DUNIA
23-07-1952: Gamal Abdel Nasser Kudeta Raja Mesir Farouk I
Raja Farouk dianggap korup dan gagal pimpin Mesir.
Sabtu, 23 Juli 2016 | 05:54 WIB
Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. (www.middleeastmonitor.com)
VIVA.co.id – Hari
ini 64 tahun silam, Kolonel Gamal Abdel Nasser memimpin Angkatan
Bersenjata Mesir melakukan kudeta untuk menggulingkan Raja Farouk I.
Raja Farouk I dituding melakukan tindakan korupsi dan kalah dalam Perang Arab-Israel pada 1948. Melansir situs History, setelah turun takhta, sistem pemerintahan pun berubah dari kerajaan ke republik.
Jenderal Muhammad Naguib didapuk menjadi presiden Mesir pertama sekaligus pemimpin "boneka" kudeta.
Awal 1954, Nasser menangkap dan menahan Naguib, dan pada 25 Februari 1954, ia menjadi orang nomor satu di Mesir. Dua tahun kemudian, Nasser menjadi calon tunggal dalam pemilu presiden dan resmi menjadi presiden Mesir kedua.
Di masa pemerintahannya, Nasser mengusung kebangkitan Nasionalisme Arab dan Pan Arabisme, menasionalisasi Terusan Suez yang berujung krisis.
Dampak nasionalisasi ini sangat besar. Mesir harus berhadapan dengan Prancis, Inggris, dan Israel, yang memiliki kepentingan terhadap terusan itu.
Krisis berakhir setelah PBB, AS, dan Uni Soviet turun tangan. Mesir akhirnya berhak memiliki Terusan Suez sebagai bagian dari kedaulatannya.
Proyek infrastruktur besar-besaran pun dimulai. Yang terkenal adalah Proyek Bendungan Aswan yang mendapat bantuan dari Soviet.
Namun, Israel tidak terima Suez dimiliki Mesir. Terjadilah Perang Enam Hari antara Mesir dan Israel pada 1967.
Mesir kalah perang. Nasser ingin menarik diri dari dunia politik dengan mengundurkan diri sebagai presiden, tetapi rakyat Mesir menolaknya.
Konflik terbuka keduanya meletup kembali dalam Perang Atrisi 1969-1970. Nasser meninggal dunia akibat penyakit jantung pada 28 September 1970. Ia pun digantikan oleh Anwar Sadat.
Raja Farouk I dituding melakukan tindakan korupsi dan kalah dalam Perang Arab-Israel pada 1948. Melansir situs History, setelah turun takhta, sistem pemerintahan pun berubah dari kerajaan ke republik.
Jenderal Muhammad Naguib didapuk menjadi presiden Mesir pertama sekaligus pemimpin "boneka" kudeta.
Awal 1954, Nasser menangkap dan menahan Naguib, dan pada 25 Februari 1954, ia menjadi orang nomor satu di Mesir. Dua tahun kemudian, Nasser menjadi calon tunggal dalam pemilu presiden dan resmi menjadi presiden Mesir kedua.
Di masa pemerintahannya, Nasser mengusung kebangkitan Nasionalisme Arab dan Pan Arabisme, menasionalisasi Terusan Suez yang berujung krisis.
Dampak nasionalisasi ini sangat besar. Mesir harus berhadapan dengan Prancis, Inggris, dan Israel, yang memiliki kepentingan terhadap terusan itu.
Krisis berakhir setelah PBB, AS, dan Uni Soviet turun tangan. Mesir akhirnya berhak memiliki Terusan Suez sebagai bagian dari kedaulatannya.
Proyek infrastruktur besar-besaran pun dimulai. Yang terkenal adalah Proyek Bendungan Aswan yang mendapat bantuan dari Soviet.
Namun, Israel tidak terima Suez dimiliki Mesir. Terjadilah Perang Enam Hari antara Mesir dan Israel pada 1967.
Mesir kalah perang. Nasser ingin menarik diri dari dunia politik dengan mengundurkan diri sebagai presiden, tetapi rakyat Mesir menolaknya.
Konflik terbuka keduanya meletup kembali dalam Perang Atrisi 1969-1970. Nasser meninggal dunia akibat penyakit jantung pada 28 September 1970. Ia pun digantikan oleh Anwar Sadat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar