POLITIK
Proyek 35 Ribu MW Listrik Masih Sulit Terwujud
Karena alasan politis dan perencanaan yang belum matang.
Rabu, 17 Agustus 2016 | 23:35 WIB
Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtar Tompo
VIVA.co.id – Mega
proyek 35 ribu megawatt untuk atasi defisit listrik masih sulit terwujud
karena alasan politis dan perencanaan yang belum matang. Program
Indonesia Terang yang ingin mencapai target elektrifikasi 97 persen juga
belum merata dilakukan di semua daerah.
Demikian ditegaskan Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtar Tompo saat ditemui, Rabu 17 Agusutus 2016, di ruang kerjanya. Pernyataan Mukhtak ini sebagai refleksi atas Pidato Presiden Joko Widodo di sektor energi, terutama menyangkut pengadaan listrik. “Belum ada pernyataan spirit dari pemerintah bahwa proyek ini bisa terwujud. Saya berharap Presiden urun rembuk dulu dengan kementerian teknis, yaitu ESDM dan PLN. Matangkan dulu. Jangan gegabah membuat planing,” ujar politisi Partai Hanura ini.
Menurut Mukhtar, mungkin saja pertimbangan pemerintah benar, ingin membangun proyek 35 ribu Mw, karena melihat kebutuhan energi listrik di daerah. Tapi, kalau kementerian ESDM dan PLN menyatakan sulit terwujud, tentu sulit juga bagi pemerintah untuk merealisasikannya. Apalagi, masih ada persoalan politis di internal kabinet soal ini. Antar-menteri masih silang pendapat.
“Kalau tidak terwujud, kan, malu. Bagi saya mimpi, kalau kabinetnya tidak kompak soal proyek ini. Kalau kementeria teknis dan PLN mengatakan tidak bisa, mau bagaimana lagi. Komisi VII sendiri sudah sering mengkritisi proyek tersebut. Saya sempat berharap Menteri ESDM yang baru bisa bahas ini. Ternyata, baru 20 hari menjabat sudah dicopot,” kata mantan Anggota DPRD Provinsi Sulsel itu.
Sementara mengomentari program Indonesia Terang yang ingin menyasar 12.659 desa atau setara 300-500 Mw, politisi dari dapil Sulsel I ini mengatakan, pengadaan listrik di daerah terpencil masih jauh dari harapan. Di dapilnya sendiri, banyak desa belum terakses listrik. Bahkan, di NTT banyak desa yang sangat tertinggal dan sampai kini belum mendapat penerangan listrik. (www.dpr.go.id)
Demikian ditegaskan Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtar Tompo saat ditemui, Rabu 17 Agusutus 2016, di ruang kerjanya. Pernyataan Mukhtak ini sebagai refleksi atas Pidato Presiden Joko Widodo di sektor energi, terutama menyangkut pengadaan listrik. “Belum ada pernyataan spirit dari pemerintah bahwa proyek ini bisa terwujud. Saya berharap Presiden urun rembuk dulu dengan kementerian teknis, yaitu ESDM dan PLN. Matangkan dulu. Jangan gegabah membuat planing,” ujar politisi Partai Hanura ini.
Menurut Mukhtar, mungkin saja pertimbangan pemerintah benar, ingin membangun proyek 35 ribu Mw, karena melihat kebutuhan energi listrik di daerah. Tapi, kalau kementerian ESDM dan PLN menyatakan sulit terwujud, tentu sulit juga bagi pemerintah untuk merealisasikannya. Apalagi, masih ada persoalan politis di internal kabinet soal ini. Antar-menteri masih silang pendapat.
“Kalau tidak terwujud, kan, malu. Bagi saya mimpi, kalau kabinetnya tidak kompak soal proyek ini. Kalau kementeria teknis dan PLN mengatakan tidak bisa, mau bagaimana lagi. Komisi VII sendiri sudah sering mengkritisi proyek tersebut. Saya sempat berharap Menteri ESDM yang baru bisa bahas ini. Ternyata, baru 20 hari menjabat sudah dicopot,” kata mantan Anggota DPRD Provinsi Sulsel itu.
Sementara mengomentari program Indonesia Terang yang ingin menyasar 12.659 desa atau setara 300-500 Mw, politisi dari dapil Sulsel I ini mengatakan, pengadaan listrik di daerah terpencil masih jauh dari harapan. Di dapilnya sendiri, banyak desa belum terakses listrik. Bahkan, di NTT banyak desa yang sangat tertinggal dan sampai kini belum mendapat penerangan listrik. (www.dpr.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar