TEKNOLOGI
Mahasiswa Brawijaya Buat Jelantah Jadi Pengharum Ruangan
Pengharum ruangan model ini sudah dijual di pasaran.
Sabtu, 6 Agustus 2016 | 15:24 WIB
Ilustrasi. Minyak goreng. (http://www.wallpaper777.com)
VIVA.co.id - Minyak
jelantah atau limbah minyak goreng biasanya menjadi limbah rumah tangga.
Jika penggunaannya tidak tepat, maka akan merusak kesehatan hingga
menyebabkan penyakit kanker. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar
limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat.
Salah satunya yang dilakukan oleh Rulia Zalni, Nurul Hidayat, Lutfi
Nur Ramadani, dan Shilvia Astryanti. Di tangan keempat mahasiswa
jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan dan Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang ini, limbah
minyak jelantah disulap menjadi pengharum ruangan ramah lingkungan.
Rulia Zalni, salah seorang pembuat pengharum ruangan itu mengaku,
ide pembuatan pengharum ruangan berbahan minyak jelantah berangkat dari
banyaknya rumah makan dan kafe di Kota Malang yang mempunyai banyak
minyak jelantah.
Jika limbah minyak jelantah dibuang sembarangan, maka akan
menyebabkan polusi lingkungan. Hal itulah yang melatarbelakangi empat
mahasiswa ini mengubah minyak jelantah menjadi pengharum ruangan yang
aman bagi kesehatan dengan harga terjangkau.
“Dari kafe-kafe banyak limbah minyak, kemudian kami berpikir
bagaimana mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang berguna. Dan
munculah ide membuat pengharum ruangan," kata Rulia, Sabtu, 5 Agustus
2016.
Rulia menyebut, pengharum ruangan yang diberi nama 'Mijel' ini
cukup ramah bagi kesehatan jika dihirup manusia. Karena bahan yang
digunakan merupakan bahan alami.
“Biasanya pengharum ruangan yang dijual di pasaran banyak yang
mengandung formalin, kalau pengharum ruangan kami menggunakan citosa,
pengawet alami dari kulit udang,” ucap Rulia.
Selain itu, jika biasanya pengharum ruangan beraroma bunga dan
buah, namun Mijel menyuguhkan aroma baru yakni coklat, vanila dan kopi.
"Karena belum ada pengharum ruangan di Indonesia yang beraroma kopi dan
coklat. Kami mencoba berinovasi dengan aroma baru ini," papar Rulia.
Sebelum menjadi pengharum ruangan, minyak goreng jelantah yang
mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik, disaring terlebih
dahulu dengan rendaman arang dari ampas tebu selama dua hari.
Setelah minyak kembali jernih, bahan baku tersebut diolah dan
dicampur dengan bahan lainnya seperti, jelly powder, lilin, pengawet dan
pewarna makanan. "Setelah kami olah, kemudian kami masak dan dicetak.
Kemudian kami kemas dan siap dipasarkan," ujar Rulia.
Harga Mijel dengan ukuran 80 gram dibanderol dengan harga Rp9 ribu,
sedangkan untuk ukuran 50 gram dibanderol dengan harya Rp7.500 per
kemasan. Saat ini Mijel sudah dilepas ke pasaran dengan memanfaatkan
sejumlah media sosial. Sejak tahun 2015, sebanyak 2.300 Mijel sudah
terjual di pasaran.
Pengharum ruangan inilah yang mengantarkan keempat mahasiswa ini
untuk berangkat berkompetisi di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(Pimnas) 8 hingga 11 Agustus 2016 di Bogor nanti.
Salah satunya yang dilakukan oleh Rulia Zalni, Nurul Hidayat, Lutfi
Nur Ramadani, dan Shilvia Astryanti. Di tangan keempat mahasiswa
jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan dan Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang ini, limbah
minyak jelantah disulap menjadi pengharum ruangan ramah lingkungan.
Rulia Zalni, salah seorang pembuat pengharum ruangan itu mengaku,
ide pembuatan pengharum ruangan berbahan minyak jelantah berangkat dari
banyaknya rumah makan dan kafe di Kota Malang yang mempunyai banyak
minyak jelantah.
Jika limbah minyak jelantah dibuang sembarangan, maka akan
menyebabkan polusi lingkungan. Hal itulah yang melatarbelakangi empat
mahasiswa ini mengubah minyak jelantah menjadi pengharum ruangan yang
aman bagi kesehatan dengan harga terjangkau.
“Dari kafe-kafe banyak limbah minyak, kemudian kami berpikir
bagaimana mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang berguna. Dan
munculah ide membuat pengharum ruangan," kata Rulia, Sabtu, 5 Agustus
2016.
Rulia menyebut, pengharum ruangan yang diberi nama 'Mijel' ini
cukup ramah bagi kesehatan jika dihirup manusia. Karena bahan yang
digunakan merupakan bahan alami.
“Biasanya pengharum ruangan yang dijual di pasaran banyak yang
mengandung formalin, kalau pengharum ruangan kami menggunakan citosa,
pengawet alami dari kulit udang,” ucap Rulia.
Selain itu, jika biasanya pengharum ruangan beraroma bunga dan
buah, namun Mijel menyuguhkan aroma baru yakni coklat, vanila dan kopi.
"Karena belum ada pengharum ruangan di Indonesia yang beraroma kopi dan
coklat. Kami mencoba berinovasi dengan aroma baru ini," papar Rulia.
Sebelum menjadi pengharum ruangan, minyak goreng jelantah yang
mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik, disaring terlebih
dahulu dengan rendaman arang dari ampas tebu selama dua hari.
Setelah minyak kembali jernih, bahan baku tersebut diolah dan
dicampur dengan bahan lainnya seperti, jelly powder, lilin, pengawet dan
pewarna makanan. "Setelah kami olah, kemudian kami masak dan dicetak.
Kemudian kami kemas dan siap dipasarkan," ujar Rulia.
Harga Mijel dengan ukuran 80 gram dibanderol dengan harga Rp9 ribu,
sedangkan untuk ukuran 50 gram dibanderol dengan harya Rp7.500 per
kemasan. Saat ini Mijel sudah dilepas ke pasaran dengan memanfaatkan
sejumlah media sosial. Sejak tahun 2015, sebanyak 2.300 Mijel sudah
terjual di pasaran.
Pengharum ruangan inilah yang mengantarkan keempat mahasiswa ini
untuk berangkat berkompetisi di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(Pimnas) 8 hingga 11 Agustus 2016 di Bogor nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar