NASIONAL
Kapolri: Jangan Biarkan Kelompok Santoso Bernapas
Pasukan gabungan TNI-Polri terus mengepung mereka.
Jum'at, 22 Juli 2016 | 18:47 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Panglima TNI. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
VIVA.co.id -
Pasukan operasi tinombala yang terdiri dari TNI-Polri terus mengepung
kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di daerah pegunungan
Poso, Sulawesi Tengah. Sebelumnya, pimpinan MIT sendiri dan Muchtar
alias Kahar sudah tewas ditembak mati oleh pasukan tinombala di
Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, masih ada 19 pasukan MIT yang masih bersembunyi di pegunungan Poso, Sulawesi Selatan tersebut. Tito menegaskan tak akan memberikan mereka kesempatan.
"Jangan sampai biarkan mereka bernapas. Kami tekan Basri, Ali Kalora tertangkap. Kami evaluasi untuk mengurangi pasukan bila diperlukan," kata Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat, 22 Juli 2016.
Tito menuturkan, hasil dari tes DNA yang dilakukan oleh dokter kepolisian hasilnya sudah keluar dan positif Santoso.
Namun, untuk prosesi dua jenazah dirinya sudah menyerahkan kepada Polda Sulawesi Tengah dan petugas setempat di lapangan.
"Prinsipnya adalah agar pada waktu pemakaman jangan sampai menimbulkan kegaduhan dan aksi heroik dan lain-lain. Karena dia (santoso) adalah pelanggar hukum. Karena kami lihat ada potensi kerawanan," ujarnya.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, masih ada 19 pasukan MIT yang masih bersembunyi di pegunungan Poso, Sulawesi Selatan tersebut. Tito menegaskan tak akan memberikan mereka kesempatan.
"Jangan sampai biarkan mereka bernapas. Kami tekan Basri, Ali Kalora tertangkap. Kami evaluasi untuk mengurangi pasukan bila diperlukan," kata Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat, 22 Juli 2016.
Tito menuturkan, hasil dari tes DNA yang dilakukan oleh dokter kepolisian hasilnya sudah keluar dan positif Santoso.
Namun, untuk prosesi dua jenazah dirinya sudah menyerahkan kepada Polda Sulawesi Tengah dan petugas setempat di lapangan.
"Prinsipnya adalah agar pada waktu pemakaman jangan sampai menimbulkan kegaduhan dan aksi heroik dan lain-lain. Karena dia (santoso) adalah pelanggar hukum. Karena kami lihat ada potensi kerawanan," ujarnya.
===================
NASIONAL
Pengikut Santoso yang Menyerah Juga Bakal Diampuni
Sama seperti kelompok bersenjata, Din Minimi.
Jum'at, 22 Juli 2016 | 20:52 WIB
Ilustrasi/Kelompok Santoso di hutan persembunyian mereka di Poso. (VIVA.co.id/Abdullah Hamann)
VIVA.co.id –
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar
Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan untuk memberi
pengampunan (amnesti) kepada anggota kelompok Santoso yang masih
tersisa, jika mau menyerahkan diri.
"Ya kita imbau tak ada lagi pertempuran di sana (Poso). Kalau mereka (pengikut Santoso) mau kembali ke masyarakat (serahkan diri), tentu akan kita pertimbangkan baik-baik (amnesti)," kata Luhut di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat 15, Jakarta Pusat, Jumat 22 Juli 2016.
Menurut Luhut, opsi pemberian amnesti kepada kepada 19 anggota kelompok Santoso yang saat ini diburu Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala akan dikaji dan dipertimbangkan lebih lanjut untuk diberikan "Ya tentu kita pelajari dulu, tak bisa memang kita berikan sekarang," ujar dia.
Untuk anggota kelompok Santoso yang terlibat pelanggaran hukum, akan diproses sebagaimana aturan yang berlaku sebelum diberikan pengampunan, laiknya kelompok bersenjata Din Minimi.
"Kita mau lihat kayak kasus yang di Aceh (kelompok bersenjata Din Minimi)," ujarnya menambahkan.
Luhut mengatakan, anggota kelompok Santoso adalah bagian dari Warga Negara Indonesia (WNI). Karena itu pemerintah akan melakukan langkah persuasif mengajak kembali anggota kelompok tersebut ke pangkuan ibu pertiwi.
"Intinya kan mereka WNI juga, jadi kenapa tidak kembali ke pangkuan ibu pertiwi, bekerjasama secara sama-sama lagi. Soal nanti ada proses hukumnya ya kita lihat apakah nanti ada, amnesti, abolisi. Jadi case-nya akan kita lihat satu persatu," ujar Luhut.
Usai tewasnya pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah, beserta tangan kanannya, Muchtar alias Kahar, Satgas Operasi Tinombala kini memburu sisa anak buah Santoso yang saat ini tersisa 19 orang, termasuk tiga di antaranya, berjenis kelamin wanita. Sebanyak 3.406 personel gabungan TNI dan Polri terlibat dalam pengejaran sisa anggota Santoso itu.
(mus)
"Ya kita imbau tak ada lagi pertempuran di sana (Poso). Kalau mereka (pengikut Santoso) mau kembali ke masyarakat (serahkan diri), tentu akan kita pertimbangkan baik-baik (amnesti)," kata Luhut di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat 15, Jakarta Pusat, Jumat 22 Juli 2016.
Menurut Luhut, opsi pemberian amnesti kepada kepada 19 anggota kelompok Santoso yang saat ini diburu Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala akan dikaji dan dipertimbangkan lebih lanjut untuk diberikan "Ya tentu kita pelajari dulu, tak bisa memang kita berikan sekarang," ujar dia.
Untuk anggota kelompok Santoso yang terlibat pelanggaran hukum, akan diproses sebagaimana aturan yang berlaku sebelum diberikan pengampunan, laiknya kelompok bersenjata Din Minimi.
"Kita mau lihat kayak kasus yang di Aceh (kelompok bersenjata Din Minimi)," ujarnya menambahkan.
Luhut mengatakan, anggota kelompok Santoso adalah bagian dari Warga Negara Indonesia (WNI). Karena itu pemerintah akan melakukan langkah persuasif mengajak kembali anggota kelompok tersebut ke pangkuan ibu pertiwi.
"Intinya kan mereka WNI juga, jadi kenapa tidak kembali ke pangkuan ibu pertiwi, bekerjasama secara sama-sama lagi. Soal nanti ada proses hukumnya ya kita lihat apakah nanti ada, amnesti, abolisi. Jadi case-nya akan kita lihat satu persatu," ujar Luhut.
Usai tewasnya pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah, beserta tangan kanannya, Muchtar alias Kahar, Satgas Operasi Tinombala kini memburu sisa anak buah Santoso yang saat ini tersisa 19 orang, termasuk tiga di antaranya, berjenis kelamin wanita. Sebanyak 3.406 personel gabungan TNI dan Polri terlibat dalam pengejaran sisa anggota Santoso itu.
(mus)
===================
VIVA.co.id – Setelah tewasnya gembong teroris , Santoso alias Abu Wardah, dalam kontak senjata dengan aparat Satgas Operasi Tinombala di Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, polisi merilis kini pengikut Santoso tinggal 19 orang.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian meminta. para pengikut Santoso yang kini masih bersembunyi di hutan-hutan Poso, untuk turun gunung dan menyerah kepada aparat. Kapolri berjanji akan memberi bantuan kepada para pengikut Santoso itu untuk menjalani proses hukum yang berlaku.
"Mereka sangat anti dengan kata menyerahkan diri karena doktrinnya seperti itu. Jadi saya minta kepada sisa pendukung Santoso untuk turun gunung, menjalani proses hukum dan saya pribadi akan bantu," kata Tito Karnavian usai melihat dari dekat jenazah Santoso di Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Rabu, 20 Juli 2016.
Imbauan agar segera turun gunung itu, kata Tito demi kemaslahatan masyarakat yang ada di Poso. Karena dengan adanya operasi-operasi seperti ini mungkin membuat masyarakat tidak nyaman.
Tito Karnavian juga mengapresiasi tim Satgas Tinombala yang terdiri dari anggota TNI dan Polri yang berhasil melumpuhkan gembong teroris yang selama ini dicari.
"Kami dari jajaran Polri mengucapkan terima kasih kepada Bapak Panglima, Bapak Kasat dan jajaran karena Operasi Tinombala yang berlangsung cukup lama ini berhasil melumpuhkan tersangka utama yang kita cari yaitu Santoso," kata Tito.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bersama Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantio , Rabu sore berada di Palu, untuk melihat dari dekat jenazah Santoso di ruang instalasi jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.
Laporan Abdullah Haman (Palu)
NASIONAL
Kapolri: Anggota Santoso Haram Menyerahkan Diri
Kelompok Santoso sangat meresahkan warga.
Jum'at, 22 Juli 2016 | 14:17 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Panglima TNI (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
VIVA.co.id – Setelah tewasnya gembong teroris , Santoso alias Abu Wardah, dalam kontak senjata dengan aparat Satgas Operasi Tinombala di Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, polisi merilis kini pengikut Santoso tinggal 19 orang.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian meminta. para pengikut Santoso yang kini masih bersembunyi di hutan-hutan Poso, untuk turun gunung dan menyerah kepada aparat. Kapolri berjanji akan memberi bantuan kepada para pengikut Santoso itu untuk menjalani proses hukum yang berlaku.
"Mereka sangat anti dengan kata menyerahkan diri karena doktrinnya seperti itu. Jadi saya minta kepada sisa pendukung Santoso untuk turun gunung, menjalani proses hukum dan saya pribadi akan bantu," kata Tito Karnavian usai melihat dari dekat jenazah Santoso di Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Rabu, 20 Juli 2016.
Imbauan agar segera turun gunung itu, kata Tito demi kemaslahatan masyarakat yang ada di Poso. Karena dengan adanya operasi-operasi seperti ini mungkin membuat masyarakat tidak nyaman.
Tito Karnavian juga mengapresiasi tim Satgas Tinombala yang terdiri dari anggota TNI dan Polri yang berhasil melumpuhkan gembong teroris yang selama ini dicari.
"Kami dari jajaran Polri mengucapkan terima kasih kepada Bapak Panglima, Bapak Kasat dan jajaran karena Operasi Tinombala yang berlangsung cukup lama ini berhasil melumpuhkan tersangka utama yang kita cari yaitu Santoso," kata Tito.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bersama Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantio , Rabu sore berada di Palu, untuk melihat dari dekat jenazah Santoso di ruang instalasi jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.
Laporan Abdullah Haman (Palu)
====================
NASIONAL
Kadiv Humas Polri: Operasi Tinombala Tetap Dilanjutkan
Operasi ini akan berakhir pada 10 Agustus mendatang.
Rabu, 20 Juli 2016 | 17:15 WIB
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar. (ANTARA/Reno Esnir)
VIVA.co.id –
Operasi Tinombala yang melakukan perburuan pada kelompok teroris
Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah akan
berakhir pada 10 Agustus 2016. Sebelum berakhir, Polri akan melakukan
evaluasi pada operasi ini.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, mengatakan bahwa perburuan kepada kelompok Santoso tetap dilanjutkan. Meskipun Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala berhasil menembak mati Santoso alias Abu Wardah dan satu rekannya bernama Muchtar alias Kahar di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
"Nanti sebelum habis jatuh tempo pada 6 Agustus, akan ada evaluasi dan diputuskan proses selanjutnya," kata Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Namun, Boy memastikan bahwa Pasukan Operasi Tinombala akan terus mengejar anggota kelompok Santoso yang jumlahnya diperkirakan tinggal 19 orang lagi dan masih bersembunyi di pegunungan Poso, Sulawesi Tengah. "Yang jelas tekad dari Polri bagaimana sebaiknya bisa tuntas," tuturnya.
"Tentunya yang jelas operasi yang dilaksanakan itu sudah dirasakan efektifitasnya. Yang terpenting bagaimana memikirkan langkah terbaik untuk menemukan jejak mereka sebagaimana penemuan jejak lima orang yang bertemu saat patroli kemarin," ujar Boy.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, mengatakan bahwa perburuan kepada kelompok Santoso tetap dilanjutkan. Meskipun Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala berhasil menembak mati Santoso alias Abu Wardah dan satu rekannya bernama Muchtar alias Kahar di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
"Nanti sebelum habis jatuh tempo pada 6 Agustus, akan ada evaluasi dan diputuskan proses selanjutnya," kata Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Namun, Boy memastikan bahwa Pasukan Operasi Tinombala akan terus mengejar anggota kelompok Santoso yang jumlahnya diperkirakan tinggal 19 orang lagi dan masih bersembunyi di pegunungan Poso, Sulawesi Tengah. "Yang jelas tekad dari Polri bagaimana sebaiknya bisa tuntas," tuturnya.
"Tentunya yang jelas operasi yang dilaksanakan itu sudah dirasakan efektifitasnya. Yang terpenting bagaimana memikirkan langkah terbaik untuk menemukan jejak mereka sebagaimana penemuan jejak lima orang yang bertemu saat patroli kemarin," ujar Boy.
===================
"Bapak Kapolri melihat satu per satu barang bukti termasuk senjata api M-16 dan peralatan milik Santoso selama pelarian. Itu sudah berhasil dikuasai penyidik dan menjadi bagian dari pemeriksaan," kata Juru Bicara Mabes Polri, Irjen (Pol) Boy Rafli Amar, di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Menurut Boy, kunjungan Tito Karnavian ke Palu juga dalam rangka memberikan apresiasi kepada Satuan Tugas (Satgas) Tinombala 2016 yang terdiri personel gabungan TNI-Polri. Dalam kunjungan ini, Kapolri akan pergi bersama Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Informasinya (Panglima) ya. Kepala staf angkatan darat juga. Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang baru juga, mengapresiasi petugas yang ada di sana. Mengecek langsung tentang hasil barang bukti yang diperoleh. Kemudian memberikan arahan kepada seluruh anggota," ujarnya.
Namun, Boy enggan merinci bonus atau bentuk apresiasi yang akan diberikan Kapolri kepada satgas Tinombala yang berhasil menembak mati Santoso dan terus memburu kelompok ini secara terus menerus. "Ada (bonusnya)," katanya.
NASIONAL
Kapolri dan Panglima TNI Cek Jasad Santoso dan Barang Bukti
Pimpinan Polri dan TNI akan memberi apresiasi ke personel di sana.
Rabu, 20 Juli 2016 | 14:59 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (REUTERS/Darren Whiteside )
VIVA.co.id –
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian,
akan menyambangi langsung wilayah Palu, Sulawesi Tengah, guna melihat
kondisi jenazah gembong teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah dan Muchtar alias Kahar.
"Bapak Kapolri melihat satu per satu barang bukti termasuk senjata api M-16 dan peralatan milik Santoso selama pelarian. Itu sudah berhasil dikuasai penyidik dan menjadi bagian dari pemeriksaan," kata Juru Bicara Mabes Polri, Irjen (Pol) Boy Rafli Amar, di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Menurut Boy, kunjungan Tito Karnavian ke Palu juga dalam rangka memberikan apresiasi kepada Satuan Tugas (Satgas) Tinombala 2016 yang terdiri personel gabungan TNI-Polri. Dalam kunjungan ini, Kapolri akan pergi bersama Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Informasinya (Panglima) ya. Kepala staf angkatan darat juga. Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang baru juga, mengapresiasi petugas yang ada di sana. Mengecek langsung tentang hasil barang bukti yang diperoleh. Kemudian memberikan arahan kepada seluruh anggota," ujarnya.
Namun, Boy enggan merinci bonus atau bentuk apresiasi yang akan diberikan Kapolri kepada satgas Tinombala yang berhasil menembak mati Santoso dan terus memburu kelompok ini secara terus menerus. "Ada (bonusnya)," katanya.
==================
NASIONAL
Hasil Tes DNA Santoso Selesai Tiga Hari
Dokter forensik telah menerima sampel DNA dari keluarga Santoso.
Rabu, 20 Juli 2016 | 12:55 WIB
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar (VIVA.co.id/M. Ali. Wafa)
VIVA.co.id –
Dokter forensik Kepolisian telah mengambil sampel DNA dari pihak
keluarga pimpinan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias
Abu Wardah. Sampel tersebut diambil dari istri pertama Santoso bernama
Suwarni alias Marni alias Umu Wardah (35), anak kedua Santoso beranam
Ainun (12), serta anak bungsu Santoso Maratusadiyah (7).
"Jadi sudah dipegang (sampel DNA), dan tim sedang melakukan identifikasi. Jadi proses yang DNA perlu sekitar minimal tiga hari. Jadi tiga hari ke depan memastikan hasil dari pada uji laboratorium DNA ini," kata Juru Bicara Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Meski demikian, mantan Kapolda Banten ini belum mengetahui apakah jenazah Santoso alias Abu Wardah akan dimakamkan di kampung halamannya atau tidak. "Nanti akan dibicarakan dengan keluarga apakah akan dimakamkan di kampung halaman atau tidak," ujarnya.
Kepastian salah satu jenazah yang tewas dalam baku tembak di Poso Senin lalu adalah Santoso diperoleh setelah polisi melakukan identifikasi luar terhadap dua jenazah. Identifikasi luar meliputi ciri-ciri DPO dan tanda-tanda yang dikenali dari luar oleh orang terdekat.
"Untuk sementara dari identifikasi luar dapat disimpulkan dua jenazah adalah Santoso dan DPO atas nama Muchtar," kata Kepala Satgas Tinombala, Kombes Leo Bona Lubis, Senin, 19 Juli 2016.
Sementara untuk lebih memastikan siapa dua jenazah, Polda Sulteng akan melakukan tes DNA yang akan dikuatkan dengan data pembanding dari keluarga yang bersangkutan. "Kita harus melakukan identifikasi lain, dengan tes DNA. Kita mencoba mendatangkan keluarga," kata dia.
Seperti diketahui, dua orang tewas dalam baku tembak dengan pasukan Operasi Tinombala 2016 di daerah Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Senin, 18 Juli 2016, sekitar pukul 18.30 WIB. Saat penyergapan, jumlah mereka lima orang dan mengakibatkan dua orang meninggal dunia.
Sementara itu, tiga orang lainnya melarikan diri yang terdiri dari dua orang wanita dan satu laki-laki dan membawa satu pucuk senjata.
Saat ini jasad yang diduga gembong teroris Mujahidin Indonesia (MIT) Santoso alias Abu Wardah bersama satu orang anggotanya, diduga bernama Basri, sudah berhasil dievakuasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah, untuk dilakukan identifikasi.
"Jadi sudah dipegang (sampel DNA), dan tim sedang melakukan identifikasi. Jadi proses yang DNA perlu sekitar minimal tiga hari. Jadi tiga hari ke depan memastikan hasil dari pada uji laboratorium DNA ini," kata Juru Bicara Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Juli 2016.
Meski demikian, mantan Kapolda Banten ini belum mengetahui apakah jenazah Santoso alias Abu Wardah akan dimakamkan di kampung halamannya atau tidak. "Nanti akan dibicarakan dengan keluarga apakah akan dimakamkan di kampung halaman atau tidak," ujarnya.
Kepastian salah satu jenazah yang tewas dalam baku tembak di Poso Senin lalu adalah Santoso diperoleh setelah polisi melakukan identifikasi luar terhadap dua jenazah. Identifikasi luar meliputi ciri-ciri DPO dan tanda-tanda yang dikenali dari luar oleh orang terdekat.
"Untuk sementara dari identifikasi luar dapat disimpulkan dua jenazah adalah Santoso dan DPO atas nama Muchtar," kata Kepala Satgas Tinombala, Kombes Leo Bona Lubis, Senin, 19 Juli 2016.
Sementara untuk lebih memastikan siapa dua jenazah, Polda Sulteng akan melakukan tes DNA yang akan dikuatkan dengan data pembanding dari keluarga yang bersangkutan. "Kita harus melakukan identifikasi lain, dengan tes DNA. Kita mencoba mendatangkan keluarga," kata dia.
Seperti diketahui, dua orang tewas dalam baku tembak dengan pasukan Operasi Tinombala 2016 di daerah Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Senin, 18 Juli 2016, sekitar pukul 18.30 WIB. Saat penyergapan, jumlah mereka lima orang dan mengakibatkan dua orang meninggal dunia.
Sementara itu, tiga orang lainnya melarikan diri yang terdiri dari dua orang wanita dan satu laki-laki dan membawa satu pucuk senjata.
Saat ini jasad yang diduga gembong teroris Mujahidin Indonesia (MIT) Santoso alias Abu Wardah bersama satu orang anggotanya, diduga bernama Basri, sudah berhasil dievakuasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah, untuk dilakukan identifikasi.
====================
Tim operasi Tinombala 2016 mengevakuasi jasad terduga teroris Santoso. (istimewa)
NASIONAL
Istri dan Anak Santoso Serahkan Sampel DNA
Istri pertama Santoso datang sendiri ke RS, lainnya harus didatangi.
Rabu, 20 Juli 2016 | 10:14 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar