SMS Terbuka Ke-empat
Jum'at Malam,16-9-2016
Dari:
To The Point / Singkat Dan Padat
Masalah TerorisJum'at Malam,16-9-2016
Dari:
Mr.Thinker Hasibuan
Untuk Yth:
Presiden Joko Widodo,
Dan
Ketua DPR-RI / Staff
Tentang:
Menyikapi Berita Dibawah:
Anak Buah Santoso Senang 'Banjir' Makanan Sejak Ditangkap
Mr.Thinker Hasibuan:
Kalau Pemerintah Sudah
Mengadakan Rehabilitasi
Mengadakan Rehabilitasi
Terhadap Para Narkoba
Itu Bagus,
Apalagi Ada Rehabilitasi
Terhadap Para Teroris
Terhadap Para Teroris
Agar Tidak Mengulangi Lagi
"Is The Best" / "Adalah Sangat Bagus"
Sehingga Mr.Thinker Kata Rayyan Berkata Dalam Misinya:
"Thinker For Solution","Solution For The Nation And State" /
"Pemikir Untuk Solusi","Solusi Untuk Bangsa Dan Negara".
(Written By: Ust.H.Rayyan Syahrial Hasibuan
Si Mr.Thinker Hasibuan)
Visi:
"Religious Thinker, The Nation And State" /
"Pemikir Agama, Bangsa Dan Negara"
HP. Private Number:
0812 1545 2500
E-mail:
rayyan.syahrial@gmail.com
Website/Blog:
ust-rayyan.blogspot.co.id
www.ust-rayyan.blogspot.com
http://ust-rayyan.blogspot.com
NASIONAL
Anak Buah Santoso Senang 'Banjir' Makanan Sejak Ditangkap
Basri mengaku diperlakukan secara manusiawi oleh aparat.
Jumat, 16 September 2016 | 23:08 WIB
Basri alias Bagong anggota kelompok
bersenjata Santoso Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ketika di ruangan
pemeriksaan kesehatan di RS. Bhayangkara, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu
(14/9/2016) (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar)
VIVA.co.id – Setelah ditangkap aparat Satuan Tugas Operasi Tinombala, Basri alias Bagong mengaku diperlakukan sangat manusiawi. Tangan kanan mendiang gembong teroris Santoso itu bahkan mengaku mendapat banyak tawaran makanan dari aparat yang menjenguknya di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah.
Tawaran itu langsung direspons orang kepercayaan Santoso alias Abu Wardah itu, mengingat selama di hutan Basri sangat kekurangan makanan. Namun, Basri tidak bisa memenuhi semua tawaran makanan tersebut.
"Pokoknya, (makanan itu) tinggal ditolak-tolak lagi. Selama di sini diperlakukan baik sekali. Happy...," kata Basri kepada wartawan di Mapolda Sulteng, Jumat 16 September 2016.
Memang, Basri terlihat diperlakukan tidak terlalu spesial oleh aparat Satgas Tinombala. Pengamanan terhadap Basri juga tidak terlalu ketat layaknya teroris yang paling dicari di Indonesia. Basri bahkan sangat menikmati bersama wartawan serta masih mau melayani foto bersama wartawan.
Basri juga memperlihatkan beberapa anggota tubuhnya termasuk jari-jarinya yang mulus tanpa ada bekas kekerasan pertanda dia diperlakukan sangat baik.
Kepala Satuan Tugas III Operasi Tinombala 2016, Komisaris Besar Helmy Kwarta Kusuma mengatakan, jajarannya sengaja memberikan ruang bagi media untuk melihat dari dekat kondisi Basri agar masyarakat melihat tangan kanan Santoso itu diperlakukan baik oleh aparat.
"Kita sudah membuka akses supaya kalian membuktikan sendiri bahwa isu dia itu diperlakukan tidak wajar, kuku dicabut, dan sebagainya. Kalian sudah buktikan bahwa dia diperlakukan sangat manusiawi," kata Helmy Kwarta kepada wartawan.
Basri ditangkap aparat di perkebunan warga, Rabu pagi 14 September 2016 saat akan menyeberangi sungai. Selain Basri, aparat Satgas Operasi Tinombala juga menangkap istri Basri, Nurmi Usman alias Oma saat terjebak di aliran sungai.
Kepala Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto mengatakan, penangkapan Basri bermula saat penemuan jenazah salah seorang anggota Santoso bernama Andika yang hanyut di Sungai Puna. Tidak jauh dari lokasi penemuan jenazah, aparat memergoki Basri beserta istrinya, dan seorang rekan bernama Sobron tengah terjebak di sungai dekat perkebunan.
Basri ditangkap saat akan memasuki perkampungan di Dusun Ganti Nadi Kecamatan Poso Pesisir Selatan, tepatnya di perkebunan kakao milik warga. Saat itu, Basri bermaksud untuk menyeberangi Sungai Puna, bersama istrinya Nurmi Usman alias Oma dan seorang rekannya bernama Sobron.
(ren)
12 Anak Buah Santoso Masih Diburu
Achmad Zulfikar Fazli • Kamis, 15 Sep 2016 14:13 WIB
Basri alias Bagong (baju biru) digiring aparat. Foto: Antara/Fiqman Sunandar
Metrotvnews.com, Jakarta: Jumlah anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso diyakini sudah jauh berkurang. Mereka juga tak lagi sekuat dahulu, apalagi setelah Basri, tangan kanan Santoso, dan istrinya ditangkap. Sementara satu anggota MIT lainnya, Andika, tewas didor.
Tapi, operasi penumpasan kelompok teroris Poso, tak berhenti. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Suhardi Alius mengatakan, tim Tinombala terus mengejar anggota kelompok Santoso, tersisa.
"Sisanya kurang lebih tinggal 12," kata Suhardi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016).
Suhardi mengungkapkan, dari 12 orang yang belum tertangkap itu, salah satunya Alikalora. Namun, menurut dia, secara kepemimpinan Alikalora tak sekuat Basri dan Santoso.
Klick dibawah ini:
Suhardi mengimbau semua orang yang tergabung kelompok Santoso menyerahkan diri. Dia menjamin mereka akan mendapatkan perlakuan baik dari aparat.
"Kita tetap menghimbau (kelompok Santoso yang tertangkap) diperlakukan baik bersama-sama," ujar Suhardi.
Basri alias Bagong dan istrinya, Nurmi Usman alias Oma, terduga pelaku terorisme ditangkap hidup-hidup oleh Satgas Tinombala di Poso Pesisir. Sementara tersangka Andika Eka Putra alias Andika alias Hilal tewas. Jenazahnya masih disemayamkan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda Sulteng untuk menjalani autopsi sebelum diambil keluarganya.
Sebanyak 12 anggota kelompok Santoso yang masuk DPO adalah Ali Ahmad alias Ali Kalora, Firdaus alias Daus alias Barok Rangga, Kholid, Askar alias Jaid alias pak Guru, Adji Pandu Suwotomo alias Sobron, Qatar alias Farel, Suhartono alias Yono Sayur alias pak Hiban, Abu Alim, Moh Faisal alias Namnung alias Kobar, Nae alias Galuh, Basir alias Romzi, dan seorang perempuan yakni Tini Susanti Kaduku alias Umi Fadel (istri Ali Kalora).
Klick dibawah ini:
(FZN)
- Rabu, 14 Sep 2016 17:49Tinombala berhasil menangkap Nurmi Usman yang diyakini sebagai istri Basri. Nurmi dievakuasi saat terjebak di tengah sungai di Pos…
- Rabu, 14 Sep 2016 16:00Jenazah Andika ditemukan mengambang di Sungai Puna, Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
- Rabu, 14 Sep 2016 13:51Dia menyerahkan diri hanya beberapa jam setelah Basri menyerahkan diri.
- Kamis, 01 Sep 2016 15:33Polri dan TNI akan terus menumpas sisa 15 DPO kelompok Santoso bila mereka tidak mau menyerahkan diri.
- Jumat, 19 Aug 2016 14:35Metrotvnews.com, Palu: Jenazah Ibrohim salah seorang terduga teroris kelompok sipil bersenjata pimpinan mendiang Santoso, dimakamk…
- Kamis, 18 Aug 2016 19:23Jenazah Ibrohim, warga suku Uighur yang tewas dalam kontak tembak dengan Satgas Tinombala tiba di RS Bhayangkara, Palu, Kamis (18/…
- Kamis, 18 Aug 2016 12:24Warga asal Uighur itu merupakan orang asing terakhir di kelompok Santoso.
- Selasa, 16 Aug 2016 04:23Personel Polres Poso mengamankan barang bukti itu pada Minggu 14 Agustus 2016.
- Senin, 08 Aug 2016 14:15Pascameninggalnya Santoso, satu persatu anggotanya turun gunung dan menyerahkan diri., salah satunya Salman alias Opik. dengan pen…
- Sabtu, 06 Aug 2016 15:43Keluarga DPO teroris kelompok Santoso, Jumri alias Tamar mendatangi Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/8/2016). Jumri menyer…
NASIONAL
Polri Pertimbangkan Keadilan Restoratif untuk Haris Azhar
TPFG simpulkan tak ada aliran dana Freddy Budiman ke perwira Polri
Jumat, 16 September 2016 | 16:06 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (VIVA/Nur Faishal)
VIVA.co.id – Selama satu bulan bekerja, akhirnya Tim Pencari Fakta Gabungan terkait testimoni terpidana mati kasus narkoba, Freddy Budiman, menyimpulkan tak ada aliran dana sebesar Rp90 miliar dari mendiang Freddy ke pejabat Polri selama menjalankan operasi peredaran narkotika.
Hal ini menyisakan laporan instansi Polri, TNI, dan Badan Narkotika Nasional ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik oleh Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Haris Azhar.
"Nanti kita lihat, ada mekanisme restorative justice, mekanisme penegakan hukum juga bisa kita lakukan. Nanti kita akan lihat seperti apa langkah-langkahnya, apakah dengan cara restorative justice," kata Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat, 16 September 2016.
Keadilan restoratif adalah penyelesaian konflik dengan cara mengambil kesepakatan di luar sistem pengadilan sebagai penyelesaian terbaik. Salah satu caranya adalah dengan meminta maaf dan menyesal.
"Apakah kasus ini bisa berlanjut ke ranah ITE, saya ulang ITE bukan pencemaran nama baik, nanti kita lihat setelah membacanya nanti," ujar Tito.
Sebelumnya, Haris mengunggah tulisan berjudul 'Cerita Busuk dari Seorang Bandit' melalui jejaring sosial. Tulisan ini mengisahkan pengakuan Freddy pada Haris, saat keduanya bertemu di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Dalam tulisan itu, Haris menyebut Freddy membeberkan adanya aliran dana ke pejabat di Mabes Polri, Badan Narkotika Nasional dan oknum TNI saat dia mengedarkan narkoba.
(mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar