METRO
Minta Sumbangan Dana Kampanye ke Warga, Ahok Blunder
Ahok berencana minta sumbangan dana kampanye kepada para pendukungnya.
Minggu, 24 Juli 2016 | 10:41 WIB
Ahok Siap Pimpin Jakarta (VIVAnews/Muhamad Solihin)
VIVA.co.id –
Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro
mengingatkan, komunikasi politik yang buruk kandidat Gubernur DKI
menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017, bisa menimbulkan
sikap publik yang tidak simpatik.
Siti menyampaikan hal itu, terkait rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengirimi para pendukungnya pesan singkat untuk meminta dukungan donasi.
"Sikap tidak simpatik itu akan muncul, jika strategi komunikasi yang diambil kandidat calon tidak tepat," ujar Siti saat dihubungi melalui sambungan telepon oleh VIVA.co.id, Minggu 24 Juli 2016.
Siti membandingkan cara pengumpulan dana yang rencananya akan dilakukan Ahok dengan hal mirip yang dialami pasangan calon perseorangan Faisal Basri dan Biem Benyamin (Faisal - Biem) pada Pilkada DKI 2012.
Pada Pilkada lima tahun yang lalu, Faisal - Biem juga memperoleh dana hasil urunan pendukungnya. Dana itu diberi istilah 'dana saweran'. Bedanya, dana saweran Faisal-Biem terkumpul atas inisiatif pendukungnya, bukan permintaan pasangan calon sendiri.
Meski bertujuan sama, Siti menilai hal tersebut sangat berbeda dengan cara pengumpulan dana yang rencananya akan ditempuh Ahok.
Menurutnya, munculnya rasa tidak simpatik publik tentu harus diwaspadai jika bentuk dukungan yang awalnya sukarela, belakangan malah diarahkan ke bentuk permintaan uang. "Ceritanya akan berbeda antara minta-minta, dan sukarela memberi karena simpati," ujar Siti.
Seperti diketahui, Ahok berencana meminta pendukungnya memberi donasi sejumlah uang kepadanya untuk mendukung rencana pencalonannya. Ahok mengatakan, ia akan berkonsultasi dengan Teman Ahok, karena permintaan dukungan dana, akan disampaikan melalui pesan singkat ke nomor telepon seluler seluruh pendukung yang telah mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) melalui Teman Ahok.
"Aku mau kirim semua, mau SMS blast kepada semua Teman Ahok. Kira-kira, satu orang mau enggak nyumbang Rp10 ribu? Kalau Rp10 ribu dikali satu juta (pendukung) kan Rp10 miliar. Kalau dia mau nyumbang Rp50 ribu, ya jadi Rp50 miliar," ujar Ahok, Kamis 21 Juli 2016. (asp)
Siti menyampaikan hal itu, terkait rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengirimi para pendukungnya pesan singkat untuk meminta dukungan donasi.
"Sikap tidak simpatik itu akan muncul, jika strategi komunikasi yang diambil kandidat calon tidak tepat," ujar Siti saat dihubungi melalui sambungan telepon oleh VIVA.co.id, Minggu 24 Juli 2016.
Siti membandingkan cara pengumpulan dana yang rencananya akan dilakukan Ahok dengan hal mirip yang dialami pasangan calon perseorangan Faisal Basri dan Biem Benyamin (Faisal - Biem) pada Pilkada DKI 2012.
Pada Pilkada lima tahun yang lalu, Faisal - Biem juga memperoleh dana hasil urunan pendukungnya. Dana itu diberi istilah 'dana saweran'. Bedanya, dana saweran Faisal-Biem terkumpul atas inisiatif pendukungnya, bukan permintaan pasangan calon sendiri.
Meski bertujuan sama, Siti menilai hal tersebut sangat berbeda dengan cara pengumpulan dana yang rencananya akan ditempuh Ahok.
Menurutnya, munculnya rasa tidak simpatik publik tentu harus diwaspadai jika bentuk dukungan yang awalnya sukarela, belakangan malah diarahkan ke bentuk permintaan uang. "Ceritanya akan berbeda antara minta-minta, dan sukarela memberi karena simpati," ujar Siti.
Seperti diketahui, Ahok berencana meminta pendukungnya memberi donasi sejumlah uang kepadanya untuk mendukung rencana pencalonannya. Ahok mengatakan, ia akan berkonsultasi dengan Teman Ahok, karena permintaan dukungan dana, akan disampaikan melalui pesan singkat ke nomor telepon seluler seluruh pendukung yang telah mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) melalui Teman Ahok.
"Aku mau kirim semua, mau SMS blast kepada semua Teman Ahok. Kira-kira, satu orang mau enggak nyumbang Rp10 ribu? Kalau Rp10 ribu dikali satu juta (pendukung) kan Rp10 miliar. Kalau dia mau nyumbang Rp50 ribu, ya jadi Rp50 miliar," ujar Ahok, Kamis 21 Juli 2016. (asp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar