DUNIA     
    
    
    
     
16-9-1932: Aksi Mogok Makan Mahatma Gandhi  
Ini protes Gandhi atas Inggris soal sistem kasta di pemerintahan. 
Jumat, 16 September 2016 | 08:32 WIB
Oleh : 
      Lazuardhi Utama, Dinia Adrianjara      
 
Mahatma Gandhi
 VIVA.co.id  – Padai
 84 tahun lalu – di dalam sel Penjara Yerovda dekat Kota Bombay, India –
 Mohandas Karamchand Gandhi atau dikenal sebagai Mahatma Gandhi mulai 
aksi mogok makan sebagai protes atas tindakan pemerintah Inggris yang 
memisahkan sistem pemilihan India berdasarkan kasta. 
Ia menganggap langkah ini tidak adil karena cenderung membagi masyarakat berdasarkan kelas sosial. 
Menurut laman History , semasa hidupnya, Gandhi banyak 
berjasa dengan melakukan perlawanan terhadap penjajahan secara pasif di 
seluruh India dan dunia. 
Pada 1920, konsep Satyagraha (desakan atas kebenaran), telah membuat 
Gandhi menjadi seorang tokoh yang sangat berpengaruh bagi jutaan 
pengikutnya. 
Dipenjara oleh pemerintah Inggris sepanjang 1922-1924, Gandhi sempat mengundurkan diri dari dunia politik selama beberapa tahun. 
Namun, pada 1930, ia kembali dengan kampanye pembangkangan sipil 
baru. Ia pun kembali merasakan 'hotel prodeo' selama beberapa kali. 
Pada Januari 1932, Gandhi mengumumkan aksi protes dengan "berpuasa 
sampai mati", untuk memprotes tindakan Inggris terhadap konstitusi India
 yang memisahkan orang berdasarkan kasta. 
"Ini adalah kesempatan terakhir yang diberikan Tuhan kepada saya. 
Dengan memberikan hidup saya sebagai korban terakhir yang tertindas," 
kata Gandhi, dari dalam sel penjara. 
Pada 12 Januari 1948, Gandhi melakukan puasa terakhirnya di New 
Delhi, ibu kota India, untuk membujuk orang Hindu dan Muslim 
mengupayakan perdamaian. 
Sayangnya, pada 30 Januari atau dua minggu lebih pascapuasanya, Gandhi dibunuh oleh ekstremis Hindu dalam perjalanan pulang. 
 
(ren) 
                            
   
   
      
     
   
   
                
                 
   
   
      
   
   
   
    
 
       
  
 
     
     
     
 
    
    
     DUNIA     
    
    
    
     
Hiii... Bangladesh Banjir Darah  
Warga menyembelih hewan kurban di sembarang tempat saat Idul Adha. 
 
     
Rabu, 14 September 2016 | 20:01 WIB
Oleh : 
      Endah Lismartini      
 
Banjir darah di Bangladesh, 13 September 2016. (Dhakatribune) 
  VIVA.co.id  – Saat 
perayaan Idul Adha, kota Dhaka, Bangladesh berubah menjadi lautan darah.
 Hujan yang turun tepat saat warga mulai menyembelih hewan kurban 
membuat darah menggenangi seluruh wilayah. 
Buruknya saluran air (drainase) di seluruh wilayah kota tersebut 
membuat warna merah menghiasi ibu kota Bangladesh tersebut. Ribuan ekor 
hewan yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha, yang di Bangladesh jatuh
 pada Selasa, 13 September 2016, menjadi bukti, masih amburadulnya 
proses saluran air dan sanitasi di negara tersebut. 
Pihak berwenang di Dhaka mengatakan mereka telah melokasikan 
tempat-tempat tertentu sebagai tempat untuk menyembelih hewan-hewan 
kurban. Pengalokasian dilakukan agar proses penyembelihan bisa segera 
dilanjutkan dengan proses pembersihan darah dan bangkai. 
Namun media lokal mengatakan, banyak warga yang memilih  menyembelih 
hewan  di garasi rumah mereka, atau di jalanan yang tak jauh dari rumah 
mereka. Itu sebabnya ketika hujan turun, maka nyaris sebagian besar 
genangan air di  Dhaka berubah menjadi genangan darah. 
Atis Saha, seorang seniman yang tinggal di Dhaka mengaku sangat 
terkejut dan takut dengan pemandangan tersebut. "Saya takut, rasanya 
seperti melihat kekerasan massal, yang saya tak pernah mengharapkannya,"
 ujarnya, seperti dikutip dari The Guardian , Rabu, 14 September 2016. 
Hingga Rabu, 14 September 2016, penyembelihan hewan secara 
serampangan masih dilakukan warga. Meski hujan telah reda dan genangan 
mulai menyurut, namun tanah bekas genangan masih terlihat memerah, dan 
ceceran isi perut hewan masih terlihat teronggok di sudut-sudut jalan. 
                            
   
   
      
     
   
   
                
                 
   
   
      
   
   
   
    
 
       
  
 
                
                
                        
    
       
     
     
     
     
            
  
  
   
  
 
 
    
    
     DUNIA     
    
    
    
     
Mantan Presiden Israel Diserang Stroke  
Sebelumnya, Shimon Peres alami 2 kali gangguan jantung. 
 
     
Rabu, 14 September 2016 | 08:22 WIB
Oleh : 
      Lazuardhi Utama      
 
Mantan Presiden Israel, Shimon Peres. (REUTERS/Baz Ratner) 
  VIVA.co.id  – Mantan
 Presiden Israel, Shimon Peres, terkena stroke dan dilarikan ke Sheba 
Medical Centre di Tel HaShomer, dekat ibukota Tel Aviv. 
"Hari Selasa kena (stroke). Saat ini kondisinya stabil dan sadar 
sepenuhnya," demikian pernyataan tertulis resmi pihak Peres, seperti 
dikutip situs BBC , Rabu, 15 September 2016. 
Meski dinyatakan stabil, namun mantan politikus berusia 93 tahun ini 
masih menjalani perawatan medis. Sebelumnya, pada Januari tahun ini, 
Peres dua kali dibawa ke rumah sakit akibat gangguan jantung. 
Dalam perawatan pertama, tim dokter melakukan operasi untuk 
memperlebar pembuluh darah Peres. Beberapa hari kemudian, pemenang 
Hadiah Nobel Perdamaian tersebut kembali dibawa ke rumah sakit akibat 
detak jantungnya tak beraturan. 
Peres dikenal sebagai arsitek Perjanjian Damai Oslo 1993 di Camp 
David. Karena itu, ia diganjar Nobel Perdamaian pada 1994 bersama 
Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin, yang tewas dibunuh setahun 
kemudian. 
Sebelum menjadi Presiden Israel (2007-2014), Peres pernah menjabat 
sebagai Perdana Menteri sebanyak dua kali. Ia merupakan salah satu tokoh
 pendiri negara Israel. 
                            
   
   
      
     
   
   
                
                 
   
   
      
   
   
   
    
 
       
  
 
                
                
                        
    
       
     
     
     
     
            
  
  
   
  
 
 
    
    
     TEKNOLOGI     
    
    
    
     
Barack Obama Bisa Sebabkan Musnahnya Kura-kura  
Dinamakan setelah nama Presiden AS, Barack Obama 
  
     
Selasa, 13 September 2016 | 11:46 WIB
Oleh : 
      Siti Sarifah Alia, Mitra Angelia      
 
Kura-kura Galapagos (dok. Corbis) 
  VIVA.co.id  – Presiden
 Amerika Serikat (AS), Barack Obama, dihormati dengan cara yang unik. 
Usai tim parasitologis Amerika bertemu dengan orang nomor satu itu, 
mereka menamai temuan spesies parasit baru dengan Baractrema obamai. 
 
Dilansir Tech Times, Selasa, 13 September 2016, ketua peneliti, Thomas 
R. Platt mengatakan, mereka baru saja menemukan spesies baru dari cacing
 pipih parasit yang ‘menghuni’ kura-kura. Luar biasanya, parasit ini 
perlahan bisa memusnahkan kura-kura. 
 
“Mereka  (parasit) menghadapi hambatan yang luar biasa untuk 
menyelesaikan perjalanan mereka (siklus hidup) dan harus bersaing dengan
 sistem kekebalan tubuh dari tuan rumah (kura-kura) untuk tumbuh dewasa 
dan bereproduksi," jelas Platt. 
Baca Juga: Mengenal Parasit Bernama Barack Obama   
 
Menurut Platt, Baractrema obamai disebut istimewa karena punya 
karakteristik yang sangat berbeda dengan kelompok parasit kura-kura 
lainnya. Parasit ini dikategorikan dalam genus terpisah dan spesies 
baru. 
 
Bentuk tubuh Baractrema obamai panjang dan tipis seperti benang. Parasit
 ini paling banyak diamati ada di penyu hitam (Siebenrockiella 
crassicollis), kura-kura air tawar dan kura-kura kotak Malaysia (Cuora 
amboinensis). 
 
Platt menambahkan, sesekali parasit akan menembus paru-paru hewan yang 
dihinggapinya. Kadang ada juga di telur kura-kura dan penyu, tapi belum 
diketahui, bagaimana proses parasit tersebut bisa menembus masuk. 
Tim Parasitologis juga  berkeyakinan bahwa parasit kura-kura yang 
ditemukan sekarang, bisa jadi adalah ‘nenek moyang’ dari cacing pipih 
yang menyebarkan penyakit Schistosomiasis di negara-negara berkembang 
dan memengaruhi jutaan orang. 
                            
   
   
      
     
   
   
                
                 
   
   
     
   
   
   
    
 
       
  
    
    
     DUNIA     
    
    
    
     
Duterte Anggap AS Ganggu Pemberantasan Abu Sayyaf  
Pangkalan militer AS di Mindanao, dianggap membatasi gerak Filipina. 
 
     
Selasa, 13 September 2016 | 10:36 WIB
Oleh : 
      Endah Lismartini, Dinia Adrianjara      
 
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berbicara di depan warga Filipina di Jakarta, Indonesia, 9 September 2016.  (REUTERS/Darren Whiteside) 
  
                
                
                        
    
       
     
     
     
     
      VIVA.co.id  – 
Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta penarikan pasukan khusus 
Amerika Serikat dari Filipina, lantaran kehadiran mereka, dianggap 
menyulitkan pihak berwenang Filipina untuk menumpas kelompok Abu Sayyaf. 
Menurut Duterte, kehadiran pasukan AS di Pulau Mindanao, akan menjadi
 sasaran bernilai tinggi bagi militan Abu Sayyaf dan dapat memicu 
kontradiksi yang lebih besar lagi antara kedua negara. 
"Mereka (pasukan AS) harus pergi. Saya tidak ingin ada keretakan 
dengan Amerika. Jika mereka tetap tinggal di Mindanao, Abu Sayyaf bisa 
mencoba menculik mereka untuk dijadikan tebusan," kata Duterte seperti 
dikutip Reuters,  Selasa 13 September 2016. 
Menanggapi hal ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, John 
Kirby mengatakan, tidak mengetahui adanya komunikasi resmi oleh Manila 
yang meminta penarikan pasukan. 
"Washington akan terus membuktikan komitmennya untuk beraliansi dengan Filipina," kata Kirby. 
Amerika Serikat, sebelumnya telah mengerahkan tentara pasukan khusus 
untuk Mindanao, sejak 2002, untuk melatih dan bekerja sama dengan 
militer Filipina dalam memerangi Abu Sayyaf. Program ini melibatkan 
1.200 tentara Amerika. 
Program ini telah dihentikan sejak 2015 lalu, namun masih ada 
sejumlah pasukan AS yang tinggal di Mindanao untuk keperluan logistik 
dan dukungan teknis. 
Amerika juga telah banyak berkontribusi dalam menjaga keamanan di 
Filipina, terutama sejak konflik Laut China Selatan memanas. Kedua 
negara menyepakati Enhanced Defense Cooperation Agreement, atau 
Perjanjian Kerja sama Pertahanan, yang memberikan akses kepada AS untuk 
merotasi lima pangkalan di Filipina. (asp) 
                           
   
   
      
     
   
   
                
                 
   
   
      
   
   
   
    
 
       
  
 
    
    
     POLITIK     
    
    
    
     
Duterte Persilakan Jika Mary Jane Akan Dieksekusi  
Menurut Jokowi, Duterte tidak ngotot membela Mary Jane. 
 
     
Senin, 12 September 2016 | 11:37 WIB
Oleh : 
      Ezra Natalyn, Agus Rahmat      
 
Suasana santai perbincangan Jokowi dan Duterte di Istana Negara, 9/9/2016. (Reuters/Darren Whiteside) 
  VIVA.co.id  – 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membenarkan, saat bertemu 
dengannya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte sempat membahas soal Mary 
Jane, warga Filipina yang menjadi terpidana mati. Jokowi mengatakan, ia 
hanya menjelaskan alasan Mary Jane urung dieksekusi. 
"Sudah saya sampaikan mengenai Mary Jane. Saya bercerita Mary Jane 
membawa 2,6 Kilogram heroin dan saya cerita mengenai penundaan eksekusi 
kemarin," kata Jokowi di Serang, Banten, Senin, 12 September 2016. 
Jokowi juga mengatakan, bahwa pada saat itu, Duterte tidak ngotot minta Mary Jane dilepaskan dari eksekusi mati. 
"Presiden Duterte menyampaikan silakan kalau mau dieksekusi," kata Jokowi. 
Jokowi menambahkan, pembicaraannya soal Mary Jane hanya seputar hal 
tersebut dan tidak ada kesimpulan atau kesepakatan yang diambil. 
Sementara proses hukum terpidana mati yang lolos dari eksekusi tahap 2 
gembong narkoba itu kini berada di Kejaksaan Agung. 
"Proses hukumnya nanti jaksa agung tapi jawaban Presiden Duterte saat itu seperti itu," kata Presiden. 
(mus) 
 
 
   
   
   
    
 
       
  
 
 
    
    
     VIVALIFE     
    
    
    
     
Melihat Indahnya Ombak Terpanjang Dunia di Peru  
Di sini gelombang laut membentang sekitar 2,2 kilometer. 
 
     
Rabu, 14 September 2016 | 11:20 WIB
Oleh : 
      Irfan Laskito      
 
Chicama, Peru (Infoperu) 
  VIVA.co.id  – Kota 
pesisir kecil Puerto Chicama, di barat laut Peru, adalah rumah bagi 
ombak, atau gelombang laut terpanjang di dunia. Di sini, gelombang laut 
membentang sekitar 2,2 kilometer. Penduduk setempat mengonfirmasi bahwa 
jarak tersebut dari satu ombak saja. 
Potensi berselancar di Chicama, pertama kali ditemukan pada 1965 oleh
 peselancar dari Hawaii bernama Chuck Shipman. Shipman melihat gelombang
 dari jendela pesawat. Kemudian, ia menulis kepada teman-temannya di 
Peru, dan mendesak mereka untuk menjelajahi pantai barat laut. 
Usaha pertama gagal menemukan jalan setapak menuju lokasi, tetapi 
kemudian, kelompok lain dari peselancar menemukan jalan ke tempat 
beselancar yang menjanjikan tersebut. Sejak itu, Chicama menjadi tujuan 
selancar yang populer. 
Gelombang laut Chicama dibagi menjadi beberapa bagian. Pada bagian 
terluar disebut 'Malpaso' yang memecah sekitar 150 meter. Titik 
berikutnya menuju kota disebut 'Keys' yang memecah sejauh 600 meter. 
Kemudian, datang 'Point' yang berjarak satu kilometer yang dianggap 
sebagai bagian terbaik dari gelombang. Terakhir, ada 'El Hombre'. 
Dilansir laman Amusing Planet , gelombang laut ini bisa 
mencapai 1,8 meter, bahkan ada salah satu gelombang bisa mencapai 
dermaga. Bagi peselancar, gelombang ini bisa bertahan sampai tiga hingga
 lima menit. 
Awal tahun ini, gelombang legendaris Chicama menjadi pertama di dunia
 yang dilindungi secara nasional. Pemerintah Peru mengesahkan 
undang-undang yang melarang apapun dalam satu kilometer dari garis 
pantai untuk berpotensi memengaruhi cara istirahat gelombang sepanjang 
garis pantai. 
Pemerintah juga berencana untuk melindungi lima gelombang lainnya dan berharap bisa melindungi 130 gelombang. (asp) 
                            
   
   
      
     
   
   
                
                 
   
   
      
 
 
       
       
      
       
       
      
       
      
 
 
 
       
       
      
       
       
      
       
      
 
  
 
 
 
       
       
      
       
       
      
       
      
 
  
 
       
       
      
       
       
      
 
  
 
 
  
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar