Kisah Panglima Perang Islam Thariq bin Ziyad Menaklukkan Spanyol
THARIQ BIN ZIYAD merupakan bekas budak yang memiliki peran penting
dalam perang penaklukan yang dilakukan oleh pasukan Muslimin. Dia adalah
bekas budak Musa bin Nushair. Karena Musa bin Nushair sudah begitu
percaya kepada Thariq, maka dia mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin
pasukan.
Kedua orang ini berhasil memperluas
pengaruh Dinasti Umayyah dan menyebarkan Islam hingga ke Tanger (Maroko)
sehingga penduduknya banyak yang memeluk Islam. Mereka terus
menaklukkan negeri Maroko dan baru berhenti ketika mereka terbentur
benteng Sabtah (Ceuta).
Saat itu, Spanyol berada pada masa akhir
kerajaan Visigoth yang sedang mengalami kemerosotan. Hal ini disebabkan
kewajiban pajak yang sangat memberatkan rakyat dan hanya dikumpulkan
untuk memperkaya orang-orang kaya, juga karena para agamawan menjadi
semakin memiliki pengaruh dalam kekuasaan negara, serta wabah penyakit
yang menewaskan banyak orang.
Saat itu, Spanyol dipimpin oleh seorang
raja bernama Witiza (orang Arab menyebutnya Ghaithasyah). Setelah itu
dia digantikan oleh anaknya, Achila. Selanjutnya Achila dikudeta oleh
panglimanya sendiri, Roderick.
Akan tetapi Julian, gubernur Ceuta
memendam permusuhan terhadap Raja Roderick, karena Roderick telah
menodai putri Julian. Akhirnya Julian menemui Musa bin Nushair untuk
meminta bantuannya dalam menyerang Spanyol. Julian melukiskan lemahnya
kekuatan kerajaan Spanyol dan dia berjanji akan membantu pasukan
Muslimin saat menyerang Spanyol. Gubenur Musa bin Nushair menyampaikan
hal tersebut kepada Khalifah Al-Walid yang masih ragu dengan rencana
tersebut. Akhirnya, Khalifah Al Walid memerintahkan Musa agar terlebih
dahulu mempelajari kekuatan Spanyol.
Tak lama kemudian, Musa bin Nushair
mengirimkan Tharif bin Malik dengan kekuatan 500 pasukan, mereka
menyerang perbatasan Spanyol dengan bantuan Julian. Mereka kembali
dengan membawa harta rampasan yang banyak setelah mereka yakin dengan
hilangnya sarana pertahanan di Spanyol.
Pada bulan Sya’ban tahun 92 H, Thariq
bin Ziyad bersama 7.000 pasukan Muslimin menyeberang laut menuju ke
Spanyol dengan empat armada kapal yang disiapkan oleh Julian. Thariq dan
pasukannya sampai di Jazirah Al-Khadhra’ (Algeciras), kemudian mereka
singgah di daerah yang disebut Buhairah, Spanyol bagian selatan. Thariq
dan pasukannya mulai menaklukkan benteng dan beberapa kota. Hal ini
segera direspons oleh Raja Roderick dengan menyiapkan pasukan sejumlah
70.000 orang.
Thariq bin Ziyad kemudian mengutus
seorang utusan untuk meminta bantuan pasukan kepada Musa bin Nushair.
Musa bin Nushair segera mengirimkan tambahan 5.000 pasukan sehingga
jumlah pasukan Thariq menjadi 12.000 orang. Akan tetapi, ketakutan mulai
tampak di wajah pasukan Muslimin ketika mengetahui bahwa pasukan Raja
Roderick kian mendekat. Melihat kondisi itu, justru semangat Thariq
semakin kuat dan bertambah, lalu dia menyampaikan sebuah pidato yang
terus dikenang oleh sejarah. Pidato tersebut begitu mengobarkan semangat
jihad, juga perintah agar pasukannya menekuni kesabaran. Dia berkata:
“Wahai sekalian manusia, ke mana
jalan pulang? Laut berada di belakang kalian, musuh di hadapan kalian.
Sungguh keberadaan kalian di semenanjung ini lebih sempit daripada
keberadaan anak yatim di tengah-tengah perjamuan orang-orang jahat.
Sungguh kalian tidak memiliki apa-apa kecuali keikhlasan dan kesabaran.
Musuh-musuh kalian sudah siaga, di depan dengan persenjataan mereka.
Kekuatan mereka, besar sekali, sementara, kalian tidak memiliki bekal
lain kecuali pedang-pedang kalian, dan tidak ada makanan bagi kalian
kecuali yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian.
Sekiranya perang ini berkepanjangan, dan kalian tidak segera dapat
mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Ketakutan mereka terhadap
kalian akan berubah menjadi keberadaan terhadap kalian.“
Pidato tersebut memberi pengaruh besar
terhadap moral pasukan. Semangat pasukan Muslimin berkobar sehingga
mereka yakin apabila mereka mematuhi nasihat Thariq ini mereka akan
mengalahkan musuh-musuh yang ada di hadapan mereka.
Roderick menghadapi pasukan Muslimin
dengan mengerahkan jumlah pasukan yang sangat banyak. Thariq dan
pasukannya bertemu dengan pasukan Roderick di lembah Lakkah. Thariq dan
pasukannya menghadapi musuh dengan gigih dan berhasil membunuh Roderick.
Salah satu faktor yang membantu
kemenangan pasukan Thariq adalah bergabungnya anak-anak Witiza (mantan
raja Spanyol) bersama Thariq. Sebelumnya, mereka menemui Thariq untuk
meminta perlindungan. Di samping itu, Raja Julian juga berhasil
mengambil hati sebagian pasukan Roderick sehingga memecah persatuan
tentara Roderick.
Daratan Spanyol, baru bisa dikuasai oleh
Thariq bin Ziyad, karena penaklukannya bukanlah perkara yang mudah,
juga karena Thariq sebagai panglima perang yang dimiliki oleh Musa bin
Nushair —gubernur Tanger— memiliki tekad yang kuat dan mampu
membangkitkan moral para prajurit dan keikhlasan dalam berjuang.
Selanjutnya, Thariq bin Ziyad menulis
surat kepada Musa bin Nushair mengabarkan kemenangan yang berhasil
diraih oleh pasukan Muslimin dan banyaknya harta rampasan yang mereka
peroleh. Maka Musa membalas surat Thariq yang berisi perintah agar
Thariq tidak bergerak dulu dari posisinya sampai dia bertemu dengan
dirinya. Akan tetapi menurut Thariq—setelah mendapat saran dari para
pemimpin pasukannya—penghentian peperangan justru membahayakan kaum
Muslimin, karena akan memberi kesempatan kepada pasukan Visigoth untuk
menyusun kekuatannya kembali.
Tak lama kemudian Musa bin Nushair tiba
di Andalus dan pasukan Muslimin akhirnya berhasil menaklukkan Barcelona,
Arbunah (Narbonne), dan Cadiz. Akan tetapi Musa bin Nushair
menghentikan langkah Thariq dan memecatnya.
Namun Thariq mampu memberitahukan
masalah yang menimpanya kepada Khalifah Al-Walid yang dikenal sebagai
seorang khalifah yang adil. Kemudian Khalifah Al Walid mengirim Surat
kepada Musa dan memerintahkannya untuk mengembalikan Thariq kepada
posisinya semula.
Namun, akhir kehidupan Thariq juga
diliputi ketidakjelasan sebagaimana awal kemunculannya. Akhir hidup
Thariq bin Ziyad, sebagaimana yang diungkapkan para penulis sejarah,
bahwa setelah menaklukkan Andalus, dia melakukan perjalanan ke Syam
bersama dengan Musa bin Nushair, dan setelah itu kabarnya tidak
diketahui lagi.
Dikutip dari: 13 Jenderal Islam Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, Nabawiyah Mahmud, Penerbit Arafah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar