (santoso) adalah pelanggar hukum. Karena kami lihat ada potensi kerawanan," ujarnya.
 
===================
 
NASIONAL

Pengikut Santoso yang Menyerah Juga Bakal Diampuni

Sama seperti kelompok bersenjata, Din Minimi.
 
Pengikut Santoso yang Menyerah Juga Bakal Diampuni
Ilustrasi/Kelompok Santoso di hutan persembunyian mereka di Poso. (VIVA.co.id/Abdullah Hamann)
 VIVA.co.id – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan untuk memberi pengampunan (amnesti) kepada anggota kelompok Santoso yang masih tersisa, jika mau menyerahkan diri.
"Ya kita imbau tak ada lagi pertempuran di sana (Poso). Kalau mereka (pengikut Santoso) mau kembali ke masyarakat (serahkan diri), tentu akan kita pertimbangkan baik-baik (amnesti)," kata Luhut di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat 15, Jakarta Pusat, Jumat 22 Juli 2016.
Menurut Luhut, opsi pemberian amnesti kepada kepada 19 anggota kelompok Santoso yang saat ini diburu Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala akan dikaji dan dipertimbangkan lebih lanjut untuk diberikan "Ya tentu kita pelajari dulu, tak bisa memang kita berikan sekarang," ujar dia.
Untuk anggota kelompok Santoso yang terlibat pelanggaran hukum, akan diproses sebagaimana aturan yang berlaku sebelum diberikan pengampunan, laiknya kelompok bersenjata Din Minimi.
"Kita mau lihat kayak kasus yang di Aceh (kelompok bersenjata Din Minimi)," ujarnya menambahkan.
Luhut mengatakan, anggota kelompok Santoso adalah bagian dari Warga Negara Indonesia (WNI). Karena itu pemerintah akan melakukan langkah persuasif mengajak kembali anggota kelompok tersebut ke pangkuan ibu pertiwi.
"Intinya kan mereka WNI juga, jadi kenapa tidak kembali ke pangkuan ibu pertiwi, bekerjasama secara sama-sama lagi. Soal nanti ada proses hukumnya ya kita lihat apakah nanti ada, amnesti, abolisi. Jadi case-nya akan kita lihat satu persatu," ujar Luhut.
Usai tewasnya pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah, beserta tangan kanannya, Muchtar alias Kahar, Satgas Operasi Tinombala kini memburu sisa anak buah Santoso yang saat ini tersisa 19 orang, termasuk tiga di antaranya, berjenis kelamin wanita. Sebanyak 3.406 personel gabungan TNI dan Polri terlibat dalam pengejaran sisa anggota Santoso itu.
(mus)
===================
NASIONAL

Kapolri: Anggota Santoso Haram Menyerahkan Diri

Kelompok Santoso sangat meresahkan warga.
 
Kapolri: Anggota Santoso Haram Menyerahkan Diri
Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Panglima TNI (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

VIVA.co.id – Setelah tewasnya gembong teroris , Santoso alias Abu Wardah, dalam kontak senjata dengan aparat Satgas Operasi Tinombala di Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, polisi merilis kini pengikut Santoso tinggal 19 orang.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian meminta. para pengikut Santoso yang kini masih bersembunyi di hutan-hutan Poso, untuk turun gunung dan menyerah kepada aparat. Kapolri berjanji akan memberi bantuan kepada para pengikut Santoso itu untuk menjalani proses hukum yang berlaku.
"Mereka sangat anti dengan kata menyerahkan diri karena doktrinnya seperti itu. Jadi saya minta kepada sisa pendukung Santoso untuk turun gunung, menjalani proses hukum dan saya pribadi akan bantu," kata Tito Karnavian usai melihat dari dekat jenazah Santoso di Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Rabu, 20 Juli 2016.
Imbauan agar segera turun gunung itu, kata Tito demi kemaslahatan masyarakat yang ada di Poso. Karena dengan adanya operasi-operasi seperti ini mungkin membuat masyarakat tidak nyaman.
Tito Karnavian juga mengapresiasi tim Satgas Tinombala yang terdiri dari anggota TNI dan Polri yang berhasil melumpuhkan gembong teroris yang selama ini dicari.
"Kami dari jajaran Polri mengucapkan terima kasih kepada Bapak Panglima, Bapak Kasat dan jajaran karena Operasi Tinombala yang berlangsung cukup lama ini berhasil melumpuhkan tersangka utama yang kita cari yaitu Santoso," kata Tito.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bersama Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantio , Rabu sore berada di Palu, untuk melihat dari dekat jenazah Santoso di ruang instalasi jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.
 Laporan Abdullah Haman (Palu)
====================
 
NASIONAL

Kadiv Humas Polri: Operasi Tinombala Tetap Dilanjutkan

Operasi ini akan berakhir pada 10 Agustus mendatang.
 
Kadiv Humas Polri: Operasi Tinombala Tetap Dilanjutkan
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar. (ANTARA/Reno Esnir)
 
VIVA.co.id – Operasi Tinombala yang melakukan perburuan pada kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah akan berakhir pada 10 Agustus 2016. Sebelum berakhir, Polri akan melakukan evaluasi pada operasi ini.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, mengatakan bahwa perburuan kepada kelompok Santoso tetap dilanjutkan. Meskipun Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala berhasil menembak mati Santoso alias Abu Wardah dan satu rekannya bernama Muchtar alias Kahar di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
"Nanti sebelum habis jatuh tempo pada 6 Agustus, akan ada evaluasi dan diputuskan proses selanjutnya," kata Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Namun, Boy memastikan bahwa Pasukan Operasi Tinombala akan terus mengejar anggota kelompok Santoso yang jumlahnya diperkirakan tinggal 19 orang lagi dan masih bersembunyi di pegunungan Poso, Sulawesi Tengah. "Yang jelas tekad dari Polri bagaimana sebaiknya bisa tuntas," tuturnya.
"Tentunya yang jelas operasi yang dilaksanakan itu sudah dirasakan efektifitasnya. Yang terpenting bagaimana memikirkan langkah terbaik untuk menemukan jejak mereka sebagaimana penemuan jejak lima orang yang bertemu saat patroli kemarin," ujar Boy.
===================
NASIONAL

Kapolri dan Panglima TNI Cek Jasad Santoso dan Barang Bukti

Pimpinan Polri dan TNI akan memberi apresiasi ke personel di sana.
 
Kapolri dan Panglima TNI Cek Jasad Santoso dan Barang Bukti
Kapolri Jenderal Tito Karnavian  (REUTERS/Darren Whiteside )
 
VIVA.co.id – Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian, akan menyambangi langsung wilayah Palu, Sulawesi Tengah, guna melihat kondisi jenazah gembong teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah dan Muchtar alias Kahar.


"Bapak Kapolri melihat satu per satu barang bukti termasuk senjata api M-16 dan peralatan milik Santoso selama pelarian. Itu sudah berhasil dikuasai penyidik dan menjadi bagian dari pemeriksaan," kata Juru Bicara Mabes Polri, Irjen (Pol) Boy Rafli Amar, di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.


Menurut Boy, kunjungan Tito Karnavian ke Palu juga dalam rangka memberikan apresiasi kepada Satuan Tugas (Satgas) Tinombala 2016 yang terdiri personel gabungan TNI-Polri. Dalam kunjungan ini, Kapolri akan pergi bersama Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.


"Informasinya (Panglima) ya. Kepala staf angkatan darat juga. Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang baru juga, mengapresiasi petugas yang ada di sana. Mengecek langsung tentang hasil barang bukti yang diperoleh. Kemudian memberikan arahan kepada seluruh anggota," ujarnya.


Namun, Boy enggan merinci bonus atau bentuk apresiasi yang akan diberikan Kapolri kepada satgas Tinombala yang berhasil menembak mati Santoso dan terus memburu kelompok ini secara terus menerus. "Ada (bonusnya)," katanya.

==================
NASIONAL

Hasil Tes DNA Santoso Selesai Tiga Hari

Dokter forensik telah menerima sampel DNA dari keluarga Santoso.
 
Hasil Tes DNA Santoso Selesai Tiga Hari
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar (VIVA.co.id/M. Ali. Wafa)
 VIVA.co.id – Dokter forensik Kepolisian telah mengambil sampel DNA dari pihak keluarga pimpinan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah. Sampel tersebut diambil dari istri pertama Santoso bernama Suwarni alias Marni alias Umu Wardah (35), anak kedua Santoso beranam Ainun (12), serta anak bungsu Santoso Maratusadiyah (7).
"Jadi sudah dipegang (sampel DNA), dan tim sedang melakukan identifikasi. Jadi proses yang DNA perlu sekitar minimal tiga hari. Jadi tiga hari ke depan memastikan hasil dari pada uji laboratorium DNA ini," kata Juru Bicara Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Meski demikian, mantan Kapolda Banten ini belum mengetahui apakah jenazah Santoso alias Abu Wardah akan dimakamkan di kampung halamannya atau tidak. "Nanti akan dibicarakan dengan keluarga apakah akan dimakamkan di kampung halaman atau tidak," ujarnya.
Kepastian salah satu jenazah yang tewas dalam baku tembak di Poso Senin lalu adalah Santoso diperoleh setelah polisi melakukan identifikasi luar terhadap dua jenazah. Identifikasi luar meliputi ciri-ciri DPO dan tanda-tanda yang dikenali dari luar oleh orang terdekat.
"Untuk sementara dari identifikasi luar dapat disimpulkan dua jenazah adalah Santoso dan DPO atas nama Muchtar," kata Kepala Satgas Tinombala, Kombes Leo Bona Lubis, Senin, 19 Juli 2016.
Sementara untuk lebih memastikan siapa dua jenazah, Polda Sulteng akan melakukan tes DNA yang akan dikuatkan dengan data pembanding dari keluarga yang bersangkutan. "Kita harus melakukan identifikasi lain, dengan tes DNA. Kita mencoba mendatangkan keluarga," kata dia.
Seperti diketahui, dua orang tewas dalam baku tembak dengan pasukan Operasi Tinombala 2016 di daerah Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Senin, 18 Juli 2016, sekitar pukul 18.30 WIB. Saat penyergapan, jumlah mereka lima orang dan mengakibatkan dua orang meninggal dunia.
Sementara itu, tiga orang lainnya melarikan diri yang terdiri dari dua orang wanita dan satu laki-laki dan membawa satu pucuk senjata.
Saat ini jasad yang diduga gembong teroris Mujahidin Indonesia (MIT) Santoso alias Abu Wardah bersama satu orang anggotanya, diduga bernama Basri, sudah berhasil dievakuasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah, untuk dilakukan identifikasi.
====================
NASIONAL

Istri dan Anak Santoso Serahkan Sampel DNA

Istri pertama Santoso datang sendiri ke RS, lainnya harus didatangi.
 
Istri dan Anak Santoso Serahkan Sampel DNA
Tim operasi Tinombala 2016 mengevakuasi jasad terduga teroris Santoso. (istimewa)
 
VIVA.co.id – Tim dokter forensik Kepolisian telah mengambil sampel DNA dari pihak istri dan anak pimpinan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah asal Poso, Sulawesi Tengah.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Polisi, Hari Suprapto mengatakan, diambilnya sampel dari pihak keluarga adalah bagian dari proses identifikasi DNA terhadap jenazah Santoso.
"Sampel diambil dari istri pertamanya bernama Suwarni alias Marni alias Umu Wardah, anaknya yang kedua Ainun, serta anak yang paling kecil Maratusadiyah," kata Hari kepada VIVA.co.id di Jakarta, Rabu 20 Juli 2016.
Kemudian, untuk teroris lain yang tewas bersamaan dengan Santoso bernama Muchtar, sampel DNA diambil dari istrinya bernama Eka Pratiwi (30) dan anaknya Santa alias Khoirunisa (8).
"Kalau untuk istri dan anak Santoso datang sendiri ke rumah sakit, sedangkan istri Muchtar tidak datang, makanya kami yang datang (ke rumah)," tuturnya.
Satgas Operasi Tinombala yang terdiri dari TNI-Polri menembak mati dua teroris Poso bernama Santoso alias Abu Wardah dan Muchtar di daerah Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah dua hari lalu. Tewasnya Santoso diawali dengan baku tembak.
==================
NASIONAL

Tugas Mendesak Usai Santoso Tewas

Masyarakat sekitar penangkapan kerap jadi korban keganasan.
 
Tugas Mendesak Usai Santoso Tewas
Tim operasi Tinombala 2016 mengevakuasi jasad terduga teroris Santoso. (istimewa)
 VIVA.co.id – Setelah gembong teroris Poso Sulawesi Tengah Santoso alias Abu Wardah tewas di tangan Satgas Operasi Tinombala, tugas pemberantasan anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) belum tuntas. Diketahui masih ada sekitar 19 orang lagi anggota MIT pimpinan Santoso yang masih berkeliaran.
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan tugas mendesak yang harus dilakukan itu menyisir seluruh Poso agar tak ada lagi kelompok Santoso karena kelompok ini sangat berbahaya.
"Tapi yang urgent adalah melindungi masyarakat sekitar," kata Ansyaad Mbai dalam perbincangan dengan Apa Kabar Indonesia Pagi di tvOne, Rabu 20 Juli 2016.
Bertolak pada pengalaman sebelumnya, warga di sekitar persembunyian para teroris kerap jadi korban tatkala ada anggota dan pimpinan kelompok radikal itu tertangkap. Misalnya tak lama setelah Daeng Koro dan Slamet Santoso yang juga pentolan kelompok Santoso dibekuk, kelompok itu langsung memenggal kepala petani di daerah sekitar penangkapan.
"Karena dianggap masyarakat membocorkan keberadaan mereka di sana," kata Ansyaad.
Ketua BNPT Ansyaad Mbai Mou dengan Ormas IslamMantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai
Dia mengatakan figur yang sangat berbahaya antara lain Ali Karora yang berpotensi menggantikan Santoso. Namun dia mengatakan 18 orang lainnya patut diwaspadai, baik laki-laki maupun anggota perempuan sama berbahaya. Ansyaad menegaskan, satu orang saja yang bisa menggunakan senjata dan bisa meledakkan bom tak bisa dianggap sepele.
"Satgas harus segera melindungi dan mengamankan petani yang ada di sekitar lokasi kejadian," kata dia.
===================
NASIONAL

Suhardi Alius Akan Hadapi Loyalis Santoso yang Marah

Suhardi ditunjuk menjadi kepala BNPT.
 
Suhardi Alius Akan Hadapi Loyalis Santoso yang Marah
Komisaris Jenderal Suhardi Alius (Dokumen Humas Polri)
 VIVA.co.id – Komisaris Jenderal Suhardi Alius diberitakan akan segera menduduki kursi jabatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri ini disebut akan menghadapi tantangan yang tidak ringan begitu ia menjabat. Salah satunya terkait kelompok bersenjata Santoso.
"Ini adalah pekerjaan rumah berat bagi Suhardi sebagai calon Kepala BNPT ke depan, perlu langkah strategis dalam mengantisipasi munculnya kemarahan dan teror dari loyalis Santoso akibat tewasnya sejumlah anggota kelompoknya," kata anggota Komisi III DPR, Nasir Djamil di Senayan, Jakarta, Selasa 19 Juli 2016.
Nasir yakin Suhardi dapat bekerja dengan cerdas dan memantapkan program dan kinerja BNPT ke depan. Walaupun ia mengakui, Suhardi tidak terlalu memiliki pengalaman yang kuat dalam pemberantasan tindak pidana terorisme.
"BNPT akan selalu kami awasi terutama langkah strategis lainnya yang akan diambil setelah tewasnya pimpinan kelompok teroris Santoso ini," ujar Nasir.
Sementara itu Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan, memastikan bahwa Suhardi akan menjabat sebagai Kepala BNPT. Suhardi akan menggantikan Tito Karnavian yang kini duduk di pucuk pimpinan korps Bhayangkara.
"Iya betul (Suhardi Alius pimpin BNPT). Iya (besok dilantik)," ujar Luhut di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat 15, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Juli 2016.
(mus)
=====================
NASIONAL

Santoso Tewas, Mantan Teroris Puji Keberuntungan Tito

"Yang pasti gerakan kelompok klandestin ini tidak akan berhenti."
 
Santoso Tewas, Mantan Teroris Puji Keberuntungan Tito
Status Ali Fauzi
 VIVA.co.id – Kabar meninggalnya pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso, setelah ditembak mati tim gabungan Operasi Tinombala menyebar cepat. Kebanyakan memuji langkah tegas pasukan pemburu teroris tersebut.
Bahkan, mantan teroris asal Lamongan, Jawa Timur, Ali Fauzi Manzi, langsung memasang status pujian kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian atas keberhasilan itu di akun Blackberry Messenger (BBM) miliknya.
Fauzi mengunggah status BlackBerry Messenger (BBM) bertema perburuan teroris, beberapa saat setelah informasi Santoso tewas diberitakan banyak media massa. Isi status itu:
'Tito Karnavian selalu dinaungi keberuntungan blm seminggu dilantik sdh memecah kebuntuan'.
Foto profil BBM Fauzi juga langsung diganti. Menyertai status itu, foto wajah Santoso yang sudah tewas dan terbungkus kantong jenazah berwarna kuning diunggah di BBM mantan instruktur bom Jamaah Islamiyah (JI) Wakalah Jawa Timur itu.
Fauzi tak memberikan alasan gamblang alasan dia mengunggah status itu. "Sudah jelas status BBM saya, Pak Tito beruntung," ucapnya saat dikonfirmasi VIVA.co.id soal status BBM tersebut, Selasa malam, 19 Juli 2016.
Sebelumnya dia menjelaskan, dengan tewasnya Santoso, bukan berarti pekerjaan aparat memadamkan gerakan kelompok radikal dan teroris akan selesai. "Yang pasti gerakan kelompok klandestin ini tidak akan berhenti. Mereka tetap akan melakukan perlawanan untuk mewujudkan visi dan misi mereka."
(mus)
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar