Rabu, 10 Agustus 2016


DUNIA / WORLD

USAID Kucurkan Dana USD8,4 Juta untuk Indonesia

USAID pours money USD8,4 Million for Indonesia


  Jumlah sebesar itu akan digunakan untuk berbagai program.

 An amount that would be used for various programs.

 

USAID Kucurkan Dana USD8,4 Juta untuk Indonesia
Logo USAID. 
VIVA.co.id - Melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Amerika Serikat, mengumumkan satu lagi kemitraan dengan Pemerintah Indonesia yang akan memajukan keadilan sosial dan melindungi hak-hak warga negara, terutama masyarakat miskin dan rentan.




Program Empowering Access to Justice (MAJU) merupakan program lima tahun dengan dana sebesar USD8,4 juta oleh USAID dan The Asia Foundation untuk memperkuat berbagai institusi yang menangani demokrasi.

MAJU akan memberikan dukungan teknis, instrumen dan pelatihannya kepada lembaga-lembaga pemerintah Indonesia, organisasi masyarakat sipil, lembaga bantuan hukum dan universitas, dalam melindungi hak-hak warga negara termasuk kelompok agama dan suku minoritas, masyarakat adat yang bergantung pada hutan seperti di kawasan Indonesia timur, orang-orang yang terpinggirkan serta perempuan korban kekerasan dan diskriminasi.

USAID dan The Asia Foundation juga akan memberikan dukungan kepada berbagai lembaga pemerintah dan penyusun kebijakan dengan menyediakan penelitian dan data yang dapat digunakan untuk menyusun kebijakan yang kokoh dan berdasarkan data.

“Kami percaya bahwa demokrasi dan pembangunan yang inklusif berjalan selaras. Dengan membantu berbagai institusi demokrasi melindungi hak-hak warga negara, kita bisa memajukan martabat manusia dan memacu kesempatan dan kemakmuran ekonomi di Indonesia, khususnya untuk kelompok miskin dan rentan," kata Kuasa Usaha Ad-Interim, Brian McFeeters, melalui keterangan pers, Rabu, 10 Agustus 2016.

Melalui kerjasama khusus dengan MAJU, Intel Indonesia akan memberikan pelatihan literasi digital untuk membantu organisasi masyarakat sipil agar dapat lebih memanfaatkan teknologi dan meningkatkan pengumpulan data dan advokasi yang berbasis bukti.
---------------

VIVA.co.id - Through the United States Agency for International Development (USAID), United States, announced another partnership with the Government of Indonesia that will promote social justice and protect the rights of citizens, especially the poor and vulnerable.
Empowering Access to Justice Program (GO) is a five-year program with funding of USD8,4 million by USAID and The Asia Foundation to strengthen the various institutions that deal with democracy.
ADVANCE will provide technical support, instruments and training to the institutions of the Indonesian government, civil society organizations, legal aid organizations and universities, in protecting the rights of citizens, including religious groups and ethnic minorities, indigenous peoples who depend on forests such as in Indonesia east, people who are marginalized and women victims of violence and discrimination.
USAID and The Asia Foundation will also provide support to various government agencies and policy makers by providing research and data that can be used to formulate solid policies and based on the data.
"We believe that an inclusive democracy and development go hand in hand. With the help of various democratic institutions to protect the rights of citizens, we can advance human dignity and promote opportunity and economic prosperity in Indonesia, especially for the poor and vulnerable, "said Charge d'Affaires Ad Interim, Brian McFeeters, through a press statement on Wednesday, August 10, 2016.
Through a special partnership with ADVANCE, Intel Indonesia will provide digital literacy training to help civil society organizations in order to better utilize technology and improve the collection of data and evidence-based advocacy.

========================= 
DUNIA / WORLD

Presiden Filipina Sebut Duta Besar AS Gay 


Philippine President Called US Ambassador Gay

Duterte juga menyebutnya sebagai anak pelacur.
Duterte also refer to it as a child prostitute.

Presiden Filipina Sebut Duta Besar AS Gay
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (REUTERS/Erik De Castro)
 
VIVA.co.id - Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dianggap telah memicu pertikaian diplomatik dengan AS, lantaran menyebut Duta Besar AS untuk Manila sebagai gay.

Dalam sebuah siaran televisi Jumat pekan lalu, Duterte sangat mengekspresikan ketidaksenangannya pada Duta Besar AS, Philip Goldberg. Ia bahkan menyebutnya sebagai anak pelacur.

"Seperti yang Anda tahu, saya sedang bertengkar dengan Dubes utusannya (utusan Menlu AS John Kerry). Dubes Goldbery yang merupakan gay dan seorang anak pelacur itu membuat saya kesal," kata Duterte, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 10 Agustus 2016.

Perselisihannya dengan Dubes Goldberg terjadi sejak masa kampanye, ketika Duterte berkomentar soal pemerkosaan seorang misionaris Australia yang diserang secara seksual dan dibunuh dalam kerusuhan penjara tahun 1989 di Davao, Filipina.

Atas komentar Duterte tersebut, Goldberg dan Duta Besar Australia mengecam keras komentar ini. Hal itulah yang membuat Duterte kesal.
"Dia ikut campur tangan selama pemilihan dan memberikan pernyataan di sana-sini. Dia tidak seharusnya melakukan hal itu," ujar Duterte.

Terkait hal ini, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa kuasa usaha Filipina, Patrick Chuasoto, telah dipanggil untuk membahas komentar Duterte ini

Juru Bicara Kemlu Filipina, Charles Jose, membenarkan pertemuan tersebut. Namun ia mengatakan bahwa komentar tersebut tidak mengganggu hubungan diplomatik antara Filipina dan Amerika.

---------------

VIVA.co.id - Philippine President Rodrigo Duterte, is considered to have sparked a diplomatic row with the United States, because calling US Ambassador to Manila as gay.
In a television broadcast on Friday last week, Duterte highly expressed displeasure at the US ambassador, Philip Goldberg. He even referred to it as a child prostitute.
"As you know, I'm arguing with Ambassador messenger (messenger Secretary of State John Kerry). Ambassador Goldbery who is gay and a son of a bitch that makes me upset," said Duterte, as quoted by Channel News Asia, Wednesday, August 10, 2016 ,
Dispute with Ambassador Goldberg occurred since the campaign season, when Duterte comment about rape an Australian missionary who was sexually assaulted and killed in a prison riot in 1989 in Davao, Philippines.
Duterte comment on the Australian Ambassador Goldberg and strongly condemn these comments. That's what makes Duterte upset.
"He intervened during the election and give a statement here and there. He should not have done that," said Duterte.
Related to this, the US State Department said the charge d'affaires of the Philippines, Patrick Chuasoto, has been called to discuss this Duterte comment
Philippine Foreign Ministry spokesman, Charles Jose, confirmed the meeting. But he said that the comments did not affect diplomatic relations between the Philippines and the United States.
 
 
 
=========================



Tidak ada komentar:

Posting Komentar