NASIONAL
Kapolri Minta Polisi Beri Pelayanan Maksimal ke Publik
Polisi harus terjun langsung di tengah permasalahan masyarakat.
Jum'at, 5 Agustus 2016 | 17:38 WIB
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (VIVA.co.id / Dwi Royanto (Semarang))
VIVA.co.id -
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Polisi Tito
Karnavian menginginkan, reformasi di tubuh Polri dilakukan dengan terjun
langsung di tengah permasalahan masyarakat. Pelayanan publik itu
dimaksudkan agar masyarakat merasakan langsung kehadiran polisi.
Hal itu diungkapkan Tito saat melakukan bakti sosial di kampung nelayan Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 5 Juli 2016.
Selain memerintahkan pelayanan maksimal kepada publik, Tito juga meminta agar pelayanan polisi menggunakan sistem berbasis ITE. Hal itu agar mampu merespons masalah masyarakat dengan cepat.
"Polisi juga humanis agar masyarakat merasakan kehadiran polisi. Misal di tempat macet, tidak perlu apel langsung bergerak ke tempat titik macet, supaya masyarakat merasa kehadiran polisi mencairkan kemacetan-kemacetan itu," kata Tito.
Di era kepemimpinannya, Tito berjanji, reformasi di tubuh Polri juga dilakukan dengan memaksimalkan pemberian reward and punishment dengan baik.
Salah satunya dengan memberikan penghargaan kenaikan pangkat kepada Bripka Bambang Adi Cahyanto, yang berjasa dalam menghalangi pelaku bom di Mapolresta Solo, beberapa waktu lalu.
"Saya memancing kepada Polda dan para Kapolres lain supaya mereka betul-betul memberikan reward anggotanya yang baik dan bekerja tulus serta berprestasi," ujarnya.
Sebaliknya, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu tak akan canggung untuk menghukum berat kepada anggota polisi yang berbuat salah dan membuat citra polisi menjadi buruk.
"Saya berikan arahan kepada jajaran Polda agar lebih profesional, khususnya dalam penegakan hukum. Jangan membuat mempersulit, membolak-balik kasus, memeras dan lain-lain," ujarnya menambahkan.
Tito menginginkan agar internal Polri tegas menghindari korupsi. Salah satu langkahnya dengan melaporkan harta kekayaan. "Menekan budaya koruptif, ada langkah-langkah kami termasuk LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara), kemudian menekan budaya hedonis," ujar Tito.
Dalam kunjungannya di Polda Jawa Tengah, Tito berharap agar situasi Kamtibmas, terutama terkait terorisme di wilayah itu bisa ditangani dengan upaya preventif, melalui pendekatan kepada semua tokoh, stakeholder, TNI, pemerintah daerah dan masyarakat.
"Titik konflik-konflik massal agar dipetakan. Jangan menunggu respons setelah kejadian. Tapi sebelum, harus cepat ditangani. Babinsa harus turun."
(mus)
Hal itu diungkapkan Tito saat melakukan bakti sosial di kampung nelayan Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 5 Juli 2016.
Selain memerintahkan pelayanan maksimal kepada publik, Tito juga meminta agar pelayanan polisi menggunakan sistem berbasis ITE. Hal itu agar mampu merespons masalah masyarakat dengan cepat.
"Polisi juga humanis agar masyarakat merasakan kehadiran polisi. Misal di tempat macet, tidak perlu apel langsung bergerak ke tempat titik macet, supaya masyarakat merasa kehadiran polisi mencairkan kemacetan-kemacetan itu," kata Tito.
Di era kepemimpinannya, Tito berjanji, reformasi di tubuh Polri juga dilakukan dengan memaksimalkan pemberian reward and punishment dengan baik.
Salah satunya dengan memberikan penghargaan kenaikan pangkat kepada Bripka Bambang Adi Cahyanto, yang berjasa dalam menghalangi pelaku bom di Mapolresta Solo, beberapa waktu lalu.
"Saya memancing kepada Polda dan para Kapolres lain supaya mereka betul-betul memberikan reward anggotanya yang baik dan bekerja tulus serta berprestasi," ujarnya.
Sebaliknya, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu tak akan canggung untuk menghukum berat kepada anggota polisi yang berbuat salah dan membuat citra polisi menjadi buruk.
"Saya berikan arahan kepada jajaran Polda agar lebih profesional, khususnya dalam penegakan hukum. Jangan membuat mempersulit, membolak-balik kasus, memeras dan lain-lain," ujarnya menambahkan.
Tito menginginkan agar internal Polri tegas menghindari korupsi. Salah satu langkahnya dengan melaporkan harta kekayaan. "Menekan budaya koruptif, ada langkah-langkah kami termasuk LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara), kemudian menekan budaya hedonis," ujar Tito.
Dalam kunjungannya di Polda Jawa Tengah, Tito berharap agar situasi Kamtibmas, terutama terkait terorisme di wilayah itu bisa ditangani dengan upaya preventif, melalui pendekatan kepada semua tokoh, stakeholder, TNI, pemerintah daerah dan masyarakat.
"Titik konflik-konflik massal agar dipetakan. Jangan menunggu respons setelah kejadian. Tapi sebelum, harus cepat ditangani. Babinsa harus turun."
(mus)
========================
Kapolri: Jaringan Bahrun Naim Berencana Serang Singapura
Mereka juga merencanakan mengebom Batam.
Jum'at, 5 Agustus 2016 | 16:47 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (VIVA.co.id/ Dwi Royanto.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar