POLITIK
Fadli Zon: Saya Acungi Jempol untuk Doa Syafi'i
"Dari meja pimpinan acungi jempol," tegas Fadli.
Kamis, 18 Agustus 2016 | 17:31 WIB
Wakil Ketua DPR Fadli Zon.
VIVA.co.id - Doa
penutup Sidang Tahunan yang dibacakan oleh anggota DPR dari Fraksi
Partai Gerindra Muhammad Syafi'i menjadi buah bibir di masyarakat. Doa
tersebut bahkan dinilai mengandung muatan politik.
Namun, Wakil Ketua DPR Fadli Zon menanggapi doa itu dengan positif. Politikus yang berasal dari partai yang sama dengan Syafi'i ini bahkan memberikan pujian.
"Saya kira itu doanya bagus sekali. Saya acungi jempol, dari meja pimpinan acungi jempol," kata Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2016.
Fadli mengakui doa itu memang hasil kreatifitas dan memang tidak menggunakan teks. Meski demikian, dia berpendapat tidak ada yang salah dari situ.
"Itu doa improvisasi, betul-betul datang dari hati. Tidak ada data yang salah dari doa itu. Saya kira itu doa yang berdasarkan realitas," kata Fadli.
Sementara itu, anggota Fraksi Partai Demokrat Ruhut Sitompul menilai doa itu menjadi tidak baik. Bahkan, Ruhut meminta pihak yang memberi izin Syafi'i membaca doa itu agar diusut.
"Saya nggak tahu siapa yang mensortir doa, siapa yang mengizinkan. Itu mesti diusut. Itu kebangetan," kata Ruhut.
(mus)
Namun, Wakil Ketua DPR Fadli Zon menanggapi doa itu dengan positif. Politikus yang berasal dari partai yang sama dengan Syafi'i ini bahkan memberikan pujian.
"Saya kira itu doanya bagus sekali. Saya acungi jempol, dari meja pimpinan acungi jempol," kata Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2016.
Fadli mengakui doa itu memang hasil kreatifitas dan memang tidak menggunakan teks. Meski demikian, dia berpendapat tidak ada yang salah dari situ.
"Itu doa improvisasi, betul-betul datang dari hati. Tidak ada data yang salah dari doa itu. Saya kira itu doa yang berdasarkan realitas," kata Fadli.
Sementara itu, anggota Fraksi Partai Demokrat Ruhut Sitompul menilai doa itu menjadi tidak baik. Bahkan, Ruhut meminta pihak yang memberi izin Syafi'i membaca doa itu agar diusut.
"Saya nggak tahu siapa yang mensortir doa, siapa yang mengizinkan. Itu mesti diusut. Itu kebangetan," kata Ruhut.
(mus)
POLITIK
Ruhut: Usut Pihak yang Izinkan Syafi'i Baca Doa Usai Sidang
Doa Syafi'i di Sidang Tahunan lalu dinilai memiliki muatan politik.
Kamis, 18 Agustus 2016 | 15:26 WIB
Ruhut Sitompul (ANTARAFOTO/Rosa Panggabean)
VIVA.co.id - Doa
penutup Sidang Tahunan yang dibacakan oleh anggota DPR dari Fraksi
Partai Gerindra Muhammad Syafi'i pada Selasa, 16 Agustus 2016, lalu
menjadi kontroversi. Alasannya, doa itu dinilai mengandung pesan-pesan
politik.
Politikus Fraksi Partai Demokrat Ruhut Sitompul tak menampiknya. Bahkan, ia mengaku kecolongan.
"Itu doa kecolongan. Yang namanya doa supaya nggak berpolitik itu pakai teks. Doa kan tidak bebas, doa bukan improve itu," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2016.
Namun, Ruhut tidak heran dengan munculnya doa itu. Dia menghubungkannya dengan Fraksi asal Syafi'i, sebuah partai yang selama ini menjadi oposisi pemerintah.
"Tapi kan kalian tahu partainya apa. Udah tahu partainya apa, dikasih doa itu," ujar Ruhut.
Ruhut menilai doa itu menjadi tidak baik. Ia bahkan menilai harus ada pengusutan siapa yang membuat Syafi'i berdoa tanpa menggunakan teks.
"Saya nggak tahu siapa yang mensortir doa, siapa yang mengizinkan. Itu mesti diusut. Itu kebangetan," kata Ruhut.
Politikus Fraksi Partai Demokrat Ruhut Sitompul tak menampiknya. Bahkan, ia mengaku kecolongan.
"Itu doa kecolongan. Yang namanya doa supaya nggak berpolitik itu pakai teks. Doa kan tidak bebas, doa bukan improve itu," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2016.
Namun, Ruhut tidak heran dengan munculnya doa itu. Dia menghubungkannya dengan Fraksi asal Syafi'i, sebuah partai yang selama ini menjadi oposisi pemerintah.
"Tapi kan kalian tahu partainya apa. Udah tahu partainya apa, dikasih doa itu," ujar Ruhut.
Ruhut menilai doa itu menjadi tidak baik. Ia bahkan menilai harus ada pengusutan siapa yang membuat Syafi'i berdoa tanpa menggunakan teks.
"Saya nggak tahu siapa yang mensortir doa, siapa yang mengizinkan. Itu mesti diusut. Itu kebangetan," kata Ruhut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar