NASIONAL
Mendikbud: Jadikan Sekolah Rumah Kedua Siswa, Bukan Mal
Terapkan full day school, suasana sekolah harus menyenangkan.
Mr.Thinker Hasibuan Yang Lama Di Timur-Tengah (Sekitar 23 Tahun) Sangat-sangat Menolak Program Full Day School,
Karena Program Jadwal School / Sekolah Yang Sudah Lama Berjalan Ini Adalah:
Program Jadwal School / Sekolah Internasional Termasuk Di Timur-Tengah,
Dan Tidak Ada Satu Ulamapun
Di Timur-Tengah Yang Komplen Dengan
Program Jadwal School / Sekolah Internasional Termasuk Di Timur-Tengah,
Dan Tidak Ada Satu Ulamapun
Di Timur-Tengah Yang Komplen Dengan
Program Jadwal School / Sekolah Yang Ada
Di Timur-Tengah Sama Dengan
Program Jadwal School / Sekolah Yang Ada
Program Jadwal School / Sekolah Yang Ada
Di Indonesia,
Apakah MenDikBut Muhadjir Effendy
Lebih Hebat Dari
Kibari Ulama / Ulama-Ulama Besar
Lebih Hebat Dari
Kibari Ulama / Ulama-Ulama Besar
Syark Aushoot / Timur-Tengah ??!
Kalau Merasa Lebih Hebat ..., Maka Temui Dahulu Muridnya Para Ulama Timur-Tengah
Si Mr.Thinker Hasibuan
Yang Thinker / Pemikirannya Diakui Oleh Sebagian Kibari Ulama Timur-Tengah
Dan Diakui Juga Oleh Salah Satu
Guru Dalam Ber-Politik (Teacher In Political) Mr.Thinker Hasibuan,
Yaitu: Doctorate (DR.) Thinker And Politic, Also President Of USA. Mr.Barack Obama.
Si Mr.Thinker Hasibuan
Yang Thinker / Pemikirannya Diakui Oleh Sebagian Kibari Ulama Timur-Tengah
Dan Diakui Juga Oleh Salah Satu
Guru Dalam Ber-Politik (Teacher In Political) Mr.Thinker Hasibuan,
Yaitu: Doctorate (DR.) Thinker And Politic, Also President Of USA. Mr.Barack Obama.
NB:
-Anak Butuh Perhatian Dan Kasih Sayang Orang Tua Sehari-harinya Dan Waktu Keluarga Bukan Hanya Hari Sabtu Dan Ahad Saja,
-Full Day School Hanya Cocok Dengan Program Pondok
Pesantren,
-Jadi Untuk Orangtua Yang Sibuk Sehingga Tidak Punya Banyak Waktu di Rumah, Sekolahkan Saja Anaknya di PonPes Terdekat, Kan Sudah Ada PonPesTerpadu / Modern / Ijazah Negeri.NB The Best:
-Entri ini telah terkirim lewat e-mail ke Mendikbud Muhadjir Effendy.
(Written By: Ust.H.Rayyan Syahrial Hasibuan Si Mr.Thinker Hsb.)
MISI: "THINKER FOR SOLUTION","SOLUTION FOR THE NATION AND STATE" / "PEMIKIR UNTUK SOLUSI", "SOLUSI UNTUK BANGSA DAN NEGARA".
VISI: "RELIGIOUS THINKER, THE NATION AND STATE" / "PEMIKIR AGAMA, BANGSA DAN NEGARA".
0812 1545 2500
(http://ust-rayyan.blogspot.com)
(www.ust-rayyan.blogspot.com)
(http://ust-rayyan.blogspot.com)
(www.ust-rayyan.blogspot.com)
(ust-rayyan.blogspot.co.id)
(e-mail: rayyan.syahrial@gmail.com)
(e-mail: rayyan.syahrial@gmail.com)
Selasa, 9 Agustus 2016 | 16:09 WIB
Mendikbud Muhadjir Effendy (berbatik cokelat) (VIVA.co.id/Agus Rahmat)
VIVA.co.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, menginginkan lingkungan sekolah memiliki suasana menyenangkan, sebagai salah satu faktor untuk menerapkan program full day school. Sebab, siswa akan menghabiskan waktunya di sekolah dari pagi hingga sore hari.
Pada program ini, pemerintah akan menerapkan kegiatan waktu belajar
secara formal sampai siang, dan selanjutnya diisi kegiatan ekstra
kurikuler.
"Usai belajar setengah hari, hendaknya para peserta didik tidak
langsung pulang ke rumah, namun dapat mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler yang menyenangkan dan membentuk karakter, kepribadian, serta
mengembangkan potensi mereka. Jadikan sekolah rumah kedua, bukannya
mal," kata Muhadjir di Jakarta, Selasa, 9 Agustus 2016
"Dengan demikian peserta didik dapat terhindar dari
pengaruh-pengaruh negatif dan kontraproduktif, seperti penyalahgunaan
narkoba, tawuran, dan sebagainya," dia menambahkan.
Penerapan full day school juga diyakini membantu orang tua
dalam membimbing anak, karena mereka bisa menjemput sepulang kerja. Hal
ini juga akan memberikan rasa aman pada orang tua, karena anak mereka
berada di bawah pengawasan guru selama mereka bekerja.
"Peran orang tua juga tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi
waktu keluarga, dengan begitu komunikasi antara orang tua dan anak tetap
terjaga, dan ikatan emosional juga tetap terjaga," ucap Muhadjir.
Meski Muhadjir yakin wacana ini memiliki dampak positif, tapi tidak bisa serta merta diterapkan tanpa pengkajian.
Oleh karena itu, Muhadjir akan mengkaji seluruh masukan dari
masyarakat, termasuk kondisi sosial dan geografis mana saja yang
memungkinkan sistem belajar tersebut diterapkan.
"Misalnya di daerah mana saja yang orangtuanya sibuk, sehingga
tidak punya banyak waktu di rumah. Pak Dirjen sudah mempetakan, mana
yang siap dan yang belum siap," kata Muhadjir. (ase)
Baca juga:
Ahok Tak Mampu Terapkan Full Day School di Jakarta
INI JAWABAN KIRIMAN E-MAIL MR.THINKER HASIBUAN KE MENDIKBUD: MR.MUHADJIR EFFENDY
NASIONAL
Petisi Online 'Full Day School', Mendikbud: Wong Baru Ide
Petisi dukungan menolak 'full day school' mencapai 27 ribu.
Selasa, 9 Agustus 2016 | 20:17 WIB
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Muhadjir Effendy (VIVA/Lucky Aditya)
VIVA.co.id -
Petisi Online yang dibuat Deddy Mahyarto Kresnoputro untuk menolak 'full
day school' seperti gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir
Effendy hingga saat ini, 9 Agustus 2016, telah mencapai 27.241
pendukung.
Dalam petisi tersebut, Deddy yang merupakan orangtua salah satu siswa menganggap, alasan Mendikbud ingin menerapkan konsep 'full day school' untuk mencegah hal negatif salah kaprah. Menurutnya justru orangtualah yang lebih perlu belajar bagaimana mengarahkan anak agar tidak terjerumus ke hal-hal bersifat negatif.
"Terima kasih atas concernnya bapak, tapi kalau hal ini yang perlu belajar adalah orangtuanya, untuk mengarahkan anak agar tidak terjerumus ke hal-hal yang bersifat negatif," tulisnya dalam website www.change.org
Dalam petisinya, Deddy juga menulis "Belum selesai kita membenahi masalah kurikulum yang kerapkali diacak-acak, sekarang muncul wacana untuk Anak Sekolah Sehari Penuh, dengan alasan pendidikan dasar saat ini tidak siap menghadapi perubahan jaman yang begitu pesat," dalam website www.change.org.
Menanggapi hal ini, Mendikbud Muhadjir Effendi yang ditemui di Kawasan SCBD, Jakarta, 9 Agustus 2016, mengapresiasi atas kritik dan saran yang disampaikan masyarakat atas wacana yang dia gulirkan tersebut.
"Saya malah curiga kalau orang baru diberitahu langsung diterima. Itu kritis. Saya juga senang kalau itu diuji betul, jadi nanti benar-benar matang," kata Muhadjir.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini mengaku tidak terbebani dengan banyaknya petisi yang digulirkan publik melalui change.org.
"Wong ini baru ide. Ada proses nanti. Tapi intinya ini baru ide. Saya terima kasih atas respons masyarakat. Dan kami akan susun yang lebih menyeluruh, lebih utuh, dan nanti akan saya sampaikan lagi ke masyarakat, biar ada uji," ujarnya.
Sementara mengenai apakah ide ini dilanjutkan atau tidak, menteri yang baru dilantik ini mengaku semua akan dikaji untuk kepentingan bangsa. Ia tak masalah apakah wacana ini dilanjutkan atau tidak.
"Kalau tidak ya tidak apa-apa. Saya akan cari pendekatan lain. Tapi sekali lagi poin saya ini saya lakukan untuk kepentingan bangsa, demi menyiapkan generasi muda yang lebih bagus, lebih memiliki daya kompetisi, 18 karakter itu. Dan itu sebagai perintah Presiden, bukan saya mengada-ada. Kalau ini belum bisa dilaksanakan, akan saya cari cara yang lain," ujar Muhadjir.
Dalam petisi tersebut, Deddy yang merupakan orangtua salah satu siswa menganggap, alasan Mendikbud ingin menerapkan konsep 'full day school' untuk mencegah hal negatif salah kaprah. Menurutnya justru orangtualah yang lebih perlu belajar bagaimana mengarahkan anak agar tidak terjerumus ke hal-hal bersifat negatif.
"Terima kasih atas concernnya bapak, tapi kalau hal ini yang perlu belajar adalah orangtuanya, untuk mengarahkan anak agar tidak terjerumus ke hal-hal yang bersifat negatif," tulisnya dalam website www.change.org
Dalam petisinya, Deddy juga menulis "Belum selesai kita membenahi masalah kurikulum yang kerapkali diacak-acak, sekarang muncul wacana untuk Anak Sekolah Sehari Penuh, dengan alasan pendidikan dasar saat ini tidak siap menghadapi perubahan jaman yang begitu pesat," dalam website www.change.org.
Menanggapi hal ini, Mendikbud Muhadjir Effendi yang ditemui di Kawasan SCBD, Jakarta, 9 Agustus 2016, mengapresiasi atas kritik dan saran yang disampaikan masyarakat atas wacana yang dia gulirkan tersebut.
"Saya malah curiga kalau orang baru diberitahu langsung diterima. Itu kritis. Saya juga senang kalau itu diuji betul, jadi nanti benar-benar matang," kata Muhadjir.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini mengaku tidak terbebani dengan banyaknya petisi yang digulirkan publik melalui change.org.
"Wong ini baru ide. Ada proses nanti. Tapi intinya ini baru ide. Saya terima kasih atas respons masyarakat. Dan kami akan susun yang lebih menyeluruh, lebih utuh, dan nanti akan saya sampaikan lagi ke masyarakat, biar ada uji," ujarnya.
Sementara mengenai apakah ide ini dilanjutkan atau tidak, menteri yang baru dilantik ini mengaku semua akan dikaji untuk kepentingan bangsa. Ia tak masalah apakah wacana ini dilanjutkan atau tidak.
"Kalau tidak ya tidak apa-apa. Saya akan cari pendekatan lain. Tapi sekali lagi poin saya ini saya lakukan untuk kepentingan bangsa, demi menyiapkan generasi muda yang lebih bagus, lebih memiliki daya kompetisi, 18 karakter itu. Dan itu sebagai perintah Presiden, bukan saya mengada-ada. Kalau ini belum bisa dilaksanakan, akan saya cari cara yang lain," ujar Muhadjir.
NASIONAL
Pengamat: Sekolah Seharian Bisa Sengsarakan Anak
Belajar itu tidak harus lewat sekolahan.
Selasa, 9 Agustus 2016 | 17:23 WIB
Sejumlah siswa Sekolah Dasar (ilustrasi) (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
VIVA.co.id - Pengamat Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Profesor Wuryadi, menilai wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi yang akan menerapkan full day school atau sekolah seharian penuh bagi siswa, harus dipertimbangkan matang.
Pemaksaan konsep full day school bahkan dianggap bisa menyengsarakan anak. "Kasihan anak, sama dengan anak disengsarakan di sekolah, bukan disenangkan. Tapi paling-paling anak hanya main," kata Wuryadi.
Menurut Wuryadi, konsep full day school harus memenuhi sejumlah prasyarat agar bisa diterapkan. Seperti, sekolah harus memiliki laboratorium dan perpustakaan yang cukup memadai. Sejauh ini, kata Wuryadi, belum semua sekolah di Indonesia memiliki hal tersebut.
"Harus diperhitungkan itu, supaya tidak memaksa setiap sekolah harus full day," kata Wuryadi.
Menurut Wuryadi, penerapan full day school, akan bisa berdampak di dua hal yaitu, mengurangi bertemu dengan keluarga. Namun di sisi lain mengurangi beban anak di sekolah. "Sekolah selesai di sekolah, urusan rumah ya rumah," katanya.
Diakuinya banyak yang tidak setuju dengan gagasan Mendikbud ini. Sebab, di mana pun sistem pendidikan itu prinsipnya seragam. Jadi tidak harus belajar di sekolahan.
"Jadi full day school akan mengurangi proses integritas dari anak, ini patut kita berikan catatan bagi menteri, kan masih diolah," kata Wuryadi. (ase)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar