Sabtu, 06 Agustus 2016

TEKNOLOGI

Mahasiswa Brawijaya Buat Jelantah Jadi Pengharum Ruangan

Pengharum ruangan model ini sudah dijual di pasaran.
 
Mahasiswa Brawijaya Buat Jelantah Jadi Pengharum Ruangan
Ilustrasi. Minyak goreng. (http://www.wallpaper777.com)
 
VIVA.co.id - Minyak jelantah atau limbah minyak goreng biasanya menjadi limbah rumah tangga. Jika penggunaannya tidak tepat, maka akan merusak kesehatan hingga menyebabkan penyakit kanker. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat.

Salah satunya yang dilakukan oleh Rulia Zalni, Nurul Hidayat, Lutfi Nur Ramadani, dan Shilvia Astryanti. Di tangan keempat mahasiswa jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan dan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang ini, limbah minyak jelantah disulap menjadi pengharum ruangan ramah lingkungan. 

Rulia Zalni, salah seorang pembuat pengharum ruangan itu mengaku, ide pembuatan pengharum ruangan berbahan minyak jelantah berangkat dari banyaknya rumah makan dan kafe di Kota Malang yang mempunyai banyak minyak jelantah.

Jika limbah minyak jelantah dibuang sembarangan, maka akan menyebabkan polusi lingkungan. Hal itulah yang melatarbelakangi empat mahasiswa ini mengubah minyak jelantah menjadi pengharum ruangan yang aman bagi kesehatan dengan harga terjangkau.

“Dari kafe-kafe banyak limbah minyak, kemudian kami berpikir bagaimana mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang berguna. Dan munculah ide membuat pengharum ruangan," kata Rulia, Sabtu, 5 Agustus 2016.

Rulia menyebut, pengharum ruangan yang diberi nama 'Mijel' ini cukup ramah bagi kesehatan jika dihirup manusia. Karena bahan yang digunakan merupakan bahan alami.

“Biasanya pengharum ruangan yang dijual di pasaran banyak yang mengandung formalin, kalau pengharum ruangan kami menggunakan citosa, pengawet alami dari kulit udang,” ucap Rulia.

Selain itu, jika biasanya pengharum ruangan beraroma bunga dan buah, namun Mijel menyuguhkan aroma baru yakni coklat, vanila dan kopi. "Karena belum ada pengharum ruangan di Indonesia yang beraroma kopi dan coklat. Kami mencoba berinovasi dengan aroma baru ini," papar Rulia.

Sebelum menjadi pengharum ruangan, minyak goreng jelantah yang mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik, disaring terlebih dahulu dengan rendaman arang dari ampas tebu selama dua hari.

Setelah minyak kembali jernih, bahan baku tersebut diolah dan dicampur dengan bahan lainnya seperti, jelly powder, lilin, pengawet dan pewarna makanan. "Setelah kami olah, kemudian kami masak dan dicetak. Kemudian kami kemas dan siap dipasarkan," ujar Rulia.

Harga Mijel dengan ukuran 80 gram dibanderol dengan harga Rp9 ribu, sedangkan untuk ukuran 50 gram dibanderol dengan harya Rp7.500 per kemasan. Saat ini Mijel sudah dilepas ke pasaran dengan memanfaatkan sejumlah media sosial. Sejak tahun 2015, sebanyak 2.300 Mijel sudah terjual di pasaran.

Pengharum ruangan inilah yang mengantarkan keempat mahasiswa ini untuk berangkat berkompetisi di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 8 hingga 11 Agustus 2016 di Bogor nanti.
VIVA.co.id - Minyak jelantah atau limbah minyak goreng biasanya menjadi limbah rumah tangga. Jika penggunaannya tidak tepat, maka akan merusak kesehatan hingga menyebabkan penyakit kanker. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat.

Salah satunya yang dilakukan oleh Rulia Zalni, Nurul Hidayat, Lutfi Nur Ramadani, dan Shilvia Astryanti. Di tangan keempat mahasiswa jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan dan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang ini, limbah minyak jelantah disulap menjadi pengharum ruangan ramah lingkungan. 

Rulia Zalni, salah seorang pembuat pengharum ruangan itu mengaku, ide pembuatan pengharum ruangan berbahan minyak jelantah berangkat dari banyaknya rumah makan dan kafe di Kota Malang yang mempunyai banyak minyak jelantah.

Jika limbah minyak jelantah dibuang sembarangan, maka akan menyebabkan polusi lingkungan. Hal itulah yang melatarbelakangi empat mahasiswa ini mengubah minyak jelantah menjadi pengharum ruangan yang aman bagi kesehatan dengan harga terjangkau.

“Dari kafe-kafe banyak limbah minyak, kemudian kami berpikir bagaimana mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang berguna. Dan munculah ide membuat pengharum ruangan," kata Rulia, Sabtu, 5 Agustus 2016.

Rulia menyebut, pengharum ruangan yang diberi nama 'Mijel' ini cukup ramah bagi kesehatan jika dihirup manusia. Karena bahan yang digunakan merupakan bahan alami.

“Biasanya pengharum ruangan yang dijual di pasaran banyak yang mengandung formalin, kalau pengharum ruangan kami menggunakan citosa, pengawet alami dari kulit udang,” ucap Rulia.

Selain itu, jika biasanya pengharum ruangan beraroma bunga dan buah, namun Mijel menyuguhkan aroma baru yakni coklat, vanila dan kopi. "Karena belum ada pengharum ruangan di Indonesia yang beraroma kopi dan coklat. Kami mencoba berinovasi dengan aroma baru ini," papar Rulia.

Sebelum menjadi pengharum ruangan, minyak goreng jelantah yang mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik, disaring terlebih dahulu dengan rendaman arang dari ampas tebu selama dua hari.

Setelah minyak kembali jernih, bahan baku tersebut diolah dan dicampur dengan bahan lainnya seperti, jelly powder, lilin, pengawet dan pewarna makanan. "Setelah kami olah, kemudian kami masak dan dicetak. Kemudian kami kemas dan siap dipasarkan," ujar Rulia.

Harga Mijel dengan ukuran 80 gram dibanderol dengan harga Rp9 ribu, sedangkan untuk ukuran 50 gram dibanderol dengan harya Rp7.500 per kemasan. Saat ini Mijel sudah dilepas ke pasaran dengan memanfaatkan sejumlah media sosial. Sejak tahun 2015, sebanyak 2.300 Mijel sudah terjual di pasaran.

Pengharum ruangan inilah yang mengantarkan keempat mahasiswa ini untuk berangkat berkompetisi di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 8 hingga 11 Agustus 2016 di Bogor nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar