12-8-16' Mr.Thinker Hasibuan: "BEGINILAH KICAUAN ORANG BERPOLITIK"
Ini Ucapan Ahok yang Membuat Risma Marah
Jum'at, 12 Agustus 2016 |
VIVA.co.id – Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) mengakui trotoar di Surabaya lebih baik ketimbang di
Jakarta. Karena menurut Ahok, Surabaya itu tidak sebesar Jakarta. Hal
ini disampaikan Ahok saat ditanya tanggapan soal wacana majunya Walikota
Subaraya Tri Rismaharini jadi calon Gubernur DKI. Ahok pun siap
berdebat program kerja dengan Risma.
Ahok Sewot Jakarta Disebut Berantakan Dibanding Surabaya
"Surabaya itu (besarnya) cuma seperti Jakarta Selatan."
Kamis, 11 Agustus 2016 | 10:19 WIB
Oleh :
Siti Ruqoyah, Fajar Ginanjar Mukti
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (VIVAnews/Ahmad Rizaluddin)
VIVA.co.id -
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, wilayah Kota
Surabaya, Jawa Timur, bila dibandingkan secara luas geografis, memiliki
luas wilayah yang tak jauh berbeda dengan Kotamadya Jakarta Selatan.
Ahok,
sapaan akrab Basuki mengatakan, tidak tepat jika masyarakat
membandingkan keberhasilan Pemerintah Kota Surabaya yang dipimpin Wali
Kota Tri Rismaharini dalam menata wilayahnya, dengan Pemerintah Provinsi
DKI yang ia pimpin yang oleh sebagian kalangan masih dianggap
berantakan atau belum berhasil menata Jakarta sepenuhnya.
Luas
geografis kedua wilayah, sangat berbeda. "Surabaya itu (besarnya) cuma
seperti Jakarta Selatan," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Kamis, 11 Agustus
2016.
Ahok mengatakan, jika hendak dibandingkan, wilayah yang
lebih tepat dijadikan perbandingan adalah Kotamadya Jakarta Pusat.
Menurutnya, kotamadya di mana Istana Negara berada itu adalah wilayah
yang tak kalah tertata dengan Kota Surabaya. Pemerintah Provinsi DKI
menjadikan wilayah yang menjadi representasi Ibu Kota negara itu indah.
"Kalau kamu lihat Jakarta Pusat, menurut kamu kalau di tengah kota ini bagus enggak? Ya bagus. Cuma di sini doang (wilayah yang harus ditata tidak terlalu luas)," ujarnya menambahkan.
Sebagai
informasi, menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017,
sejumlah kalangan membandingkan kinerja Ahok memimpin Jakarta, dengan
Risma, yang digadang-gadang akan maju di Pilkada, dalam melakukan
penataan kota.
Pemkot Surabaya dinilai lebih berhasil karena
trotoar di ibu kota Jawa Timur itu rapi dan tertata. Sementara, DKI,
dinilai gagal. Trotoar di Jakarta, selain tak layak, kerap didiami
Pedagang Kaki Lima (PKL).
(mus)
NASIONAL
Risma: Omongan Ahok Bisa Bikin Warga Surabaya Marah
Ahok sebut luas Surabaya tak jauh berbeda dengan Jakarta Selatan
Kamis, 11 Agustus 2016 | 22:17 WIB
Oleh :
Dedy Priatmojo, Januar Adi Sagita (Surabaya)
VIVA.co.id –
Basuki Tjahaja Purnama kembali melontarkan pernyataan kontroversial
jelang Pilkada DKI. Kali ini, Ahok sapaan Basuki menyebut luas geografis
Kota Surabaya tak jauh berbeda dengan Kotamadya Jakarta Selatan.
Pernyataan pedas Ahok itu lantaran ada sebagian warga yang
membandingkan keberhasilan Tri Rismaharini dalam membangun Kota
Surabaya, dengan Pemda DKI yang Ahok pimpin. Sebagian kalangan menilai
Ahok masih dianggap berantakan atau belum berhasil menata Jakarta
sepenuhnya.
Mendengar pernyataan Ahok, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini pun
meradang. Menurut Risma, pernyataan Ahok itu sama sekali tidak
berdasarkan data.
"Sebetulnya kalau Jakarta dibagi 6, luas Jakarta Selatan itu hanya
120 kilometer persegi, sedangkan Surabaya mencapai 376 kilometer
persegi," kata Risma di Balai Kota Surabaya, Kamis malam 11 Agustus
2016.
Tidak hanya itu, Risma menganggap tugas Ahok lebih ringan karena
dibantu dengan 5 orang wali kota, dan 1 orang bupati. "Lah aku hanya
wali kota sendiri, anggarannya juga kecil yaitu Rp7,9 triliun, sedangkan
Jakarta sampai Rp64 triliun," ujar Risma.
“Fakta ini harus kusampaikan. Itu orang sombong. Warga Surabaya bisa marah dihina begitu. Aku kalau ngomong ya berbasis data," imbuhnya.
Risma menyarankan Ahok agar tak terus menerus menyerang Surabaya.
Sebab, hal itu justru akan menimbulkan perpecahan di antara anak bangsa.
"Kita ini Indonesia, sudah merdeka kok masih saja ada perpecahan.
Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, dan semuanya itu satu, dan
bersaudara," kata Risma.
Wali Kota Surabaya dua periode itu khawatir jika Ahok terus melakukan
serangan semacam itu, justru membuat warga Surabaya marah kepada Ahok.
Padahal, Risma tidak ingin hal itu terjadi.
"Walaupun jangan dikira kami takut, di Jakarta juga ada warga
Surabaya. 10 November tanpa warga Surabaya juga tidak akan ada," terang
Risma.
Andaikan, pernyataan itu muncul sebagai psywar jelang
Pilkada DKI Jakarta, maka Risma meminta Ahok tidak perlu takut. Sebab,
kader PDIP itu menyatakan masih tetap ingin di Surabaya.
Tak hanya itu, Risma menganggap posisi Ahok sebagai seorang calon incumbent sangat diuntungkan. Sehingga, untuk menghadapi Pilkada DKI Jakarta, Ahok tak perlu khawatir.
"Sudahlah, kalau memang incumbent itu kerjanya bener, tidak perlu takut, biarkan rakyat saja yang menilainya," katanya.
Risma mengakui tak pernah bermusuhan dengan Ahok. Tapi, Ahok terus
melakukan serangan terhadap Surabaya, maka Risma siap melawan. "Dia
sendiri yang memulai. Ini bukan soal kekuasaan, ini soal harga diri
masyarakat Surabaya," tegas dia.
"Kalau mau maju Pilkada DKI Jakarta, tidak perlu menyerang Surabaya."
Jum'at, 12 Agustus 2016 | 14:23 WIB
Oleh :
Mohammad Arief Hidayat, Januar Adi Sagita (Surabaya)
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma. (VIVA.co.id/Muhamad Solihin)
VIVA.co.id - Wali
Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma, masih kesal dengan Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok, Gubernur DKI Jakarta, yang dianggapnya
meremehkan karena menyebut Surabaya hanya setara Jakarta Selatan.
Risma mengaku tak sudi berkomunikasi langsung meminta klarifikasi
Ahok tentang pernyataan itu. Dia sudah dapat menyimpulkan bahwa Ahok
memang sengaja menyerangnya demi kepentingan Pilkada DKI Jakarta tahun
2017.
"Buat apa saya berkomunikasi (dengan Ahok). Itu kerjaan saya saja numpuk, segepok," kata Risma kepada wartawan di Surabaya pada Jumat, 12 Agustus 2016.
Risma berterus terang, selama ini dia memang tidak pernah
berkomunikasi dengan Ahok. “Saya ketemu Pak Ahok itu, ya, sekali, pas
sama Presiden.” Begitu pula setelah Ahok berulang kali mengeluarkan
pernyataan yang menyerangnya.
Dia berharap masalah semacam itu tidak muncul lagi karena
masing-masing kepala daerah memiliki permasalahan yang berbeda-beda.
Lagi pula, tak pantas menyudutkan kepala daerah lain demi menaikkan
citra baik di masyarakat.
"Kalau memang mau maju Pilkada DKI Jakarta, ya, tidak perlu menyerang
Surabaya terus. Sebenarnya Surabaya itu salah apa,” Risma menggugat.
Pernyataan Ahok yang menyulut emosi Risma karena sang Gubernur
membanding-bandingkan Surabaya dengan Kota Jakarta Selatan. Satu hal
yang disorot Ahok ialah keberhasilan Risma membangun trotoar yang ramah
dan nyaman bagi warga di Surabaya.
Tetapi, menurut Ahok, Surabaya tak dapat disetarakan DKI Jakarta
dengan segala macam masalahnya. Dia bahkan menyebut Surabaya
sesungguhnya hanya setara Kota Jakarta Selatan, sehingga masalahnya tak
sekompleks DKI Jakarta.
"Jakarta beda banget sama Surabaya. Surabaya trotoarnya sudah rapi.
Jakarta, kok, belum? Kita akan jelaskan kepada masyarakat: Surabaya itu
cuma (setara) Jakarta Selatan. Gitu, lho,” ujar Ahok kepada wartawan di
Balai Kota Jakarta pada Kamis, 11 Agustus 2016.
POLITIK
Ahok Bikin Rencana Awal PDIP Jadi Buyar
Padahal duet Ahok-Djarot ingin dijadikan PDIP 'proyek percontohan.'
Jum'at, 12 Agustus 2016 | 16:01 WIB
Oleh :
Syahrul Ansyari, Lilis Khalisotussurur
Megawati Soekarnoputri dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. (VIVA.co.id/Fajar Ginanjar Mukti)
VIVA.co.id - Wakil
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ahmad
Basarah, menyebut petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot
Saiful Hidayat sebenarnya akan dipasangkan untuk menjadi pilot project atau proyek percontohan kebangsaan PDIP. Namun, rencana itu berantakan akibat ulah Ahok.
"Momentum pertama, dia ultimatum Ibu Mega untuk berikan rekomendasi
satu minggu untuk pasangan Djarot Ahok. Kalau tidak, dia (Ahok) ikut
jalur independen," kata Basarah di Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 12
Agustus 2016.
Menurutnya, tak mungkin seorang Ahok bisa mengintimidasi Mega.
Apalagi PDIP tentu harus menjaga marwah partai. Karena itu, PDIP
mengabaikan permintaan rekomendasi Ahok. Akhirnya Ahok pun menyatakan
masuk jalur perseorangan.
"Sampai jalur perseorangan, dia minta PDIP dukung calon perseorangan.
Ini juga satu hal yang tak mungkin. Konsep gotong royong dengan jalan
kepartaian, dia suruh disubordinasikan dukung calon perseorangan. Ini
menurunkan marwah dan derajat ideologi PDIP. Tak mungkin kita lakukan,"
kata Basarah.
Ia melanjutkan di tengah jalan ternyata Ahok meninggalkan Teman Ahok
dengan keluar dari jalur independen lalu masuk ke partai politik. Ahok
pun menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Bertemulah Bu Mega yang satu mobil dengan Jokowi, Puan, dan Hasto.
Di situ dia (Ahok) laporkan dia sudah pilih jalur parpol. Bu Mega karena
dia ketua umum yang bangun sistem pelembagaan demokrasi di PDIP ini,
responsnya normatif. PDIP punya mekanisme, Pak Ahok," kata Basarah.
Menurutnya, seharusnya ketika Mega katakan soal mekanisme di internal
PDIP, Ahok menangkap maksud pernyataan Mega. Ia menilai Mega memberikan
sinyal untuk mendaftar kalau memang mau diusung PDIP.
"Tapi besoknya tiba-tiba dia (Ahok) membuat pernyataan partai politik
jangan sombong. Dilanjutkan lagi dengan pernyataan dia akan daftar
dengan 3 partai politik dan tidak menunggu dukungan PDIP.
Ia menegaskan melalui sikap Ahok tersebut, sebenarnya skenario
Ahok-Djarot telah digugurkan oleh Ahok. Sebab, Ahok yang membuat
keputusan untuk tidak bersama PDIP dalam Pilkada 2017.
(ren)
METRO
Pilkada Jakarta 2017
Ahok-Djarot Disebut Jadi Pilihan Pertama PDIP di Pilkada DKI
Ada tiga skenario yang jadi alasan PDIP pilih pasangan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar