NASIONAL
Satu Kaki Tangan Santoso PNS Dinas PU Palu
Salah satu tersangka adalah PNS di Dinas PU Kota Palu.
Sabtu, 6 Agustus 2016 | 16:53 WIB
Kapolda Sulteng, Brigjen Rudy Sufahriadi menunjukan DPO jaringan Santoso (Abdullah Hamann)
VIVA.co.id -
Kepolisian di Sulawesi Tengah mulai membongkar jaringan teroris Santoso
di wilayah itu termasuk di Kota Palu. Polisi juga tengah menelusuri
aliran dana yang ditujukan kepada kelompok Mujahidin Indonesia Timur
(MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Brigadir
Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi, mengatakan rekening yang ditemukan dari
orang-orang yang ditangkap sebagai pendukung kelompok MIT saat ini
tengah diselidiki.
"Iya, ada rekening. Kita akan melihat nantinya
aliran-aliran dana yang masuk ke rekening tersebut. Termasuk sumber dana
atau donatur yang menyetor dana serta kepada siapa saja dana-dana
tersebut diberikan dan dipergunakan untuk apa," kata Rudy Sufahriadi,
Sabtu, 6 Agustus 2016, di Palu.
Menurut Rudy, dari penangkapan tiga orang di Kota
Palu, dua di antaranya memiliki buku rekening dan sudah disita sebagai
barang bukti, yakni Nono Priadi alias Jono serta Isa Abdulrahman alias
Berni alias Pak Is alias Bahar.
"Besaran dana dari rekening-rekening itu tidak besar-besar amat," kata Rudy.
Sementara itu dari penyerahan diri Jumri alias
Tamar, sedikitnya ada 31 item barang bukti yang diserahkan kepada Satgas
Ops Tinombala di Poso. Barang bukti antara lain telepon seluler, kartu
ponsel, kartu memori dan uang ratusan ribu rupiah.
Rudy Sufahriadi juga membeberkan peran tiga orang
kaki tangan MIT yang ditangkap pada Kamis 4 Agustus 2016 lalu. Ketiganya
adalah Jono Priadi alias Jono (PNS di Dinas PU Kota Palu), Isa Abd.
Rahman alias Berni alias Pak Is alias Bahar dan Muhammad Asmaul alias
Muket.
Menurut Rudy, Jono Priadi alias Jono ini
bersama-sama Isa Abdul Rahman alias Isa alias Berni alias Pak Is alias
Bahar pada tahun 2015 lalu, menjemput DPO Agus Suprianto dan Zainuddin
alias Jono Sayur di Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu untuk bergabung
dengan Santoso di Poso.
Selanjutnya tahun 2016, dia menjemput DPO atas nama
Abdurrahman alias Abu Asbal bersama tiga orang lainnya dari Jawa dan
mempersiapkan segala kebutuhannya di Palu sebelum berangkat ke Poso.
Sedangkan peran Isa Abd. Rahman alias Berni alias
Pak Is alias Bahar, tahun 2012 menampung DPO atas nama Jipo dan Sugianto
di rumahnya. Pada tahun yang sama, dia mengantar Maret Pamungkas alias
Sobron ke Desa Ueralulu, Poso Pesisir untuk bergabung dengan MIT
Pimpinan Santoso.
"Dia inilah yang tahun 2014 lalu mengurus
persalinan Jumiatun alias Umi Delima, istri Santoso di Palu. Padahal,
Jumiatun itu termasuk salah seorang DPO yang dikenal dengan salah satu
dari tiga bidadari MIT," kata Rudy.
Peran lainnya yang dijelaskan Rudy Sufahriadi,
adalah menerima kiriman barang berupa handy talky (HT) dan GPS dari
Jakarta dan dibawa ke Kelompok MIT di Poso.
"Dari tangannya kita juga berhasil menyita satu
buah buku tabungan Bank Mandiri atas nama Maya, satu buku tabungan Bank
BTN atas nama Benhard, lima buah HP, 16 charger HT," kata Rudy.
Sedangkan Muhammad Asmaul alias Muket, pada tahun
2015 terdata mengantar Agus Suprianto alias Farhan dan Zainuddin alias
Yono Sayur ke Poso untuk bergabung Kelompok MIT, memfasilitasi keluarga
DPO di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.
"Berdasarkan data kita, Muket ini adalah salah
seorang kurir aktif di Kota Palu. Kita juga menyita dua buah HP dan satu
buku catatan miliknya," kata Rudy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar